20. Petualang misterius

98 23 1
                                    

"Yaa alasan kasusnya terhenti, karena begitu banyak orang yang terlibat." Tama meraih selembar foto dari meja yang tidak jauh dari papan kaca, dan menempelkannya di sana.

Drs. Pramana Widasatra, M.Si

(46 Tahun)

Kedua remaja itu diam tidak percaya, mereka berpikir, bagaimana bisa seorang jenderal besar, jendral polisi yang dilantik langsung oleh presiden bisa ikut terlibat pada kasus seperti ini tanpa diketahui oleh masyarakat?!

Sudah segila apa permainan kotor, para politikus apa akhir abad 21 ini?!

"A-apa? G-gimana bisa?" Axel masih tidak menyangka.

"Sebentar." Tama melangkah ke arah kamar yang mereka lihat tertutup rapat, lalu keluar dengan mendorong papan kaca yang sedikit lebih kecil daripada yang ada pada hadapan mereka sebelumnya.

Lantas Dan, menghampiri dan membantu pemuda itu membawa semuanya keluar. "Gue, dan mereka, tetap berusaha ngerjain ini selama kasus itu ditarik," jelas Tama.

Axel melangkah mendekat bak laron yang melihat cahaya, begitupun dengan Adel. "Ini ...."

"Yaa, jejak terakhir sebelum mereka menghilang, juga keterikatan dengan para orang besar dibaliknya."

"Jadi kesimpulannya, Jenderal Kapolri bukan satu-satunya 'orang besar' yang terkait?" simpul Adel memberikan tanda kutip dengan jari, seraya mengerutkan kening yang dibalas anggukan dari Tama.

"Benar, dia cuman salah satu dari beberapa di dunia, jika itu mungkin." Danaiel ikut menambahkan.

"Seperti yang kalian bilang, kemungkinan besar mereka punya komunitas, gue bakal coba cari lagi. Dan sekarang, tugas kalian tolong cari, jaga, dan perhatikan 12 orang yang tersisa," ucap Tama mengambil alih.

"12 orang yang tersisa, salah satunya lo sendiri." Tama menoleh pada Adel diikuti yang lainnya, kemudian menyambung ucapannya, "Tolong jaga diri lo baik-baik!"

Adel mengangguk mantap. "Tenang aja Kak, gue juga ada kok jagaiin Adel," timpal Axel yang membuat Tama menoleh padanya.

"Ya, tentu saja! Lo, harus jagaiin Adel!" tekannya.

"Dan kalau gue lihat-lihat, dari data yang dikumpulin. Kemungkinan besar, dua orang lainnya adalah Bellianda Retraina Vilhelmina, dan Violetta Margareth. Ibu sekaligus mantan calon ibu Adel." Dana mengambil alih, membuat mereka menoleh padanya.

Adel menggigit bibir kecil, mengumpat dalam hati akan kesialannya itu.

"Tapi ngomong-ngomong nih yaa, kita nggak bisa percaya gitu aja sebenarnya. Tau sendiri Uranus itu planet yang sampai punya julukan, 'petualang misterius' karena pergerakannya yang sulit diketahui," imbuh Klaud memberi tanda kutip pada julukan itu dengan kedua jarinya, yang disetujui oleh mereka.

"Tapi apa salahnya buat waspada, bener banget kalau kita nggak tau pergerakannya gimana walaupun tau polanya. Banyak orang dengan nama yang sama, apalagi di dunia, ditambah Invisible Killer cari nama yang random dan nggak selalu sama persis. Beberapa punya nama yang diacak, seperti anagram dan beberapa lainnya sama persis," balas Dan yang kembali mereka setujui.

Lalu, itu adalah beberapa kata paling panjang yang pernah Axel dan Adel dengar setelah bertemu dengan Dan, dalam kurun beberapa hari ini.

"Kalian nyadar nggak sih? Semua korban seperti Diesie pada tahun ini. Mereka memiliki skenario sebelum menghilang, dan itu-"

"Persis seperti yang ada di cerita Sir William Shakespeare!" Canel memotong ucapan Klaudius, yang sebelumnya mengamati papan kaca kedua mereka.

"Ini gila! Invisible Killer, emang orang gila!" seru Canel lagi masih menatap ponsel.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang