Part 2 [ MoodBoster ]

3.4K 438 30
                                    

Ready to read?

HAPPY READING!!
SORRY FOR TYPO!!

HAPPY READING!! SORRY FOR TYPO!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏










Jam istirahat pertama menjadi penutup free kelas kami tapi karena kami masih kenyang dengan nasi goreng buatan Bunda Melvin, akhirnya aku memutuskan untuk duduk manis dibangku kelas dengan earphone ditelingaku yang mendengarkan orkestra indah yang akan menjadi lagu untuk penampilanku sabtu malam nanti.

Menjadi penari balet sebenarnya cukup melelahkan bahkan seringkali aku merasa jenuh dan ingin berhenti, namun karena melihat raut wajah kepuasan dari orang tua dan para penonton membuatku merasa puas dan tak ingin berhenti.

"Bep! "

Seruan itu masih dapat kudengar diantara alunan orkestra, aku tahu siapa itu tapi aku tetap memilih diam dengan mata yang masih terpejam. Hingga puncaknya, seseorang menarik salah satu earphone ku dan tentu saja itu adalah sosok yang sama dengan yang memanggilku.

"Apasih, Mel? "

"Gue panggil lo daritadi sampe mau kering tenggorokkan gue tapi gak nyaut-nyaut, budeg tau rasa lo Bep. " omelnya dengan kesal.

"Lo mau apa? "

"Nih buat lo. " kulihat Melvin menyodorkan sebuah kotak berwarna kuning lucu kearahku, aku tahu apa itu dan tak menunggu lama akupun langsung mengambil kotak itu.

"Dari siapa lagi nih? " tanyaku.

"Adek kelas, kalo gak salah namanya Serah deh. "

"Sarah kali. "

"Ah ya itu. "

Aku menganggukkan kepala, aku tahu siapa itu Sarah. Adik kelas gila tenar itu pernah mendekatiku untuk menanyakan apa yang Melvin gemari, tentu saja aku memberi tahunya karena aku tahu Melvin tak akan suka dengannya.

Aku membuka kotak kuning itu dan dapat kulihat sebuah jam keren yang memiliki warna kuning, bukan hanya itu didalamnya juga ada cheese cake juga macaron. Lumayan, gumamku dan mulai memakan macaron berwarna kuning itu.

"Lo nerima dia? " tanyaku pada Melvin yang sudah mengambil alih sebelah earphoneku.

"Males, bedaknya aja udah lima senti, belum lagi bibirnya kayak uler dijilatin mulu. Gue yakin dia itu calon generasinya macam si Pelet itu, mirip soalnya. "

Mendengar itu akupun tertawa pelan, menurutku soal mengejek orang Melvin nomor satu.

"Valeta, Mel Astaga. " gelakku.

"Sama ajalah, Bep. "

"Gue makan yah. " izinku meski kue manis itu sudah masuk setengahnya kedalam perutku.

𝚁𝚒𝚍𝚍𝚕𝚎 𝙲𝚞𝚝𝚎 𝙱𝚘𝚢 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang