Extra part!!

2.9K 115 9
                                    

Sesuai janji, 2k vote Extra part Up.

Ini cuma bonus ya buat kalian!!! Makasih

Happy reading

Aksa'Rora

Aurora berlari di koridor rumah sakit dengan air mata yang terus mengalir tiada henti. Jadi ini, jadi ini yang Gibran maksud. ini yang Gibran maksud, agar menjaga diri baik-baik.

"Jaga diri baik-baik,"

"Satu yang harus Lo tau Ra. Gue udah maafin semua kesalahan Lo. Bahkan, gue nggak pernah nganggep Lo salah sama sekali. Dan gue juga minta maaf kalo gue ada salah sama Lo. Gue nggak pernah permasalahin semua yang udah terjadi, takdir emang sering kali jadi lelucon Ra," 

"Kalo seandainya gue bisa milih, gue nggak mau di posisi sekarang. Di mana posisi gue yang serba salah, dengan Lo yang jadi taruhan." Gibran membawa tangan Aurora untuk ia genggam. "Gue pengen jadi Gibran yang dulu, Gibran yang selalu ada untuk adeknya. Adek kesayangannya Yaitu, Lo Ra."

"Jangan pernah ngerasa sendiri ya cantik, semua orang sayang sama Lo. Jaga diri Lo baik-baik, jangan pernah ngelukain diri Lo sendiri lagi. Jangan nakal! Jangan ngelawan Mama, Papa, atau bang Arga! Jangan pernah begadang lagi! Jangan nangis di tengah malem lagi! Belajar yang rajin! Banggain Mama sama Papa, oke!" 

"Abang sayang sama Rora, jangan pernah lupain Abang. Abang pergi, jangan sedih ya cantik. Abang akan selalu sayang sama adek kesayangan Abang ini. Gibran akan selalu jadi abangnya Rora. Selamanya," 

Ucapan Gibran benar-benar terngiang di kepala Aurora saat ini. Jika Aurora tau, ia tidak akan pernah membiarkan Gibran pergi dari rumah.

"Bang Gibran maafin Rora,"

Ucapan itu terus terlontar di bibir Aurora. Hingga langkahnya terhenti saat melihat Aksara yang duduk dengan kepala yang di perban.

Dengan langkah pelan, Humaira menghampiri Aksara. Berdiri di hadapan Aksara yang kini tengah menunduk.

"Bang Aksa," cicit Aurora membuat Aksara mendongak.

Mata keduanya bertemu. Sama-sama memancarkan kehilangan. "Bang Aksa. Bang Gib--"

Grep

Aurora terdiam saat Aksara menerjangnya dengan pelukan. Tak lupa dengan kecupan di pucuk kepalanya.

"Bang Aksa, Bang Gibran di mana?" tanya Aurora dengan pelan.

Aksara menggeleng. Mengeratkan pelukannya pada Aurora.

"Maaf!" gumam Aksara membuat tangis Aurora semakin keras.

"Nggak .... NGGAK .... BANG GIBRAN NGGAK MUNGKIN NINGGALIN GUE, BANG GIBRAN NGGAK MUNGKIN NINGGALIN RORA!" teriak Aurora memukul dada bidang Aksara.

"Rora mau liat bang Gibran, Rora malu liat bang GIBRAN!"

Aurora melepas pelukannya. Berlari masuk kedalam ruang UGD dengan air mata yang terus mengalir.

AKSA'RORA: Dendam (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang