10. ECKLOSSY

168 23 3
                                    

"ECKLOSSY?" heran Adel kemudian menoleh menatap Axel dengan alis terangkat.

"Menurut lo?" tanya Axel dengan sebelah sudut bibir terangkat.

"Bentar, bentar!" seru Adel menahan Axel, dan memperhatikan layar monitor lebih jeli.

"ECKLOSSY, S-S-K-Y C-L-O-S. Anagram?!" seru Adel yang mendapat anggukan dengan senyum lebar dari Axel.

"Dan ratingnya 9,5?!" kaget Adel saat melihat rating yang berada di bawah judul web.

"Tapi ada yang aneh nggak sih menurut lo?" tanya Adel menoleh pada Axel, yang direspons dengan sebelah alis terangkat.

"Ratingnya tinggi, tapi kenapa nggak bisa nemuin webnya di branda?" herannya.

Axel hanya terkekeh pelan. "Biasa itu mah, lo kan tau dark web bisa diakses sama nggak sembarang orang -—-cuman yang tau—-- yang bisa buka dan faktanya nggak semua orang tau. Tapi biasanya sih ada polisi cyber yang tau, dan bisa aksesnya. Terus kalau web dengan rating teratas ada di urutan teratas ...."

Axel menoleh pada Adel dan mengedikkan bahu. "Hilang sudah kesenangan, hehe ...." tutupnya dengan kekeh ringan.

"Dengan kata lain, semakin tinggi ratingnya semakin susah nyarinya? Gitu?" Adel memastikan.

Axel mengangguk dan mengacungkan jempol. "Right! Seratus buat lo!" serunya sebelum kembali berkutat pada komputer.

Adel hanya mengangguk-angguk saja, sekarang dia paham dan juga hal itu cukup masuk akal, pikirnya. Tapi yang lebih mengalihkan pikiran Adel adalah, Axel.

Bukan, bukan dalam arti kiasan. Namun dalam arti sebenarnya, karakter cowok agak—creepy(?)

Rasanya dia harus terus waspada, dan tidak bisa percaya begitu saja. Bisa jadi, bila ada kemungkinan, siapa tahu Axel ternyata mengidap sindrom stockholm?
Adel jadi teringat cerita beauty and the beast.

Tidak ada yang tahu kepribadiannya dengan jelas, dan terkadang manusia pun sering menutupi sikap ataupun kepribadian aslinya dengan sangat lihai bukan?

"Nah sekarang, bagaimana kalau kita berkunjung ...." tandas Axel menyentak Adel dari pemikirannya, yang mulai menjelajah semakin jauh.

Lalu kita? Bagaimana kalau kita juga, berkunjung ke rumah Humpty dumpty alias Invisible Killer kita?

Bersiaplah, mungkin jalannya tidak semulus tikungan teman hehe ....

***

Di lain tempat, di ruangan temaram dengan suhu yang agak lembap dan dingin, dengan hanya lampu dengan cahaya agak kebiruan sebagai penerangan. Ruangan yang luas, dengan beberapa lemari kaca berbentuk bulat dengan sesuatu yang indah di dalamnya.

Yaa, indah bagi orang yang tengah mendudukkan diri pada kursi kerja, di hadapan meja dengan beberapa layar komputer menyala.

Orang itu terkekeh pelan, namun benda di lehernya membuat suara orang itu berubah seperti terpatah-patah khas robot. "Rupanya kita punya pengunjung baru?" gumamnya dengan bibir tersenyum lebar.

Dengan jari yang sibuk menari-nari di atas keyboard, dia kembali berujar, "Ahh! Dan ternyata dia pangeran kita ..., akhirnya saat yang kutunggu datang juga. Aku sudah cukup lama, menantikannya sampai hampir bosan bermain dengan kalian." Dia memutar kursi, menatap satu persatu lemari bulat yang tersusun beraturan di belakangnya.

"Yaa kalian," timpalnya kemudian terkekeh dan bangkit dari kursinya.

"Selagi pangeran melihat-lihat, aku tidak mau menganggu, hmm ...." ucapnya menatap sekeliling ruangan itu, seraya berpikir.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang