Part 30 [ Women's Throne ]

1.3K 249 16
                                    


Happy Reading!!
Sorry for typo!!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






______________________









"Selamat pagi, Nona. "

Aku hanya tersenyum dan mengangguk membalas sapaan kepala maid saat aku baru saja tiba didapur, ini adalah kali pertama kali ke dapur setelah beberapa hari ini aku hanya berdiam diri didalam kamar.

"Ada perlu apa Nona ke dapur? Ada sesuatu yang Nona inginkan? "

"Tidak, aku hanya ingin membantu kalian memasak. " jawabku sembari mengikat rambutku menjadi satu.

"Jangan! "

Tubuhku tersentak mendengar sebuah suara dari arah pintu masuk dapur dan ternyata itu adalah Dad, kulihat dia sudah tampil rapih dengan jas formalnya.

"Dad? "

"Ehm.. Maaf, aku tak sengaja berkata keras sekali padamu. Kemarilah Belle, kamu tak pantas berada disana. "

Aku menatapnya bingung, kenapa dia bicara seperti itu? Baru saja aku ingin protes, Dad lebih dulu menarik lenganku dan membawaku pergi dari area dapur.

"Kenapa aku tidak boleh membantu para maid? Aku sedikit bisa memasak jadi tidak akan mengacaukan dapurmu. "

"Aku tahu, tapi Dad tidak mau kamu ada disana karena kamu itu belum benar-benar pulih Belle. "

"Aku sudah sembuh, sungguh. Aku tidak enak untuk terus berdiam diri dan merepotkan banyak orang, jadi aku ingin membantu apa yang bisa aku lakukan. "

"Jangan bicara seperti itu, pokoknya Dad tidak mau kamu melakukan hal apapun dirumah ini. Mengerti? " Aku memilih mengalah dan kuanggukkan kepalaku dengan pelan.

"Anak pintar, sekarang ayo kita makan. "

Dad membawaku duduk dimeja makan, aku duduk disamping kanan Dad sedangkan sang pemilik rumah duduk dikursi kepala keluarga.

Kami pun memulai sarapan dalam diam, aku menikmati makanan yang tersaji diatas meja dan begitupula dengan Dad.

"Ada yang ingin Dad katakan padamu, jika kamu sudah selesai dengan sarapanmu, ayo kita keruang kerja Dad. " ucap Dad setelah kami selesai dengan sarapan kami.

Aku mengangguk dan pergi berjalan mengikuti langkah Dad yang berjalan didepanku, langkahnya memang pelan namun aku tak berani untuk mengimbangi langkah Dad.

"Kenapa dibelakang terus? ayo masuk. "

Baru satu langkah aku memasuki ruangan, aku merasakan rahangku hampir saja jatuh melihat interior ruang kerja milik Dad yang begitu mengagumkan.

𝚁𝚒𝚍𝚍𝚕𝚎 𝙲𝚞𝚝𝚎 𝙱𝚘𝚢 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang