19

2.3K 134 1
                                    

Happy reading

✿✿✿

Seorang cowok dengan stelan casual nya tengah memilih-milih beberapa bungkus kuaci dirak supermarket. Reyan, inti Gideón ini memang sangat suka dengan kuaci.

"Borong nggak? Borong nggak? Borong lah masak enggak!" gumamnya sambil cekikikan, ia mengambil dan meletakan semua kuaci yang ia ambil ketroli.

"Eh kak!" sangga seorang gadis sambil berjalan kearah Rey. Dengan kepala yang ditundukan ia melangkah dengan pelan kearah Rey. "Mmm ... Kak, b-boleh gue minta kuacinya. Satu aja!" pintanya dengan kepala masih menunduk.

"Kalo ngomong sama orang, nggak sopan kalo nggak liat orangnya langsung!" tegur Rey halus, tanpa sadar ia menaikan dagu gadis dihadapannya dengan jari telunjuknya.

Sontak gadis itu terkejut, ia mendongak dan menatap Rey heran. Rey termenung sesaat, gadis dihadapannya ini sangat cantik. Kepala yang ditutupi oleh jilbab pasmina berwarna hitam, semakin membentuk wajah putih cantiknya.

"Astagfirullah!"

"Eh sorry, gue tadi nggak sengaja!" ujar Rey yang paham dengan kondisi gadis dihadapannya ini. Ia tersenyum kikuk saat gadis itu mengangguk samar.

"Ng ... Nggak pa-pa kok kak! Mm ... Boleh gue minta kuacinya?" tanya lagi, jujur ia sangat menginginkan kuaci saat ini. Sudah lama semenjak ia pindah ke Jepang ia tidak pernah makan kuaci lagi. Pernah, tapi tidak seenak di Indonesia katanya.

Rey mengangguk. "Boleh! Btw gue Rey. Reyan Dirgantoro," ucap Rey mengulurkan tangannya.

"Asyifa. Humaira Asyifa!" balasnya dengan melipat tangan didepan dada. Rey mengangguk kikuk, ia menarik tangannya lagi. Dengan senang hati ia memberikan satu kantong kuaci yang bertuliskan 'Rebo' itu ke gadis yang bernama Asyifa tadi.

"Makasih kak!" ucap Asyifa sambil tersenyum sumringah.

"Manis!"  batin Rey sambil menganga kecil, ia sangat terpana dengan kecantikan alami Asyifa. Terlihat lebih berseri-seri.

"Mmm ... Gue duluan kak, makasih sekali lagi!" Rey mengangguk, masih dengan keadaan setengah sadar. Ia melihat Asyifa yang berbalik dan berlalu pergi dari hadapannya.

"Anjir bidadari," gumamnya hendak berjalan.

"Anjir, gue lupa minta nomer HP nya."

✿✿✿

"ASTAGA ... AURORA!" pekik Nesa berlari menuju Aurora yang tengah berbaring di ranjangnya. Sesuai rencana Andre tadi pagi, sepulang sekolah mereka menjenguk Aurora yang katanya sakit. Emang sakit Sik.

Aurora yang tengah bermain ponsel pun terlonjak kaget, ia menatap sinis Nesa yang hanya menyengir tanpa dosa. "Kaget?" tanya Nesa dengan watadosnya.

"Nanya lagi!"ketus Aurora berusaha duduk dari rebahannya. "Yang lain mana?" lanjutnya Aurora sambil bersandar dikepala ranjang.

"Masih diluar," jawab Nesa dengan santainya duduk disofa kamar Aurora. Aurora mengangguk, samar-samar ia mendengar suara ribut dari luar kamarnya.

"Samlekom!" sapa Yusril membuka pintu kamar Aurora, diikuti yang lainnya dari belakang. Aurora tersenyum sumringah ia merentangkan tangannya saat Neli mendekat kearahnya, Neli yang mengerti pun memeluk Aurora dengan senang hati.

AKSA'RORA: Dendam (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang