Seorang wanita melangkah dengan napas terengah, keringat dingin mengucur ke pelipis. Angin yang meniupkan dedaunan musim gugur tidaklah, membuat wanita itu merasa tenang.
Dia hanya terus melangkah, melangkah, dan melangkah sebab seseorang kini tengah mengikutinya dengan kapak di tangan seraya bersenandung pelan.
"Gelisah terletak pada kepala yang memakai mahkota."
"Karena itu Queen Margaret, aku akan melepas mahkota itu," ucapnya lagi dengan suara disamakan, menggunakan bahasa Prancis kemudian disusul dengan tawa, membuat wanita itu meremang.
Dengan satu tarikan kuat pada rambutnya, membuat wanita itu memekik kesakitan. "Sa–saya mohon lepaskan saya ...."
Wanita itu Margaret, lebih tepatnya Violetta Margaret menjerit kesakitan ketika tarikannya semakin diperkuat. Dia tidak tahu apa salahnya, dan mengapa ada orang gila seperti ini yang mengerjarnya. Hari ini jadwal untuk pulang ke tanah air, tapi mengapa dia justru berakhir di tangan orang gila itu.
Harusnya, dia tidak menolak pengawalan dari Polisi. Andai saja ....
Vio hanya bisa menangis dengan rasa sakit sekarang, beberapa saat lalu ponselnya terjatuh. Untungnya dia sempat melakukan panggilan telepon dan dijawab pada akhirnya, dia berpikir anak dari mendiang pacarnya yang sudah dia anggap sebagai anak sendiri bisa menolongnya.
Ponsel itu Vio dapatkan dari Polisi, mereka memberinya nomor baru agar privasinya tetap terjaga, lebih mudah untuk dihubungi, dan mudah untuk dilacak keberadaannya oleh polisi. Namun sial, ponsel tersebut terjatuh ketika orang gila itu merenggut rambutnya dengan kasar.
"Ikutlah denganku, banyak orang yang membutuhkanmu. Banyak teman-teman yang akan menantimu," ucapnya lagi kemudian terkekeh pelan.
Violetta memberontak dengan susah payah hingga rambutnya terlepas, namun hal itu justru membuat Humpty dumpty berang. "Brengsek sialan! Tenanglah sedikit, dan kematianmu akan berjalan sedikit lebih lama!" bentaknya menendang kepala wanita itu hingga menjerit kesakitan.
Darah mengucur dari kening dan hidung Violet, dia rasa mungkin saja tulang hidungnya dibuat patah. Dengan napas menggebu, orang itu kini meraih kaki wanita, itu menancapkan kapak dengan arah vertikal pada betisnya diikuti raungan kesakitan.
Dirasa sudah kehilangan kesadaran, orang itu memilih untuk mengangkat tubuh Vio daripada memilih untuk menyeret yang akan meninggalkan jejak keberadaan mereka.
Sebuah seringai terbit dibibirnya kemudian melangkah tertelan oleh kegelapan.
***
"Bagaimana keadaan saat ini?"
"Tidak bagus, beberapa Titan yang ditugaskan untuk menangkap Cordelia, justru tertangkap oleh polisi," balas seseorang dengan name tag Okeanos di sakunya, dan juga bertopeng, tertera pada layar hologram.
Humpty dumpty memutar kursinya, mengusap pelan bibir gelas berisi sampanye dengan raut datar.
"Saya akan memastikan jika mereka tidak membuka mulut tentang Anda, lagi pula kita punya orang yang tepat untuk itu di kepolisian," sambungnya ketika tidak mendapatkan respons dari orang yang dia ajak berbicara.
Seringai terbit di bibir Humpty dumpty, melirik tajam Okeanos dari balik topeng. "Koios."
"Katanya, kau akan menyampaikan salamku padanya."
Okeanos seketika dibuat terkesiap. "I–itu ...."
"MUSUH DALAM SELIMUT?!" bentak Humpty dumpty melemparkan botol sampanyenya menembus layar hologram di hadapannya menabrak dinding, lalu tersenyum sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Kematian [Selesai]
Misteri / ThrillerKoma untuk waktu yang panjang lalu terbangun dengan beberapa ingatan yang menghilang, hampir semua keluarganya menjadi korban dari pembunuh yang identitasnya ia sendiri tidak tahu. Namun setelah ingatan itu berangsur kembali, dia tahu apa yang tenga...