29

2K 113 1
                                    

Happy reading

Dari pada sama Nesa mending Gibran sama Author aja😀 mau nggak? mau nggak? Maulah masak enggak😂 hhe.

Dari pada sama Nesa mending Gibran sama Author aja😀 mau nggak? mau nggak? Maulah masak enggak😂 hhe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa'Rora

"Ngeselin banget sik!"

"Kenapa Ra?" tanya Gibran saat melihat adiknya menghampiri dengan wajah kesal. Saat ini jam menunjukan pukul 10:35, jam istirahat pertama SMA Diamond's high school.

Dengan wajah kesalnya Aurora mendudukan bokongnya di kursi sebelah Aksara. "Masak tadi Rora dimarahin," sebalnya dengan bibir yang mengerucut. Ia tadi sudah berpamitan kepada teman-teman sekelasnya untuk pergi ke kantin. Pasalnya, teman-temannya itu sedang asik bergibah Ria dipojok kelas.

Gibran menaikan sebelah alisnya. "Dimarahin?" beonya yang diangguki mantap oleh Aurora. "Dimarahin siapa? Bilang sama Abang. Biar Abang buat nggak bisa idup lagi."

"Buk Laili tu, masak tadi pas Rora kumpulin lembar jawaban malah dia robek, terus marah-marah. Manah marahnya nggak tepat waktu lagi!" adu Aurora, ia mencebikan bibirnya. Kesal? Tentu saja iya. Gibran meneguk ludahnya kasar, walaupun Gibran adalah anak pemilik sekolah. Tapi ya, ia tidak bisa semena-mena disekolah ini. Apa lagi kalau sudah berurusan dengan guru matematika dan BK, jauh-jauh deh Gibran.

Aksara hanya bisa menggelengkan kepalanya, sudah dipastikan gadis menggemaskan ini pasti berbuat ulah. Hingga menjadikan guru matematika itu sampai merobek lembar jawaban nya.

"Diapain?" tanya Aksara datar. Aurora menoleh kearah Aksara yang berada disampingnya. "Cuman itu sik, tapi Rora kesel dong. Masak cuman gara-gara Rora ngarang, dia robek lembar jawabannya Rora. Padahal otak sama tangan Rora udah berasap gara-gara nulis. Soalnya sebaris, jawabannya beranak. Dasar--!"

Aurora terus saja berceloteh. Bahkan ia tidak memperdulikan tatapan aneh penghuni kantin, yang melihatnya dengan tatapan heran. Pasalnya, tumben sekali seorang Aurora Queen'silia Agraha, mencak-mencak tidak jelas dengan bibir yang mengerucut sebal. Biasanya kan Aurora orangnya selalu ceria.

"Emang tadi Lo jawab apa Ra?" tanya Riksa, memang sejak tadi hanya pertanyaan itulah yang bersarang dalam otaknya. Setelah menelaah dan memperhitungkan secara rumus Ekonomi-- apaan Sik GJ.

Aurora menghela nafas panjang. "Rora jawab, nggak tau. Soalnya Rora suruh ngitung berapa kerugian pak Mamat julan tomat yang beli harus hor--"

"Ck, serius Ra!" decak Rey malas. Aurora menyengir.

"Rora kan nulis jawabannya tu, nggak tau. Soalnya Rora disuruh ngitung kerugian pak Mamat yang jualan tomat. Kan Rora nggak pernah tanya sama pak Mamat kerugiannya berapa, Rora jugak nggak kenal yang namanya pak Mamat. Gimana Rora bisa jawab kalo kek gitu!" jelas Aurora berbelit-belit.

AKSA'RORA: Dendam (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang