9

2.7K 159 9
                                    

Happy reading 😊

"Bijaklah dalam mempermainkan ekspresi!"
|
Aurora Queen'silia Reganta

✿✿✿

"Anjing!" umpat Aurora, matanya memanas, dadanya bergemuruh. Melihat air mata dari sang mama mengalir deras dipipinya. Dan semua itu gara-gara Gibran. Cowok anjing, nggk tau malu, sok dekat, sok kenal, dengan Aurora. Sungguh saat ini Aurora sedang mengabsen seluruh isi kebun binatang, menyumpah serapahi cowok yang dengan beraninya membuat sang mama bersedih.

"Kenapa Ra?" tanya Bima perhatian, Aurora mendengus. Ia menatap tajam seluruh anggota yang tengah bersantai dengan laptop dipangkuan masing-masing.

Seluruh anggota kecuali Reon, meneguk salivanya kasar. "Ke-kenapa Queen?" tanya Jule memberanikan diri.

Aurora memejamkan matanya, menahan amarah yang tidak tau akan dilampiaskan kepada siapa. "Rancang rencana selanjutnya, seditail-ditailnya. Jangan sampe ada kesalahan kek gini lagi. PAHAM!" sentak Aurora, semuanya mengangguk seakan-akan tersihir oleh keadaan yang mencekam. Atmosfer disekitar Aurora menggelap, nafasnya memburu, ia benar-benar dikuasai emosi saat ini.

"Dodi ikut gue!" pinta Aurora, cowok yang bernama Dodi itu meneguk salivanya kasar. Mengambil nafas sebentar, lalu menghembuskan nafasnya pasrah.

"Ba-baik Queen!" pasrah Dodi, Aurora berjalan mendahului Dodi. Dodi mengekor dari belakang, sampai didepan pintu salah satu ruangan yang bertuliskan ruang senjata.

Aurora masuk, diikuti Dodi. "Nih. gue nggak bakalan ngelukain Lo. Tapi maaf kalo sampe kegores dikit!" peringat Aurora menyeringai, sambil melempar sebuah pisau.

"Ki-kita main i-ini Queen?" tanya Dodi ragu, pasalnya ia sama sekali tidak ahli dalam pisau memisau. Ia ahli dalam bidang senjata api seperti pistol.

"Kenapa? Lo takut, keluar dari Pócupine kalo Lo penakut. Pócupine nggk butuh cowok penakut kek Lo!" herdik Aurora. Dodi meneguk salivanya kasar. Bersiap diposisi untuk menyerang dan menahan. Lebih tepatnya ia tidak akan menyerang, ia hanya bisa menahan.

"Mulai!" Aurora menyeringai. Ia mengayunkan tangannya dengan lihai. Dan selalu ditangkis oleh Dodi. Lagi pula Dodi tidak akan tega melukainya.

Sedangkan diluar ruangan, semuanya menegang. Pasalnya ia tau Aurora sedang melampiaskan emosinya terhadap Dodi. Mereka bahkan bisa mendengar suara dentingan pisau yang saling bersahutan.

"Ck, matilah kau Dodi!" decak Jule sambil mengusap tengkuknya. Ia bahkan tidak berani berkutik, takut menjadi sasaran Aurora yang selanjutnya.

"Yon. gimana?" tanya Ken, Reon mengedikkan bahunya acuh. Ia kembali berkutik dengan laptopnya.

Ken berdecak. "Yon! Maksud gue itu gimana rencana selanjutnya. Lo tulis aja deh sekaniro nya dulu, ntar gue kumpulin ide-ide dari para profesor kita." Profesor yang dimaksud Ken adalah anggota-anggota lainnya. Yang menurutnya mempunyai IQ bahasa Indonesia yang tinggi.

Reon mendengus, namun tetap menganggukkan kepalanya. Bagaimanapun perintah high Queen mereka harus dituruti.

FYI, Aurora adalah gadis pertama yang dipercaya oleh seluruh anggota Pócupine, dengan sikap yang mudah berubah-ubah. Ia bahkan dijuluki high Queen oleh seluruh anggota. Yang bahkan ketuanya Areon Neslon Abimanyu menuruti setiap perintah Aurora. Setelah diangkat menjadi high Queen, Aurora mulai dilatih dari mulai bela diri, hacker, senjata, dan perencanaan beberapa strategi, dari seluruh anggota Pócupine yang sudah senior. Hingga kini, Aurora menjadi gadis yang tangguh, dan pintar bermain dengan ekspresi wajah.

AKSA'RORA: Dendam (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang