Part 31. | Chan's Villa

116 25 0
                                    

Matahari kian merangkak naik. Nana masih tetap pada posisi semula ketika ia terbangun dari mimpi buruk yang semalam mengganggunya. Lagi-lagi jas dokter, sebuah kotak dan perkelahian paman Hwang dengan sosok tubuh besar di ruang kerja ayahnya saat tengah malam. Sosok serupa yang Nana lihat di mimpinya beberapa waktu lalu, di kamar ibu. Ck! Nana benar-benar melupakan banyak hal.

Nana baru terhenyak ketika ponsel di meja nakas bergetar, menandakan jika ada pesan masuk. Nana membacanya, pesan itu dari Irene. Berisi tangkapan layar sebuah artikel yang memberitakan jika Choi Sara, pemegang utama perusahaan K.R Grup ditetapkan menjadi tersangka karena kasus pembunuhan.

Pembunuhan ? Nana langsung gelagapan dan segera terhenyak duduk di atas tempat tidurnya. Masih membaca artikel itu dengan seksama. Paragraf selanjutnya mengatakan jika kasus penipuan yang menyeret nama Choi Sara tidak terbukti benar, namun kasus kecelakaan yang menewaskan istri seorang anggota dewan beberapa waktu lalu membuat pihak keluarga meminta kasus tersebut di usut hingga tuntas. Dan jaksa penuntut umum kembali menggugat Choi Sara karena terdapat beberapa bukti kongkret atas keterlibatannya dalam kecelakaan maut tersebut, dan kini kejaksaan telah menetapkan statusnya menjadi tersangka atas tuduhan pembunuhan berencana.

Terkejut bukan main. Nana hanya bisa melongo tak percaya membaca rangkuman artikel yang di kirimkan Irene barusan. Belum sepenuhnya percaya, Nana buru-buru berselancar ke internet dan mencari berita serupa, benar saja! Beritanya memang benar dan sedang ramai di perbincangkan oleh awak media. Bahkan di dalam video yang berputar di dalam ponselnya menunjukkan detik-detik Choi Sara di jemput di rumahnya oleh pihak kepolisian dengan kedua tangan diborgol.

Inikah sebabnya Sudah lama Nana tak mendapati Sara dan putri kesayangannya tersebut datang menggangunya ? Lantas, sikap berbeda yang ditunjukkan Sana waktu itu, mungkinkah sebuah pertanda ?

Buru-buru Nana menjelajahi menu kontak di ponselnya, mencari nama Sana. Sayangnya, Sana tidak pernah memberikan nomor ponselnya pada Nana maupun Irine. Anggota keluarganya tidak ada yang tahu nomor ponsel Sana maupun ibunya.

Tanpa pikir panjang Nana bergegas mandi, berpakaian seadanya lalu buru-buru mencari taksi. Tak butuh waktu lama taksi yang ditumpanginya membawa Nana sampai ke tempat tujuan. Banyak sekali wartawan dan media sedang meliput di depan rumah yang Choi Sara tinggali. Tak kehabisan akal, Nana memutar langkahnya menuju pintu belakang. Kehidarannya sempat membuat bingung pelayan rumah dan hendak memukulnya. Namun Bibi Noh —pelayan yang paling lama bekerja bahkan saat Nana masih tinggal serumah dengan keluarga tirinya, menyadari akan kedatangannya.

"Bibi Noh, ini aku!"

"Astaga! Nona Nana!" Tatapannya syok. Tak menyangka. "Kenapa tidak bilang-bilang kalau nona mau datang ?"

"Aku datang karena mendengar kabar tentang nyonya besar."

Bibi Noh menuntunnya masuk ke dalam rumah. "Auh! Kejadiannya begitu mendadak, yang lainnya masih syok dengan penangkapan nyonya besar tadi pagi."

"Lalu Sana bagaimana ?"

Bibi Noh sempat terdiam beberapa detik, ia begitu khawatir karena Sana mengunci diri di dalam kamar sejak pagi. "Nona Sana pasti sangat ketakutan, sejak pagi dia mengunci pintu kamarnya dan enggan keluar sama sekali. Tolong bujuk dia untuk makan nona Nana, aku takut dia akan sakit."

"Aku akan bicara padanya, bibi Noh tidak perlu khawatir."

Nana bergegas naik kelantai dua, berhenti tepat di depan pintu berwarna coklat tua. Memandangi nampan berisi sarapan serta segelas susu yang masih utuh, tergeletak di depan pintu. "Nona Sana meminta saya untuk meninggalkan makanan di depan pintu, tapi sepertinya nona Sana tidak menyentuhnya sama sekali." Tutur bibi Noh khawatir.

Love Hurt'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang