31 | MURKANYA SAGA RAHAJA

152 23 0
                                    

Gunardi terbelalak setelah melihat video yang tersebar di media sosial. Video itu bahkan sudah diberitakan oleh media pertelevisian, hingga tak bisa lagi disangkal. Ia bergegas berlari menuju ke ruangan milik Saga. Saga yang saat itu tengah memeriksa beberapa dokumen penting pun terkejut dengan kedatangan Gunardi yang begitu tiba-tiba.

"Gunardi? Ada apa? Kenapa kamu lari-lari seperti itu?" tanya Saga, yang tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

"Tuan Saga ... ada yang harus ... anda lihat, Tuan," ujar Gunardi, terbata-bata.

Gunardi menyerahkan I-Padnya ke tangan Saga. Saga menerimanya dan melihat apa yang sedang terekspos di sana. Kemarahannya pun meluap seketika, usai melihat bagaimana kelakuan Leo yang ditonton oleh banyak orang hari itu.

"ANAK KURANG AJAR!!!" teriak Saga, sambil membanting I-Pad di tangannya ke lantai hingga hancur berkeping-keping.

Gunardi hanya bisa menutup kedua matanya dengan raut wajah ketakutan. Kemarahan Saga kali ini sudah tak bisa lagi dibendung, meski ada yang mencoba membujuknya sekalipun. Kelakuan Leo memang sudah tidak bisa dianggap biasa. Sikap emosionalnya lebih menonjol ketimbang sikap profesionalnya dalam mengurus pekerjaan. Dan yang terjadi hari ini, bukanlah peristiwa yang pertama kali terjadi. Sudah banyak kerugian yang dialami oleh perusahaan akibat sikap buruk Leo. Namun Rima--Ibunya--selalu saja menutup-nutupi kelakuan putranya dengan menyuap sana-sini.

"Bagaimana dengan saham??? Segera lakukan pengecekan terhadap saham di perusahaan kita!!!" perintah Saga, sambil mengendurkan dasi yang dipakainya.

Gunardi segera membuka laptopnya, untuk memeriksa nilai saham yang dimiliki oleh RHJ Corp saat itu. Sayangnya, apa yang ditakutkan benar-benar terjadi. Mimpi buruk itu datang hanya dalam sekejap mata.

"Maaf Tuan, nilai saham perusahaan kita anjlok total. Semua investor sudah menarik saham yang mereka tanam pada perusahaan kita," ujar Gunardi, dengan suara gemetar tak terkendali.

Saga menatap penuh amarah ke arah Gunardi, usai mendengar apa dikatakan oleh pria itu. Ia segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Persiapkan semua barang-barangmu!!! Malam ini juga, kamu dan anakmu itu harus keluar dari rumah Keluarga Rahaja!!! Kalian bukan lagi ahli waris dari keluarga ini!!!" perintah Saga, tak main-main.

* * *

Dimas menatap tak percaya, pada laporan hasil nilai saham antar perusahaan yang sedang terjadi siang itu. Saham milik RHJ Corp turun drastis hampir mendekati titik kebangkrutan. Hampir semua investor yang menanam sahamnya pada perusahaan itu, menarik kembali saham mereka. Indra masuk ke ruangan Ayahnya, dan ingin menunjukkan sesuatu.

"Lihat ini, Pa. Lihat baik-baik," pinta Indra.

Dimas pun melihat video yang Indra tunjukkan.

"Video itu sudah tersebar sejak tadi pagi, dan bahkan menjadi highlight di semua berita pertelevisian. Sikap asli Leo yang selama ini ditutup-tutupi oleh Keluarga Rahaja, kini terekspos mentah-mentah dan menjadi konsumsi publik. Saat ini, sudah tidak ada lagi yang akan menaruh kepercayaan pada RHJ Corp," ujar Indra.

"Ya ... kamu benar, Nak. Dan orang yang sudah berhasil menghancurkan RHJ Corp dari dalam adalah Ghista," Dimas menunjukkan cuplikan video yang menunjukkan sosok seseorang di dalamnya.

Indra pun menatap baik-baik sosok tersebut dan mencoba mengingatnya. Pada saat itulah ia menjadi benar-benar yakin, kalau Ghista adalah orang yang mendalangi kehancuran RHJ Corp. Dia telah menyerang Ayah kandungnya sendiri.

* * *

PLAKKK!!! PLAKKK!!!

Tamparan keras itu mendarat dengan mulus di wajah Leo. Saga menatapnya dengan geram, sementara Rima dan Widya tak bisa berbuat apa pun untuk menolongnya. Saga telah murka dan semua itu adalah akibat dari kesalahan Leo sendiri.

"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!!! SUDAH AKU PERINGATKAN UNTUK TIDAK MENGULANG LAGI KESALAHANMU, TAPI KAMU MALAH MEMBUAT KESALAHAN YANG BARU!!! DI MANA OTAKMU ITU??? APA YANG KAMU PIKIRKAN SEBENARNYA???" Saga berteriak tanpa henti.

"Saga! Sudah, hentikan!" cegah Widya.

"Apa yang harus aku hentikan, Bu??? Kelakuan anak ini atau kebangkrutan perusahaan kita???" tanya Saga, yang sudah tak peduli akan sopan santun terhadap Ibunya sendiri.

"Tapi Mas, itu bukan sepenuhnya salah Leo," Rima kembali berupaya membela putranya.

"APANYA YANG BUKAN SALAH LEO??? DIA JELAS-JELAS HAMPIR TERLAMBAT MENEMUI SI PEMILIK LAHAN DAN MALAH MEMINTA ORANG ITU UNTUK MENUNGGU SAMPAI DIA SELESAI MEMESAN SESUATU DI RESTORAN!!! DI MANA LETAK HAL YANG KAMU BILANG BUKAN SEPENUHNYA KESALAHAN LEO???" tanya Saga, mengamuk dengan membabi buta.

Rima pun terdiam dan tidak lagi bisa mengatakan apa pun untuk membela Leo. Widya juga hanya bisa menghela nafasnya dalam-dalam, karena sudah sangat tidak mengerti dengan jalan pikiran cucunya sendiri.

"SEKARANG KALIAN BERDUA BERSIAP-SIAP!!! KALIAN HARUS KELUAR DARI RUMAH INI DAN JANGAN PERNAH BERHARAP AKAN MENJADI AHLI WARIS KELUARGA RAHAJA!!!" putus Saga.

Gunardi berlari dari arah luar, menuju ke arah Saga yang masih dalam kondisi murka. Saga menatapnya dan berharap mendapat berita baik.

"Bagaimana? Apakah sudah bisa kamu hubungi atau temukan si pemilik lahan, itu?" tanya Saga, to the point.

"Begini Tuan Saga, wanita bernama Amanda Riadi itu, bukanlah pemilik sebenarnya dari lahan yang ada di belakang Salzburg Residence. Dia hanya orang yang dipercayakan oleh si pemilik aslinya, yaitu si pemilik Salzburg Residence itu sendiri. Jadi sebenarnya, lahan itu bukanlah lahan kosong, melainkan lahan yang akan digarap oleh si pemilik Salzburg Residence setelah menyelesaikan pembangunan Blok H yang saat ini sudah hampir selesai," jelas Gunardi, sambil memperlihatkan rencana pembangunan Salzburg Residence Blok I yang sudah diumumkan tadi siang.

Saga melihat pengumuman itu dan bahkan juga melihat bahwa sudah ada tanda-tanda akan dibangunnya Blok I pada lahan yang diincarnya selama enam bulan terakhir.

"Lihat ... lihat itu, Bu!!! Lihat kebodohan anak ini, yang sampai tidak tahu kalau lahan itu adalah milik si pemilik Salzburg Residence!!! Saksikan kebodohannya dengan mata kepala Ibu sendiri!!!" Saga menunjukkan apa yang Gunardi baru saja jelaskan padanya.

Widya semakin frustrasi usai melihat kenyataan tersebut. Gunardi pun kembali membuka halaman selanjutnya, yang harus ia beri tahukan pada Saga.

"Dan satu lagi, Tuan Saga," ujar Gunardi.

"Apa itu? Katakan saja, aku akan mendengarkan," Saga tak lagi ingin berbasa-basi.

"Pemilik asli dari lahan itu dan juga Salzburg Residence adalah ...." Gunardi mulai ragu untuk mengatakannya.

"Siapa? Katakan saja Gunardi! Siapa pemilik aslinya?" desak Saga, sudah tak bisa sabar.

"Pemilik aslinya adalah ... Aghista Mahardika, Putri dari Miranti Mahardika," ucap Gunardi, gemetar ketakutan.

Widya, Rima, Leo, dan bahkan Saga sendiri pun terbelalak usai mendengar nama siapa yang disebut oleh Gunardi. Mereka benar-benar tak pernah menduga, bahwa mereka akan mendengar lagi kedua nama itu disebut di dalam rumah Keluarga Rahaja.

"Persiapkan mobil! Bawa aku untuk menemui Ghista dan Ranti!" perintah Saga, yang kini takkan lagi bisa hidup dengan tenang.

* * *

Jodoh Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang