Happy reading
"Permainan yang sebenarnya baru saja dimulai!"
||
Aurora_Queen'siliaAgrha✿✿✿
"ABANG MINTA DUIT!" pekik Aurora sambil membuka kasar pintu kamar Gibran. Tadi ia sudah meminta pada Arga, namun tidak ada yang cash. Kan nggak elit kalo beli permen di warung depan komplek pakek ATM.
Kenapa Aurora meminta uang pada abangnya atau mama-papanya? Jawabannya hanya satu. Males megang uang banyak. Kalo dijawab Kan bisa pakek ATM?. Jawabannya pun sama, males megang uang banyak, ntar ilang. Begitulah jawaban Aurora jika disuruh memegang uang atau ATM, alhasil jika Aurora ingin sesuatu ia akan meminta uang pada Arga atau Gita--mamanya. Baru kali ini ia meminta uang pada Gibran.
Gibran yang tengah bermain PS bersama anggota inti Gideón lainnya hanya berdehem pelan. Ia melempar dompet tebal miliknya kearah Aurora.
"Neng Rora mau beli apa? A'ak Riksa anterin kuy!"
"Ekhem!"
Riksa menoleh kearah Aksara yang tiba-tiba berdehem, tapi matanya tetap pokus dengan layar Tv didepannya. "Batuk Sa? minum obat nyamuk! Batuk hilang, nyawa melayang!" ucapnya disertai kekehan kecil, ia tau pasti sahabatnya ini tengah cemburu budeg.
"Rora mau beli permen baru diwarung depan komplek bang. Katanya sik rasa apel, pedagangnya kemaren beli disupermarket!" jelasnya sambil menggeser beberapa uang merah didalam dompet Gibran. "Bang nggak ada yang dua ribuan apa!" ujarnya dengan memanyunkan bibirnya.
"Dih sik bocil. dikasih yang merah-merah, malah mau yang abu-abu. Waktu bocah gue nggak kek gini-gini amat dah!" Rey menepuk keningnya, Aurora memang beda dari yang lain.
"Mau Abang anterin?" tanya Gibran meletakkan stik PS nya. Aurora menggeleng pelan. "Nggak usah bang, orang cuman didepan kok!" jawabnya, mengambil beberapa lembar uang merah dari dompet Gibran.
Gibran berdecak. "Ck, tapi ini udah malem Aurora. Ntar Lo kenapa-napa!" tegasnya. Memang jam sudah menunjukan pukul 8 malam, tidak baik bukan anak gadis keluar rumah malam-malam. Pamali kalo kata orang tua mah.
Lagi dan lagi Aurora menggeleng. "Nggak mau Abang, Rora bisa sendiri! Rora udah gede!" ujar Aurora bersikeras. Jangan lupakan bahwa Aurora adalah orang yang keras kepala. "Udah ah, Rora berangkat dulu, by Abang ... By bang gan-- eh bang Aksa hhe, by bang Aksa love you!" pamitnya lalu berlari pergi keluar kamar Gibran.
Aksara mematung. Secara tidak langsung, Aurora menyatakan perasaannya bukan? Apakah segampang itu gadis menggemaskan ini menyatakan perasaannya.
"Sa!"
"Sa."
"Aksara!" panggil Rey dengan sedikit pekikan.
"Eh iya, apa?"
Rey memicingkan matanya. "Lo salting ya Sa?" godanya dengan senyum smrik. Aksara berdesis, mana mungkin seorang Aksara Reynand Bagaskara salting oleh bocah ingusan seperti Aurora. Tidak akan mungkin. Catet, tidak akan mungkin. Kalo kejadian kita apain gys?.
Diwarung depan komplek, Aurora tengah menunggu sang penjual mengambilkan permen baru yang dimaksud Aurora. Ia duduk dikursi tunggu dengan mengayun-ayunkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA'RORA: Dendam (TAHAP REVISI)
Roman pour AdolescentsNo Plagiat Cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang bernama, Aurora Queen'silia Reganta, yang ingin membalas dendam atas kematian kekasihnya. Bersikap polos dan menggemaskan hanyalah menjadi topeng keganasan dalam dirinya. Seringkali ia d...