Part. 18 | Warning

117 22 0
                                    

Hampir dua jam Justin menunggu kedatangan Nana di kantornya. Tapi wanita itu tak kunjung datang, padahal perjalanan ke kantornya menggunakan mobil tidak sampai satu jam. Alhasil rapat dengan klien terjadi begitu saja tanpa presentasi. Tak apa, rapatnya tetap berjalan sesuai rencana. Namun perasaan Justin semakin was-was ketika pujaan hatinya itu tak kunjung menampakkan diri.

Sedari tadi Justin juga tak berhenti memencet tombol icon telepon di layar ponselnya untuk menghubungi Nana. Dan tidak aktif. Terus seperti itu sampai Justin benar-benar khawatir dan takut terjadi hal yang macam-macam pada Nana.

Justin tidak tenang. Badannya terus bergetar hebat sampai akhirnya ia memutuskan untuk pergi mencari Nana. Sendiri.

Tetapi belum keluar dari ruangannya Justin lebih dulu di kejutkan oleh kehadiran Jung Yeri, ia datang begitu saja tanpa memberi tahu. Seingat Justin mereka juga tidak ada janji untuk bertemu.

Wanita itu datang dengan penuh goda. Gaun mini berwarna merah seksi tanpa lengan, hanya dua garis tali singlet tipis yang menggantung atasan dress dengan potongan atasan yang membentuk V, memperlihatkan belahan dada nya yang sedikit menyembul. Serta polesan make up bold yang mempertegas garis wajahnya. Membuat Justin tercengang.

"Nona Yeri ? Ada perlu apa datang ke sini ?"

Wanita itu terus mendekat. Langkah elegan ia buat untuk menggoda.

"Hanya ingin berkunjung. Hari ini kau ada waktu kan ?" Nada sensual ia keluarkan. Sesekali lidahnya bermain nakal di ujung bibir, menahan horny yang sudah menggerayangi hawa nafsunya.

"Aku sibuk." Balas Justin dengan ekspresi dingin tidak terpengaruh. Ia memang kuat menahan nafsunya, asal tidak dipancing saja. "Jika ada keperluan, Jeremy akan membantumu."

"Aw, aku tidak butuh Jeremy, aku butuh dirimu." Semakin dekat, sangat dekat karena Justin hanya berdiri diam di depan meja. Santai dan dingin. Ekspresinya datar seakan tidak terpengaruh olah rayuannya, sedikitpun.

Sebelum Yeri berhenti tepat di hadapannya, Justin sudah melangkah pergi lebih dulu. Melewati wanita itu tanpa ingin melakukan sentuhan fisik. Tidak seperti dulu sebelum mengenal Nana. Justin akan segera melahapnya tak peduli di kantor atau di manapun itu, tidak perlu sampai berhubungan intim, yang penting nafsunya tersalurkan.

Tapi sekarang tidak lagi, ada yang membatasi nafsunya untuk tidak mudah terpengaruh. Cintanya pada Kim Nana, membuatnya teguh dengan sendirinya untuk tidak lagi melampiaskan kegiatan nakalnya tersebut ke sembarang wanita. Ia hanya ingin melakukannya dengan Nana, tentu jika wanita itu sudah siap dan mencintai dirinya sepenuhnya. Untuk saat ini, biarkan Justin berusaha menggapai hati Nana yang belum sepenuhnya menaruh percaya kepada dirinya. Justin akan berusaha.

Wanita itu menahan lengan Justin lebih dulu hingga lelaki itu berhenti tepat di sampingnya. Seringai licik terlihat begitu jelas ketika Justin sudah memutar tubuhnya menghadap wanita bernama Yeri itu.

"Kau ada janji ? Dengan pacarmu itu ?"

Ada seringai meremehkan di sana. Tapi tak apa, Justin bisa meladeninya.

"Tentu saja. Kami ada kencan hari ini." Tukas Justin percaya diri. Melawan kenyataan yang sebenarnya jika kekasihnya itu tak bisa di hubungi sama sekali hingga saat ini.

Yeri terkekeh kecil, kedua bahu telanjang itu bergetar seiring kedua manik matanya memandang Justin dengan tatapan penuh keraguan.

"Justin, biarkan aku bertanya. Apa wanita itu benar-benar mencintaimu ?" Yeri sudah melepaskan genggaman tangannya, lalu beralih memangku kedua tangan putihnya itu di atas perut.

Love Hurt'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang