Part. 1 | The Day We Meet

454 50 2
                                    

Perasaan Nana semakin gusar. Ia mempercepat langkahnya sambil terus membenahi tudung jaketnya agar menutupi seluruh kepalanya dengan benar. Sesekali ia menoleh kebelakang, memastikan jika preman-preman tadi tidak mengikutinya lagi.

Kakinya kembali melamban kala tak didengarnya lagi kekeh-kekehan mereka yang meresahkan. Matanya kembali menajam kedepan, menatap indahnya kota Seoul yang sedikit sepi. Agaknya gerimis dan cuaca yang sedingin ini membuat beberapa orang enggan untuk keluar rumah. Toh ini juga sudah tengah malam.

Nana kembali mengeratkan jaket usangnya, memeluknya agar mendapat sensasi hangat dari sana. Ia terus menyusuri jalanan yang semakin sepi, dan bahkan tidak ada orang selain dirinya. Yah, ini sedikit menakutkan. Nana takut jika akan bertemu dengan preman yang lain nanti.

Tapi sudahlah, ia berjalan cepat lagi. Yang ia inginkan hanyalah sampai dirumah secepat mungkin. Pasti ibu juga sedang menunggunya.

"hey nona. " Teriak seseorang di hadapannya. Nana mendongak dan melihatnya dengan kesal. Sial sekali. Agaknya preman-preman tadi berhasil menemukan batang hidungnya di sini.

Belum sempat berancang-ancang untuk lari. Salah satu dari mereka berhasil menarik lengan Nana dan perlahan menggiring nya masuk kedalam gang sempit. Mereka terus menatap Nana dengan penuh nafsu.

"Menyingkir! " Gertak Nana. Justru itu semakin membuat mereka semakin mendekat dan beberapa kali melayangkan tangan mereka untuk bisa menyentuh Nana. Untung saja Nana cekatan dan berhasil menepis tangan itu satu persatu.

"Ck! Jangan jual mahal nona, kami hanya ingin main sebentar. " Sahutnya dengan gelak tawa mereka yang menjijikkan.

"Aku bilang menyingkir! " gertaknya lagi. Dan itu sukses membuat salah satu dari mereka terdiam, diikuti kedua temannya yang lain yang ikut diam.

Mungkin orang ini ketua gengnya. "Sebentar saja nona, kau itu terlihat menarik. Dan pasti lubangmu masih sempit. " Entah itu memang kejujuran atau hanya untaian kata yang mengejek, entahlah. Kata-kata itu membuat Nana muak.

Tak tahan lagi dengan perlakuan mereka, Nana segera melayangkan satu tamparan ke pipi kanannya. Membuatnya secara bersamaan menoleh ke kiri dengan cepat.

Wajahnya memerah, entah karena marah atau karena tamparan dari Nana yang cukup keras, sedangkan kedua temannya yang lain hanya bisa bengong dan menatap satu sama lain. Tanpa pikir panjang Nana segera menendang area vital itu dengan kaki kanannya. Membuat lelaki brengsek itu jatuh kesakitan.

Ini kesempatan yang bagus. Nana segera menepi dan kabur setelah kedua temannya itu tak memberikan atensinya lagi pada Nana.

...

Nana panik. Ia terus berlari menjauh dengan segala ketakutan yang berkecamuk dipikirannya. Dan bodohnya Nana saat ia menyebrang ke jalan raya tanpa memperhatikan lampu lalu lintas dan--

TINNNNNNNN~

Suara klakson mobil dan decitan ban menggema saat itu juga. Terpaksa membuat mobil itu harus berhenti mendadak karena kelakuannya.

Sempat kaget, tapi justru Nana melambaikan tangannya di sana, mengisyaratkan jika ia butuh pertolongan. Beberapa kali ia mengetuk kaca kemudi dan memohon meminta tolong untuk memberinya tumpangan hingga ke lampu merah depan.

Ini memalukan, tapi biarlah. Lagipula ini juga termasuk dalam keadaan darurat. Dan untunglah si pemilik mobil mau berbaik hati padanya.

Nana segera masuk ke jok belakang setelah terdengar suara kunci terbuka. "Terimakasih. Terimakasih banyak. Aku butuh pertolongan, ada preman-preman jahat yang sedang mengejarku disana. Aku harus kabur, aku bisa turun di lampu merah depan. " Jelas Nana sambil menunjuk ke arah belakang.

Namun keadaan di sana mendadak hening setelah Nana tahu kalau ia terjebak di satu mobil dengan orang yang sedang berkencan. Apa lagi Nana hanya bisa meringis bodoh kala ke empat mata itu menatapnya aneh lewat kaca spion.
Terlihat jelas jika wanita itu tak suka akan kehadirannya.

"beb, kenapa sih harus membantunya! Kitakan sedang kencan! " Rengek wanita itu dengan manja. Ia beberapa kali menggoyangkan lengan si pengemudi dan mohon agar mengeluarkan Nana secepatnya.

Ini aneh, atau harus dikatakan mengerikan. Lelaki dibalik kemudi itu masih diam sambil terus menatap ke arah spion, memastikan setiap bentuk dari Nana di sana. "Hanya sampai lampu merah." Ujarnya kemudian.

"Daddy! " Sungut wanita itu tak Terima.

"Diam! Atau kau yang kuturunkan! "

Oke, Ini mengerikan dan juga aneh.

Perlahan mobil itu melaju menjauh. Melegakan sekali di tengah malam seperti ini masih ada orang baik yang mau menolong Nana.

Nana menyandarkan punggungnya. Sesekali menelisik ke arah wanita di depannya yang tampaknya benar-benar marah akan kehadirannya. Dan lelaki itu, hanya diam saja sejak tadi, matanya terus fokus ke depan dan tak menghiraukan kekasihnya yang berkali-kali mengatakan untuk menurunkan Nana di pinggir jalan saja. Namun entahlah, Lelaki itu masih terus memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, mungkin benar-benar ingin menurunkan Nana di lampu merah depan.

Sampai.

Sekilas Nana melihat sarung jok mobil di depannya yang berukir nama 'JEON' sebelum membuka pintu untuk keluar. Namun ia tahan sejenak. "Aku minta maaf karena sudah mengusik kencan kalian, aku sungguh tidak bermaksud." Tak ada jawaban selain aura dingin yang dihembuskan lelaki itu lewat kaca spion. " Dan sekali lagi Terima kas--"

"Cepat keluar!! " Astaga wanita itu memang tak sabaran.

Nana segera keluar dari sana dengan senyum kecanggungan. Jujur ia sangat tak enak hati sekarang, takut jika mereka akan bertengkar karenanya nanti.

Jujur mereka seperti sepasang kekasih yang tak wajar, tapi kenapa wanita tadi memanggilnya daddy?

Ah sudahlah. Itu tak penting. Beban hidupnya sudahlah berat, tak mungkin ia memusingkan hubungan orang lain yang tak ia kenal sama sekali.

Namun berkat tumpangan tadi, arah pulang jadi semakin dekat. Nana bergegas setelah melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 00:13 a. m. itu.

Tak terasa waktu lemburnya hari ini benar-benar panjang. Yah, memang beginilah kerja part time, selalu saja berakhir lebih dari pukul 11 malam, atau bahkan lebih.

...

Hai.
Di part. 1 ini ada beberapa bagian yang aku rubah, seperti plot pertemuan Nana dengan Justin.
Oh ya, terimakasih sudah mampir untuk membaca cerita ini.
Semoga kalian suka.

Love Hurt'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang