7 | DUA KETURUNAN YANG BERBEDA

157 21 0
                                    

Indra masuk ke dalam rumah, setelah memastikan kalau Ghista benar-benar pulang usai mengantarnya kembali ke rumah. Ajeng dan Dimas telah menantinya sejak tadi di ruang depan, sambil bersantai seperti biasanya.

"Assalamu'alaikum, Pa ... Ma ...." sapa Indra, sambil mencium tangan kedua orangtuanya.

"Wa'alaikumsalam. Ghista sudah pulang, Nak?" tanya Dimas.

"Iya, Pa. Aku yang suruh dia langsung pulang, karena ini sudah malam. Andai aku yang bawa mobil, maka aku akan antar dia sampai ke rumahnya. Tapi sebelum pulang, dia titip salam untuk Papa dan Mama," jawab Indra.

"Iya, Nak. Kami mengerti maksudmu. Apa yang kamu lakukan adalah hal yang tepat untuk Ghista. Tidak baik kalau dia berlama-lama di luar rumah terutama saat malam hari seperti ini," ujar Ajeng.

Indra pun tersenyum seadanya, lalu berpamitan menuju ke kamarnya untuk beristirahat. Ia berbaring di atas tempat tidurnya usai membuka jas, dasi, dan juga kemeja yang sejak pagi dipakainya. Dihirupnya udara sedalam-dalamnya, seakan ingin memenuhi rongga di seluruh paru-parunya yang kekeringan akibat menahan sesak sejak pergi berdua bersama Ghista.

Ia merasakan cemburu tak beralasan, hanya karena ekspresi Ghista yang begitu kecewa akibat tak bisa menemukan keberadaan Pak Dika. Ia merasa cemburu, bahkan sebelum tahu alasan sebenarnya dari Ghista mengenai pencarian tadi. Ia merasa sangat bodoh dan tidak peka terhadap luka yang masih Ghista hadapi. Setelah bertahun-tahun berlalu, kini Ghista ingin memperjuangkan sesuatu untuk kebahagiaan Ibunya dan bodohnya, Indra tidak peka akan hal itu.

Drrrttt... drrrttt... drrrttt!!!

Ponsel milik Indra kembali bergetar, membuatnya segera bangkit untuk meraih benda pipih tersebut dari saku jasnya yang tergeletak di atas lantai. Dibukanya kunci pada ponsel tersebut, dan dilihatnya nama Ghista yang tertera pada layar.

GHISTA<3
Aku sudah sampai rumah, Kak.

Indra tersenyum saat membacanya. Jemarinya segera mengetik balasan dengan lincah pada layar ponsel.

INDRA
Kalau begitu segera beristirahat ya. Jangan tidur terlalu malam. Have a nice dream.


Tak lama kemudian balasan pun kembali masuk ke ponselnya.

GHISTA<3
Enggak bisa. Aku harus melanjutkan tulisanku dulu, biar besok bisa langsung posting pagi-pagi sekali. You too, have a nice dream too.

INDRA
Nama penamu, apa? Aku mau baca novelmu.

GHISTA<3
Yakin? Tapi itu novel berbayar loh. Enggak gratis.

INDRA
Enggak apa-apa. Aku tetap mau baca.

GHISTA<3
Mahardika G., itu nama penaku. Pilih saja, mana novel yang Kakak suka. Aku menulis berbagai genre soalnya.

INDRA
Terima kasih, Ghista. Sekali lagi, have a nice dream ya. :)

GHISTA<3
Sama-sama, Kak. You too. :)

Indra pun bergegas membuka aplikasi novel online dan mengetik nama pena milik Ghista. Di sana ia menemukan banyak sekali novel yang sudah ditulis oleh wanita itu. Satu persatu dibacanya judul yang tertera di sana, hingga akhirnya pilihan jatuh pada sebuah judul yang menurutnya sangat menarik, BENTANG LUKA DUNIA GRACIE.

Ditekannya tanda lonceng berwarna ungu untuk berlangganan novel tersebut, lalu kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur.

TRIIING!!!

Jodoh Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang