23

2.2K 127 1
                                    

Happy reading

Aksa'Rora

"Dasar bodoh, begok, goblok, tolol!" umpat Aurora saat sambungan teleponnya diterima oleh seseorang diseberang sana.

"Waha ... 4 kata dalam satu arti!" seruan dari seseorang diseberang sana membuat Aurora mendengus.

"Kenapa Queen?" tanya orang itu yang tidak lain adalah Areon. Ia menyerngit heran saat Aurora tiba-tiba mengumpat. Biasanya Aurora tidak akan pernah mengatakan kata-kata kasar jika tidak ada kesalahan dari anggotanya.

"Kenapa Lo bilang? Kalian kalo nggak nganggep gue sebagai Queen kalian lagi jangan kek gini. Bahkan kalian jadiin gue tumbal dalam misi ini, gue ada salah apa sama kalian?" tanya Aurora dengan suara lantangnya, dadanya naik turun seiring dengan napasnya yang memburu. Ia sedang emosi saat ini, entah kenapa pikirannya sekarang tertuju pada hal-hal negatif.

"Lo kenapa sik?" pertanyaan yang sama masih dilontarkan eh Areon, ia tidak habis pikir dengan Aurora yang tiba-tiba nggeas.

"Lo kenapa? Bilang sama gue. Kalo kami ada kesalahan ngomong, jangan kek gini!" tegur Bima dengan suara halusnya.

Aurora menghela napas nya panjang. "Kenapa kalian neror Gideón? Kenapa kalian ngeroyok anggota mereka? Apa kalian sadar hal yang kalian lakuin itu hal yang bodoh, sangat bodoh. Sejak kapan Pócupine jadi pengecut kek gini? sejak kapan Pócupine mainnya keroyokan? Sejak kapan Pócupine putus komunikasi sama Queen nya? Sejak kapan? Sejak kapan?" tanyanya beruntun.

Seluruh anggota Pócupine yang tengah berada dimarkas tercengang. Sejak kapan mereka mengirim teror, dan sejak kapan mereka mengeroyok anggota Gideón. Bahkan mereka tidak pernah bertemu dengan anggota Gideón, hanya lewat cctv dan beberapa elektronik lainnya mereka melihat inti Gideón, itupun hanya sekedar foto dan informasi sedikit.

"Neror? Ngeroyok? Maksudnya?"

"Tunggu dulu, bahkan kita lagi nunggu aba-aba dari Lo buat bertindak selanjutnya!" Aurora terdiam, benar juga apa kata Reon. Tapi sudah ada buka yang kuat, dan Aurora melihatnya sendiri.

Aurora menggeleng. Ia berujar, "kalo bukan kalian siapa lagi? Kalian neror Gideón dengan kode. Kalian pikir mereka itu bodoh, mereka tau siapa kita. Maka dari itu mereka bunuh Rean, dan Lo tau sendiri mereka itu gimana. Dan satu lagi! Kenapa gue yang kalian jadiin sasaran hah? Sembarangan taroh foto gue kek gitu."

"Foto apa Queen? kode apa?" tanya Ken dengan nada frustasi. Jangan lupakan bahwa Ken adalah orang yang bijak dan selalu tenang, sekarang? Ia malah frustasi dengan Aurora yang marah-marah tidak jelas.

"Ck, kalian taroh foto gue di bangkai burung gagak. --"Aurora menyeritakan apa saja yang ia alami dibasecamp Gideón. Dari mulai dengan sambutan hangat, godaan, main monopoli, sampai Aksara datang dengan sebuah kotak dan Gibran melihat isinya lalu melemparnya kesembarang arah, membuat Aurora terkejut dengan isinya. Burung gagak yang berlumuran darah dengan duri landak yang menancap diseluruh bagian tubuh hewan pertanda kematian itu.

"Hey denger sini, Kita nggak pernah ngirim teror ke Gideón. Lo tau sendiri kita juga bergantung sama Lo saat ini!"

"Kita jugak nggak pernah ketemu anggota Gideón. Emang Bima pernah nyuruh sebagian dari anggota pergi ke Jakarta, tapi bukan buat ngeroyok anggota Gideón! Mereka kesana cuman buat bunuh orang kepercayaan keluarga Agraha yang jaga CCTV rumahnya. Bahkan Lo ada disini kan waktu itu. And yah, setelah misi mereka selesai, mereka langsung balik kok ke Bandung."

AKSA'RORA: Dendam (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang