Part 35 [ Strange Feeling ]

1.1K 255 110
                                    

Happy Reading!!
Sorry for Typo!!










_______________________








Aku menjelaskan semua yang aku lihat kepada Bunda dan aku hanya mendapat balasan senyuman sendu dari Bunda, hanya itu karena Bunda sudah tahu segalanya. Lalu aku menjelaskan rencanaku yang ingin melaporkan masalah ini ke pihak berwajib, awalnya Bunda terkejut dan tidak setuju namun setelah aku menjelaskan semua yang terjadi akhirnya Bunda menyetujui.

"Lakukan sayang, walaupun Bunda gak kuat kalau lihat putera Bunda sendiri masuk penjara tapi Bunda harus lakukan ini agar Nanda dan Ayahnya jera. "

Aku masih mengingat balasan Bunda waktu itu, aku ikut merasakan kesedihan dari Bunda saat Bunda mengatakan itu dengan berat hati tapi aku tak boleh mundur.

Setelah malam itu, aku tak lagi melihat keberadaan Melvin bahkan di sekolah pun Melvin absen. Bunda bilang jika Melvin sedang ingin bersama ayahnya dan akan menginap bersama Om Ervin selama seminggu, dan itu benar-benar terjadi.

Kini aku kembali melihatnya setelah seminggu ini mataku tak melihat Melvin secara nyata, namun semuanya berubah. Aku merasakan perubahan dalam hidupku saat melihatnya.

Tak ada senyuman, tak ada tatapan jenaka, tak ada sapaan.

Aku merasa jika yang aku lihat saat ini bukanlah sosok Epin sahabatku, aku merasa tengah melihat sosok cowok asing yang aku kenal bernama Anan.

Menyakitkan, sangat menyakitkan.

Bahkan satu tetes air keluar dari sudut mataku saat Melvin melewatiku begitu saja seolah aku bukanlah sahabat kecilnya, Melvin tetap acuh mengobrol dengan keempat teman— Ah bolehkan aku mengatakan bahwa mereka adalah kacung?

Kuseka sisa air mata dipipiku saat menyadari bahwa aku sudah menjadi pusat perhatian murid yang ada disekitar kelasku, dengan cepat aku memasuki kelas untuk menyimpan tas. Namun lagi-lagi aku merasakan sesak melihat bangku disebelahku kosong, karena tas kuning yang aku kenal kini berpindah dibangku paling belakang.

Kulihat teman sekelasku memandangku penuh tanya, aku yakin mereka penasaran dengan apa yang telah terjadi antara aku dan Melvin tapi aku memilih untuk tak menghiraukan itu. Aku lebih memilih menangkupkan kepalaku di lipatan tanganku untuk menenangkan fikiran sebelum pelajaran dimulai, aku tak ingin jika fokusku terpecah belah dan mengakibatkan ulangan harianku berantakan.

Namun bukannya tenang, fikiranku malah semakin runyam dengan satu sosok yang menjadi pusat perhatianku.

Aneh rasanya melihat sifat Melvin padaku, bukankah seharusnya aku yang marah kepada Melvin? Tapi kenapa hal ini malah menjadi boomerang padaku.

𝚁𝚒𝚍𝚍𝚕𝚎 𝙲𝚞𝚝𝚎 𝙱𝚘𝚢 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang