30 | TEREKSPOSNYA SEBUAH KENYATAAN

137 19 0
                                    

Amanda duduk dengan santai sambil membaca majalah yang diberikan oleh pelayan restoran. Ponselnya masih menyala dan Vika masih membalas pesannya.

VIKA
Bu Ghista ingin semua berjalan sesuai dengan rencana yang sudah kita buat. Leo harus mengalami kegagalan.

Amanda membaca pesan itu, lalu mulai membalasnya.

AMANDA
Baik. Katakan pada Bu Ghista untuk stand by, seandainya aku berhasil menggiring Leo ke dalam permainan.

Amanda pun segera menyimpan ponselnya, lalu kembali membaca majalah yang ada di hadapannya. Lima menit lagi waktu yang ia beri pada Leo sudah hampir habis. Belum ada juga tanda-tanda dari kedatangan pria itu. Namun Amanda tidak resah sama sekali. Karena jika sampai Leo tak datang, maka rencana akan tetap berjalan ke arah yang sama. Leo tetap akan mengalami kehancuran, bersama dengan seluruh anggota Keluarga Rahaja.

Riko membukakan pintu, agar Leo bisa keluar dari dalam mobil. Leo memperbaiki penampilannya, lalu mulai berjalan menuju ke pintu restoran Le Meilleur, yang menjadi tempat pertemuan hari itu. Leo dan Riko diantar seorang pelayan, menuju ke meja yang sudah ditempati oleh Amanda.

"Selamat siang, Ibu Amanda Riadi. Setelah berbulan-bulan kita hanya berbicara melalui telepon, akhirnya kini kita bisa bertemu secara langsung," sapa Leo, berbasa-basi.

Amanda menutup majalahnya, dan meletakkan majalah tersebut pada sofa kosong di samping sofa yang ia tempati di ruang VVIP restoran itu. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, lalu menatap Leo dengan sangat santai. Riko duduk di samping Leo dan meletakkan tas berisi berkas yang dibawanya.

"Langsung saja pada intinya, Pak Leo. Apa yang sebenarnya anda inginkan melalui pertemuan ini?" tanya Amanda, angkuh.

Leo--yang baru saja akan membuka daftar menu dan ingin memesan makanan--segera menatap tak percaya ke arah Amanda, yang saat itu seakan tak memberinya ruang gerak sama sekali. Hal itu tentu membuat Leo geram, namun ia masih berusaha untuk tidak melakukan kesalahan kali ini. Pria itu pun tersenyum dan mencoba mengulur-ulur waktu.

"Saya baru saja duduk, Bu Amanda. Biarkan saya memesan sesuatu, baru kita bicara," pinta Leo, berusaha terlihat manis.

Amanda pun tersenyum sinis seketika, usai mendengar apa yang Leo katakan.

"Apakah anda sadar, Pak Leo? Anda hampir terlambat tiba di sini dan hanya menyisakan waktu dua menit dari waktu yang sudah saya tentukan. Sekarang ... anda meminta saya untuk menunggu sampai anda selesai memesan sesuatu? Siapa sebenarnya yang membutuhkan sesuatu dalam pertemuan ini?" tanya Amanda, begitu telak.

Wajah manis yang sejak tadi berusaha dipertahankan oleh Leo, kini seketika berubah menjadi masam usai mendengar pertanyaan telak dari mulut Amanda. Amanda bangkit dari sofa yang di dudukinya, lalu meraih tas tangan dan kacamata yang berasal dari produk Michael Kors secepat mungkin. Ia memakai kacamatanya, lalu menatap Leo yang kini mulai memanas.

"Pesanlah sesuatu, Pak Leo. Saat anda memesan, sebaiknya saya pergi dan tidak membuang-buang waktu dengan hal yang tidak produktif bersama anda. Permisi," pamit Amanda, seraya mulai melangkah meninggalkan meja tersebut.

"Tunggu sebentar!" cegah Leo.

Nafas pria itu naik-turun dengan cepat karena sangat berusaha menahan emosinya. Amanda berbalik setengah jalan, lalu sedikit menurunkan kacamatanya untuk memberi tatapan mengejek pada Leo.

"Apa lagi yang ingin anda paksakan pada saya, Pak Leo? Anda sudah memaksa untuk bertemu dengan saya dan saya memenuhinya, meskipun dengan pertemuan ini saya harus merombak jadwal pertemuan dengan klien yang lebih kompeten. Lalu, anda datang dan hanya ingin menyia-nyiakan waktu saya yang begitu berharga? Dan lebih tidak sopannya adalah, anda meminta saya untuk menunggu sampai anda selesai memesan sesuatu? Wow, sangat luar biasa ternyata sikap dan kelakuan dari putra Keluarga Rahaja," ejek Amanda, tak segan-segan.

Amanda pun kembali memakai kacamatanya dengan benar, lalu benar-benar beranjak pergi meninggalkan Leo dan Riko sesuai rencana.

"Dasar perempuan sialan!!!" teriak Leo, yang akhirnya benar-benar lepas kendali.

"Oh, ya ampun! Keterlaluan sekali mulut anak muda ini!" seru seorang wanita paruh baya, yang kaget karena mendengar suara teriakan Leo.

Hal itu membuat Leo tersadar, bahwa sejak tadi sudah banyak orang yang mengarahkan kamera ponsel mereka pada Leo.

"Matikan semua kamera ponsel kalian!!! Jangan macam-macam denganku atau kalian akan kubuat menyesal!!!" ancam Leo.

"Lalu kamu mau berbuat apa??? Memenjarakan kami, seluruh pengunjung restoran yang merasa terganggu dengan tingkah lakumu???" tanya pria paruh baya yang duduk tak jauh dari meja pesanan Amanda.

Setelah situasi menjadi seperti yang Amanda inginkan, wanita itu pun mulai menundukkan kepalanya ke hadapan semua orang berkali-kali.

"Maafkan saya, maafkan saya yang sudah meminta bertemu klien di sini. Maaf karena orang ini telah mengganggu kenyamanan kalian. Mohon maafkan saya," ucap Amanda, dengan nada bicara yang menunjukkan bahwa dia sangatlah menyesal dan malu.

"Jangan meminta maaf, Nak. Laki-laki itu yang terlambat datang dan dia juga yang membuatmu kehilangan waktu. Bukan dirimu yang salah, jadi jangan meminta maaf untuk orang tidak tahu diri seperti dia," saran wanita paruh baya lainnya.

Leo tidak bisa bersembunyi lagi sekarang. Semua orang menangkap basah kelakuannya dan bahkan mengarahkan kamera ke arahnya.

"Berengsek!!!" teriak Leo, sekali lagi.

"Teruslah bicara tidak sopan, Bung! Ini adalah live streaming yang sedang ditonton oleh orang satu Indonesia, terlebih mereka semua mengenalmu sebagai ... Leo Putra Rahaja, Putra dari Sagara Rahaja pemilik RHJ Corp. Luar biasa!" balas salah satu selebgram yang berlangganan di restoran tersebut.

Riko pun bergegas menutupi wajah Leo, dan menyeretnya keluar dari restoran itu sebelum semua semakin memburuk. Amanda pun segera mengabari hasil pekerjaannya pada Ghista, setelah ia keluar dari restoran Le Meilleur. Kini tidak ada lagi yang bisa ditutup-tutupi oleh Keluarga Rahaja mengenai kelakuan putra penerus keluarga mereka. Kelakuan dan wajah Leo telah terekspos dengan sempurna di seluruh tayangan media sosial.

Penyebaran video di internet tidak akan bisa dicegah, meski bagaimanapun banyaknya uang yang dimiliki oleh Keluarga Rahaja. Internet bukanlah media yang bisa disuap, seperti yang mereka pernah lakukan saat kecelakaan Rama dan Arum terjadi dua puluh tahun lalu. Kini semuanya tinggal menunggu waktu. Perlahan-lahan kehancuran itu akan segera menggerogoti mereka dari dalam.

Ghista menatap puas akan hasil yang Amanda dapatkan hari itu. Ia kini menatap ke arah Vika yang masih berdiri di sampingnya, sambil mengawasi penyelesaian pembangunan Blok H di Salzburg Residence.

"Tidak lama lagi, kita akan membuka Blok H ini untuk umum setelah pembangunannya selesai. Mulailah merencanakan pembangunan Blok I, di atas lahan yang begitu diincar oleh Keluarga Rahaja," pinta Ghista.

"Baik, Bu Ghista. Akan segera saya jalankan rencananya," balas Vika, patuh.

* * *

Jodoh Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang