08. Orang berhoodie biru

197 28 1
                                    

Seringaian orang itu dapat terlihat dengan sekilas, menyeramkan. "King Lear, apa ingin menikahkan Cordelia -—-si putri bungsu yang paling mencintaimu, dan yang paling alim itu-—- dengan Raja Prancis? Oh atau mungkin dengan Duke Burgundy?" tanyanya dengan suara tersamarkan, diakhiri dengan kekehan pelan.

Dia melangkah mendekat, yang refleks membuat Surya yang tadinya mengerutkan kening mundur beberapa langkah dengan perasaan waswas.

"Jangan mendekat!" seru Surya.

"King Lear, bagaimana jika Cordelia kau berikan padaku saja? Aku akan menjaganya, menghiasnya dengan indah, dan memberikan banyak teman yang tulus padanya?"

"Bagaimana menurutmu, Cordelia?" tanya orang itu mencondongkan kepala pada arah Rasya.

"Omong kosong, sialan ...." maki Rasya pelan.

Orang itu terdengar mendengkus pelan, dia menunduk meraih saku hoodienya. "Sebenarnya melelahkan, terlalu banyak berargumen seperti ini. Tapi, untuk Cordelia aku tetap menyukainya. Aku ingin langsung bermain dan membawamu, tapi si tua King Lear, bisakah kau menyingkir?!"

Srakk ....

Surya mengerang kesakitan ketika sebuah belati tiba-tiba menembus perutnya.

"Ayah!" seru Rasya dengan mata terbelalak.

"Ooh ... ternyata Cordelia masih memanggilnya ayah? Aku pikir, kau akan tetap memanggilnya dengan 'Pak Tua' atau semacamnya hehe ...."

Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, dia kembali menghunuskan belatinya beberapa kali sambil tertawa gila.

Diiringi erangannya, Surya ambruk bersimbah darah. Rasya mendekat, bersimpuh dengan air mata yang meluruh tanpa diinginkan.

"A-–adel ... ahh bukan ...." lirih Surya, berupaya mengusap air mata sang putri dengan tangan bergetar berlumur darah.

"Siapapun namamu, kamu tetap Adel. Ayah mohon, pergilah ...." Dengan susah payah, Surya menyambung ucapannya, "pergi dari sini, selamatkan diri kalian. A-–ayah minta maaf atas semua yang terjadi, atas penyebab hadirnya dirimu yang lain maafkan ayah ...."

"M-–maaf jika cara Ayah mengajarimu selama ini, terlalu menuntut ..., larilah tinggalkan Pak Tua ini ...."

Dengan tangan mengepal, menahan ledakan emosi seraya memejamkan mata dengan erat. Dada Rasya bergemuruh penuh sesak, kejadian ini entah mengapa membuatnya merasa sangat terpukul.

Ternyata Surya tahu eksistensinya, tidak tahu bagaimana tetapi Rasya berpikir, apa mungkin Pak Tua ini sengaja menyiksa Adel agar kepribadiannya yang lain menunjukkan keberadaan?

"Pergi ...." lirih Surya berusaha bangkit menjadikan punggungnya sebagai tameng dari hunusan belati, orang asing itu.

"Selamatkan dirimu ...." bisiknya sebelum terbatuk, dengan darah yang ikut keluar dari mulutnya.

"Ayah! Bangun!" seru Rasya saat melihat mata Surya yang perlahan terpejam.

Terhenyak beberapa saat, lalu masih dengan tatapan terpukulnya, Rasya mengambil beberapa langkah mundur. Berupaya menjauh dari orang gila di belakang tubuh sang ayah yang sudah terbaring telungkup, berupaya mengikuti perintah sang ayah.

Ya! Pak Tua itu benar, kami harus tetap hidup! Tekan Rasya pada dirinya sendiri. Diusapnya dengan kasar air mata yang masih meluruh, tanpa bisa dihentikan lalu perlahan bangkit keluar dari rumah itu.

"Cordelia jangan lari!"

"Ahh ... aku tahu, kau mengajakku bermain bukan? Baiklah, ayo main kejar-kejaran!" serunya dengan nada bersemangat, diakhiri dengan tawa ringan dan langkah mendekat pada Rasya.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang