Happy Reading!!
Sorry for Typo!!_____________________
Kenyataan pahit kembali aku rasakan, nyatanya perasaan hangat dan lega yang aku rasakan hanyalah semu. Pada kenyataannya, aku disini, ditempat yang begitu dingin dan jauh berbeda dari tempatku pulang.
Tubuh yang sudah kotor karena tanah menyatu dengan darah yang bercucuran akibat kecelakaan tadi, jika begini aku lebih baik mati daripada hidup merasakan penderitaan ini. Kapan penyiksaan ini berakhir, Tuhan?
Bibirku sudah kelu untuk sekedar meringis, mataku terlalu berat untuk menangis dan tubuhku terlalu sakit untuk digerakkan. Adakah hal yang lebih parah selain ini lagi?!
Jika kalian ingin tahu dimana aku sekarang, akan aku beri tahu. Saat aku sadarkan diri tadi, mataku sudah disuguhkan sebuah rumah yang lebih pantas dibilang gubuk, tertidur tanpa alas apapun selain tanah.
Tangan dan kakiku memang tak diborgol atau ditahan apapun, dengan kata lain aku bisa saja melarikan diri dari tempat ini kapan pun itu tapi aku rasa itu percuma, luka yang ada ditubuhku menahan diriku untuk pergi. Jadi jangan salahkan aku yang memilih untuk menyerah dan menikmati detik-detik kematianku, ya aku sudah merasakan kematianku sudah dekat.
Tak apa, itu lebih baik karena aku bisa pulang ke tempat Mama Karina.
Kalimat itu terus melayang dikepalaku untuk menjadi penyemangat dari kepedihan ini, setidaknya tidak ada air mata yang menghias kepergianku.
Melvin, seketika aku mengingat nama itu. Aku tak tahu bagaimana keadaan dia setelah aku menelfon nya tadi, aku harap dia baik-baik saja.
"Ada sebuah gubuk! Panggil Tuan kemari! "
"Haruskah kita membukanya lebih dulu? "
"Jangan! Tuan bisa marah, jadi biarkan Tuan yang membukanya. "
Samar-samar suara obrolan beberapa pria terdengar di pendengaranku, aku tak tahu mereka siapa tapi mungkin saja mereka penjahatnya. Hingga tak lama kemudian, aku mendengar beberapa derap langkah bersahutan diantara keheningan.
"Tuan. "
"Apa kalian sudah membukanya? "
"Belum, kami menunggu Tuan. "
"Dasar bodoh! Kenapa kalian tidak membukanya?! "
Tubuhku sedikit tersentak mendengar bentakkan seseorang yang begitu mengintimidasi, bahkan bulu kudukku saja langsung berdiri.
Brak!
"Astaga! "
Merasakan cahaya yang mengenai ujung retinaku, akupun mendongak menatap pintu gubuk yang terbuka lebar oleh seorang pria pertubuh tegap. Namun aku tak tahu siapa karena aku tak bisa melihat rupa wajahnya yang membelakangi cahaya, mungkinkah dia malaikat mautku?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚁𝚒𝚍𝚍𝚕𝚎 𝙲𝚞𝚝𝚎 𝙱𝚘𝚢 [END]
Teen FictionNama lengkapnya adalah Ananda Melvin Pramayoga, biasanya aku memanggilnya Melvin dan dia adalah sahabatku. Menurut orang lain, Melvin itu lucu dan menggemaskan meski aku tak bisa menampik itu tetapi bagiku dia sangatlah menjengkelkan. Tapi ada sua...