Part 16 [ Peak of Destruction ]

1.5K 309 125
                                    

Pagii sayang...

Sebelum baca saya mau ngasih tahu, kalian bacanya pelan-pelan yah biar bisa lebih mendalami. Jadi scroll nya pelan aja, jangan cepet-cepet. Oke!

Please!
Vote, komen dan share!



HAPPY READING!!
SORRY FOR TYPO!!

HAPPY READING!! SORRY FOR TYPO!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏









Suasana didalam ruangan terasa hening, aku masih berpegang teguh dengan tetap duduk diam dan wajah datarku menatap dua orang yang duduk dihadapanku menunggu mereka untuk memulai.

Sebelumnya tadi saat aku baru saja tiba di Bandung, tiba-tiba sosok yang biasanya aku panggil Mama-Papa datang mengunjungi rumah untuk pertama kalinya setelah sekian tahun tak pernah datang.

"Lerin. "

Setelah itu kembali hening, aku yang kesal pun akhirnya membuka suara.

"Siapa aku? "

"Sayang, dengerin Ma—"

"Anak pungut. "

Aku mencengkeram sofa disampingku dan membuang nafas perlahan mencari cara agar sesak di dada ini menghilang, meski itu adalah hal yang percuma.

"Kenapa? "

"Sayang dengerin Ma—"

"KENAPA KALIAN LAKUIN INI SAMA AKU?!"

"Kalian buat aku jadi penari ballet dan aku lakukan demi kalian, sedangkan dia yang kalian panggil Aya itu kalian sayang walaupun dia bukan penari ballet. Kenapa? "

"Karena dia adalah puteri kandung kami, sedangkan kamu? Hanya anak haram yang membuat adik saya mati karena melahirkan kamu. "

"Mas, jang—"

"Adik saya atau ibumu adalah penari balet dan dia harus kehilangan karirnya karena mengandungmu, ayah bajinganmu dengan teganya meninggalkan adik saya karena mengandungmu. "

"Karena kamu, adik saya menderita dan karena kamu saya kehilangan adik saya. "

Hal yang paling menyakitkan bagiku adalah saat sosok yang aku impikan menjadi super hero ku, menancapkan luka yang paling dalam dan tak akan pernah hilang.

"Sudah lama saya menunggu hari ini, saya lelah terus bersandiwara dan membagi waktuku bersama puteri saya demi anak sial sepertimu. "

"Setelah ini tolong jangan ganggu kami, biarkan kami hidup dengan tenang bersama keluarga kecil kami. "

"Urusan kita sudah selesai, ayo sayang. "

"Mas, kita tidak boleh—"

"Jangan menentangku sayang, ayo kita pergi dari sini. "

𝚁𝚒𝚍𝚍𝚕𝚎 𝙲𝚞𝚝𝚎 𝙱𝚘𝚢 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang