34 | RENCANA JAHAT

143 17 0
                                    

Teriakan Saga sukses menghentikan langkah Ghista, Ranti, dan juga Dika. Ghista berbalik seraya tersenyum dengan begitu anggun, menatap tepat ke arah Saga yang saat itu sudah tak lagi memiliki daya apa pun untuk merenggut kebahagiaan orang lain.

"Pria biasa?" tanya Ghista, setengah mengejek pada Saga. "Anda bilang, Ayah saya adalah pria biasa?"

Dika dan Ranti menatap ke arah Ghista. Indra, Ajeng, dan Dimas menatap wanita itu dari balkon lantai atas.

"Anda benar, Ayah saya memang hanya pria biasa," ujar Ghista, apa adanya.

Entah mengapa Saga merasa apa yang diakui Ghista pada saat itu, akan menjadi balasan yang jelas tak sesuai dari harapannya usai menghina Dika.

"Ayahku hanya pria biasa yang berprofesi sebagai seorang Guru. Gajinya tidak seberapa, semua orang tahu akan hal itu. Tapi bukan itu yang Ibuku dan aku lihat darinya. Dia adalah pria biasa, yang bersedia mencintai kami dan menyayangi kami apa adanya. Dia adalah pria biasa, yang bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan kami dan tidak memberikan kami penderitaan. Anda benar, Bapak Saga Rahaja, bahwa Ayah saya hanyalah seorang pria biasa! Tapi nyatanya, pria biasa ini jauh lebih pantas untuk menjadi pendamping hidup Ibu saya dan menjadi Ayah saya, ketimbang diri anda yang sombong, arogan, dan tidak memiliki tata krama," balas Ghista, secara telak terhadap Saga.

Saga sudah tak lagi mampu membalas kata-kata yang Ghista lontarkan terhadapnya. Ia hanya terdiam, karena merasa tercambuk dengan keras atas semua yang Ghista tuturkan malam itu.

"Sekarang, silakan keluar dari rumah orangtua saya dan jangan pernah kembal lagi," pinta Ghista, tetap sopan meski pada orang yang begitu dibencinya.

Widya menatap jijik ke arah Ghista.

"Cih! Dasar wanita murahan!" ejek Widya.

Ghista pun kembali menatap ke arah Widya dengan ekspresi datar namun penuh amarah.

"Urusan kita belum selesai, Ibu Widya Rahaja. Bros burung merak kesayangan anda sudah saya serahkan pada Polisi, setelah saya menemukannya di vila milik Almarhum Eyang Kakung dan Almarhumah Eyang Suri di Sukabumi. Saat ini, Polisi sedang mengusut kembali kasus kecelakaan itu dan saya pastikan, anda tidak akan bisa lari dari hukuman," ancam Ghista, tak pandang bulu.

Widya tentu gemetar ketakutan sekarang, setelah mendengar tentang penemuan bros burung merak itu dari mulut Ghista. Mereka benar-benar segera angkat kaki dari rumah itu dan tidak lagi berani untuk kembali menunjukkan batang hidungnya.

Ghista berbalik dan hendak masuk ke dalam rumah. Namun Ranti dan Dika menghentikan langkahnya kembali

"Loh, Ayah sama Ibu kenapa masih ada di luar sih? Ini sudah malam, nanti Ayah dan Ibu masuk angin kalau sampai kedinginan," ujar Ghista, khawatir.

"Ssttt! Anak Ibu kok bawel sekali, sih?" goda Ranti, yang langsung memeluk Ghista dengan erat.

Ghista pun tersenyum di dalam pelukan Ibunya, lalu merentangkan tangan satunya lagi untuk menyambut Dika, seperti biasanya. Dika pun mendekat dan ikut memeluk Ranti serta Ghista dengan penuh kasih sayang.

"Ibu dan Ayah sayang kamu, Nak. Ibu dan Ayah sayang sekali sama kamu," ungkap Ranti, dengan segenap perasaan yang membuncah di dalam dadanya.

"Ya, kami menyayangimu, Ghista. Kami sangat menyayangimu," tambah Dika, dengan tulus.

~"Bahagia itu akhirnya datang dan menetap. Tidak pernah lagi pergi dari tempatnya. Ibuku tersenyum penuh warna dan hatiku perlahan sembuh dari luka. Selamat datang, wahai cinta," sambut Gracie.~

* * *

Saga membanting semua barang-barang yang ada di kamarnya dan di seluruh bagian rumah, setelah tiba di rumah. Hatinya benar-benar terasa sakit, setelah digores oleh putri kandungnya sendiri. Ia begitu tertampar dengan kenyataan yang amat pahit, bahwa bagaimanapun kerasnya ia berjuang untuk memisahkan Ranti dan Dika, pada akhirnya takdirlah yang mempersatukan mereka.

Saga sudah kehilangan segalanya. Istri yang seharusnya ia cintai--jika saja tak terpengaruh dengan bujukan Ibunya--dan juga putri kecilnya yang patuh serta penyayang. Ia menyesal karena lebih mendengarkan bujukan Widya. Ia menyesal karena tak pernah mencoba untuk meraih hati Ranti, setelah berhasil menikahinya. Ia menyesal karena hanya memberikan Ranti dan Ghista sebuah penderitaan dan juga kenangan buruk. Kini, ia sudah tak punya lagi kesempatan untuk meraih mereka.

Gunardi mendekat pada Saga, yang kini terduduk di sofa sambil menatap kosong pada jendela yang mengarah pada kolam berenang. Ia berusaha memberanikan diri untuk memberikan kabar terbatu mengenai RHJ Corp yang sudah terlanjur jatuh dan tak bisa lagi diselamatkan.

"Maaf Tuan Saga, sepertinya saya harus mengabarkan hal ini pada Tuan. Saat ini, RHJ Corp sudah tak bisa diselamatkan lagi. Perusahaan telah diakuisisi dan kini sudah berpindah tangan pada ...."

"Apakah saya terlihat peduli dengan perusahaan, saat ini?" tanya Saga, dingin.

"Mohon maaf, Tuan. Sepertinya tidak sama sekali," jawab Gunardi.

"Kalau begitu sebaiknya kamu mencarikan saya jalan tentang bagaimana caranya agar saya bisa merebut kembali mantan Istri saya dan juga Putri kandung saya, dari genggaman tangan pria bernama Andika Rizaldi itu! Saya sudah muak melihat Rima dan Leo yang terus saja membuat saya susah selama dua puluh tahun terakhir ini! Rima sangat jauh berbeda dengan Ranti yang begitu penurut dan penyabar. Begitu pula dengan Leo, dia juga jauh berbeda dari Ghista yang pintar dan cerdas. Lihat saja, betapa suksesnya Putriku itu. Meski tidak hidup di bawah bayang-bayang nama besar Keluarga Rahaja, dia tetap bisa sukses melebihi yang bisa kupikirkan. Segera kerjakan yang saya perintahkan ini, lalu segera kabari saya jika kamu mendapatkan celah!" tegas Saga.

"Baik, Tuan Saga."

Rima mendengar hal itu dengan sangat jelas dari balik tembok tempatnya bersembunyi. Hatinya benar-benar panas dan penuh dengan kemarahan. Ia benar-benar tak menduga, kalau selama dua puluh tahun terakhir ternyata Saga hanya menganggapnya sebagai beban. Ia juga tak menyangka bahwa pada akhirnya ia akan tetap kalah dari Ranti, wanita yang sama sekali tidak modis dan tidak fashionable sama sekali.

Saat ini yang ada di pikiran Rima hanyalah cara agar bisa menguasai sisa-sisa harta yang masih dimiliki oleh Keluarga Rahaja. Saga tak boleh menendangnya bersama Leo begitu saja, tanpa mendapatkan apa pun dari keluarga itu. Lagi pula ia tak ingin Ranti kembali berhasil direbut oleh Saga, karena hal itu tentu akan membuatnya menjadi Nyonya Rahaja kembali. Rima hanya ingin agar dirinya yang menjadi Nyonya Rahaja, sampai dirinya mati.

"Takkan kubiarkan kamu dan Ranti bersatu kembali. Kalau memang sudah tak ada yang bisa diperbaiki di antara kita, maka aku akan melenyapkanmu. Agar aku tetap menjadi wanita satu-satunya dan tidak akan tergantikan di dalam hidup seorang Saga Rahaja. Akan kupastikan hal itu segera terjadi!" batin Rima, penuh kelicikan.

* * *

Jodoh Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang