15

2.6K 133 0
                                    

Happy reading ✨

"Kalo  Rora buat kesalahan  yang fatal, sampe-sampe berkeinginan buat bunuh Abang, apa Abang bakalan maafin Rora? Apa Abang bakalan benci sama Rora?"

||
Aurora_Queen'siliaRgnta

✿✿✿

Aurora dengan riangnya memetik apel dihalaman belakang rumahnya, ingat saat Aurora Berkeinginan membongkar rumah kaca yang dibuatkan papanya saat itu, itu benar-benar dilakukannya, bahkan pohon apelnya sudah berada dibeberapa titik dihalaman belakang rumahnya. bukan ia yang melakukan tapi tukang. Dengan duduk didahan pohon apel yang kokoh, ditemani dengan sebotol air putih dan sepiring sambal. sangat nikmat rasanya ngerujak diatas pohon.

"Seminggu lagi panen besar nih!" celetuk Aurora sambil memetik apel yang sudah matang didahannya, ia membersihkan buah bulat itu dengan air botol yang ia bawa dari dalam rumah.

"Lah pisau gue mana?" tanya Aurora pada dirinya sendiri, ia menepuk keningnya pelan. Ia lupa membawanya, mau masuk kedalam rumah lagi rasanya sangat malas. Mager kata Aurora mah.

Tanpa berpikir panjang, Aurora mengigit buah itu lalu mencocolnya dengan sambel rujak yang ia bikin dengan mbok Minah tanpa sepengetahuan orang rumah. Jika mereka tau, bisa dimutilasi Aurora. Canda deng.

Lama Aurora berada diatas pohon ia sampai tidak menyadari kedatangan 4 cowok yang sedang bercanda gurau digazebo bawah pohon mangga. Samar-samar ia mendengar suara bising, dengan tangan yang memegang dahan satunya ia melirik kearah gazebo.

Damn

"Ada bang Gibran njir!" pekik Aurora pelan, ia juga bisa melihat ketiga sahabat abangnya yang sedang bermain kartu. Ia buru-buru menyembunyikan piring bekas sambal rujaknya. "Ni piring tarok mana lagi, njir!" gumamnya. 

"Kalok gue turun, pasti bakalan ketauan bang Gibran! kan berabe," monolognya pelan, jika ia ketahuan sedang berada diatas pohon bisa-bisa Aurora tidak dikasih turun. Bagaimana ini? pikir Aurora.

"AURORA! DIMANA LO?. WOY ADEK LAKNAT! MANA SIK? RORA!?" teriakan memekikkan telinga itu mengagetkan Aurora, ia hampir saja terjungkal kebelakang, untung ia berpegangan pada dahan yang berada didekatnya.

"Anjir bang Arga!" gumam Aurora sambil mengeratkan pegangannya pada dahan pohon, jangan sampai ia ketahuan. Ia semakin berberingsut menaiki pohon apel itu. Aurora sempai berkeringat dingin, saat Arga tepat dibawahnya.

"Jangan nengok atas."

"Jangan nengok atas."

"Jangan!"

"Jangan nengok atas," gumam Aurora tanpa suara, ia memejamkan matanya saat ranting kayu yang agak rapuh terjatuh.

"Anjir pakek jatoh lagi!" batin Aurora mendumel.

"RORA MANA SIK! TADI KATA MBOK MINAH DIBELAKANG. KOK KAGAK ADA?" teriak Arga sambil melenggang pergi. Aurora menghela nafas lega, untung abangnya yang rempong ini sudah pergi. Ia cekikikan saat mengingat bahwa Arga mencarinya karena suatu sebab, tadi siang saat ia pulang sekolah. Ia tidak sengaja menemukan handphone Arga yang bergetar diatas meja patry. Ternyata eh ternyata, ada telpon masuk dari sang pujaan hati abangnya. Jika ia mengingatkan, lucu jugak.

Flashback on

"Hallo!" sapa Aurora dengan suara selembut mungkin.

"H-hallo," jawab seseorang disebrang sana dengan terbata.

AKSA'RORA: Dendam (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang