Part. 38 | Mother's Talk

91 11 0
                                    

"Dokter Katrina!"

Wanita berbalut jas dokter itu segera menoleh ke sumber suara. Didapatinya sosok Barron tengah berlari dengan sebotol minuman Gingseng di tangan kanannya.

"Kenapa berlari seperti itu ?" Tanya Katrina setelah salah satu tangannya berhasil mencapai kenop pintu ruangan kantor miliknya.

Barron berhenti tepat dihadapan Katrina dengan senyum pasta gigi serta rambut sedikit acak-acakan. Disusul pekikan seseorang dari belakang sana, terdengar tidak seperti biasanya.

Yuna. Menenteng kotak berukuran kecil bergambar burger dan segera ia serahkan pada Katrina setelah wanita berambut keriting itu berdiri di sisi kiri Barron.

"Ini untuk dokter Katrina." Ujar Barron tanpa melunturkan senyuman aneh diwajahnya, "Untuk menambah tenaga." Imbuhnya lagi. Pria berkacamata itu menarik tangan Katrina dan menyelipkan botol kecil itu di sana.

Minuman Gingseng favorit Katrina. Disusul Yuna yang entah mengapa, wanita itu malah menepuk lembut pundak kirinya seraya mengangguk kecil. "Semuanya akan baik-baik saja." Tuturnya, membuat Katrina mengernyit, tidak mengerti.

"Akhir-akhir ini pasti sangat sulit bagimu, dokter Katrina. Tapi kami disini akan selalu mendukung apa pun keputusanmu. "We will never leave you." Ucap Barron, terlalu krusial.

"Apa maksudnya semua ini ?"

Kedua partner kerjanya itu malah saling bertatap satu sama lain dengan kikuk. Yuna pun mengambil satu langkah maju sambil menepuk box  burger di tangan Katrina dengan senyuman penuh kekuatan. "Ada tamu penting yang harus kamu temui." Ujarnya memejamkan mata, menyalurkan energi tak terlihat agar Katrina tidak naik pitam.

Firasat-firasat aneh pun langsung menguat dibenak Katrina. Sepertinya ia harus mengundur waktu makan malamnya untuk menghadapi pertempuran yang entah apa itu.

Benar saja.

Baru membuka setengah celah pintu kantornya, sorot mata Katrina langsung disuguhkan makhluk paruh baya mengenakan sheath dress mahal sampai batas lutut. Rambut hitam yang digelung rendah serta anting berdasar material kristal yang menggantung dikedua telinga perempuan itu, membuat tebakan di benak Katrina tepat sasaran.

"Well, well, well. Unexpectable." Cetus Katrina tidak menyangka. Sedangkan perempuan itu hanya tersenyum tipis, tidak terlalu menggubris.

Alyssta. Perempuan itu selalu saja mewah dan menawan.

Katrina segera duduk di single sofa, berniat tak ingin membuang banyak waktunya. "Satu jam lagi aku ada jadwal mengecek pasien, jadi langsung saja ke intinya. Apa maumu ?"

Alyssta terkikik geli. Baginya, Katrina tidak berubah sama sekali. Sejak pertemuan pertama mereka di kelas bahasa Mandarin tiga puluh tahun yang lalu, Katrina adalah perempuan yang ketus dan serius.

"Setelah sekian lama tidak bertemu, bukankah kita harus saling menanyakan kabar lebih dulu ?" Alyssta mengeluarkan kotak berukuran sedang dari dalam papper bag. Kotak itu berisi sebotol sampanye dengan hiasan berlian di bagian logonya. "Bagaimana kabarmu, Katrina ?"

"Chh." Katrina mendengus acuh. "Tidak perlu basa-basi, Alley. Langsung katakan saja apa mau mu."

Perempuan itu mengulas senyum tipis. Perlahan beranjak dari sofa. Lalu menghampiri pigura kecil yang terpajang apik di atas meja kerja Katrina.

Bisa Alyssta rasakan senyum penuh ketulusan dari sosok didalam bingkai itu sedang tersenyum kepadanya. Sosok Seo Yoon semasa muda. Cantik belia. Penuh kesejatian.

"Hanya ingin melihat-lihat kantormu saja." Dusta Alyssta.

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Alyssta bicarakan, namun ia bingung harus memulainya dari mana.

Love Hurt'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang