Part. 7 | In The Caffe

142 38 0
                                    

"Lalu kapan Eonni ke sini? Tidak kasihan dengan bibi Yoon? "

"Secepatnya Irene, aku sudah mengajukan cuti tapi belum disetujui. Kafe jadi semakin ramai akhir-akhir ini. "

"Jangan lama-lama! Kau tahu bibi Yoon selalu memakai sweeter pemberianmu saat tidur?"

Ah benar. Nana memberikan sweeter pada ibu untuk hadiah ulang tahunnya. Sayang sekali saat ibu ulang tahun Nana tak bisa hadir untuk merayakannya karena memang waktu itu Nana tak diijinkan mengambil cuti libur.

Jisoo memang kejam, tapi juga baik. Nyatanya ia masih mau mempekerjakan Nana padahal Nana hilang kabar dan tak masuk kerja selama beberapa hari, yah potong gaji menjadi gantinya.

Kalau itu bukan karena Nana yang rajin dan tak mudah mengeluh, mungkin Jisoo sudah memecatnya saat itu juga.

"Aku juga rindu pada ibu tahu! Aku akan segera ke sana kalau sudah diijinkan mengambil cuti."

Irene hanya berdeham ria.

"Eonni...baru pulang ya? --aishh lembur terus! mau mengumpulkan uang sampai berapa sih? Percuma saja kalau uang itu selalu lenyap! "

Astaga mulut anak ini! Kalau bukan keponakannya sendiri mungkin Nana sudah mencincangnya habis-habisan.

"Diam kau putri duyung! Akan ku kumpulkan uang yang banyak sampai bisa membeli pulau besar di Hawai. "

Nana sudah seperti orang gila. Terus berdebat dengan ponselnya sendiri ditengah malam seperti ini. Jika ada orang yang lewat mungkin memang orang itu akan mengira kalau Nana ini orang gila.

"Ya ya, terserah eonni saja. Eonni, apa tidak takut selalu pulang tengah malam seperti ini? Bagaimana kalau eonni bertemu dengan preman-preman waktu itu lagi? "

"Berisik!! Jangan sampai ibu tahu soal ini ya. Awas kau kalau tak bisa menjaga mulutmu dengan benar. "

Dulu Nana memang menceritakan kejadian itu pada Irene. Tentu ibu tak tahu menahu soal hal itu.

"Sudah ya, aku mau cepat-cepat pulang. Oh ya, besok aku kirim uangnya, dan belilah makanan-makanan yang enak."

"Iya eonni, Hati-hati dijalan ya. "

"Uhm."

Setelah panggilan itu berakhir Nana segera menyimpan ponselnya di tas selempang mini miliknya. Langkah kakinya ia buat secepat mungkin.

Kawasan yang selalu ia lewati saat pulang kerja -lembur selalu sepi, membuat Nana takut jika nanti akan di hadang oleh beberapa preman lagi. Padahal keadaan sudah mulai aman, setidaknya Nana bisa menghindar jika ada gerak-gerik membahayakan di sekitarnya.

Aishh. Mulut anak itu benar-benar ingin Nana jahit.

"Hya!! "

Tak yakin dengan suara panggilan barusan, dengan bodohnya Nana berhenti dan menoleh kebelakang.

"Eoh? Kau--nona yang waktu itu? "

Sialan!!

Lari.

Dengan cepat Nana berlari menjauh dari tempat itu. Tapi sayangnya preman-preman tadi juga ikut mengejarnya.

Nana buru-buru mengambil jalan di mana jalan itu mengarah ke deretan toserba yang biasa buka 24 jam.

Namun tiba tiba langkahnya terhenti ketika seseorang berhasil menarik tangan Nana dan menahannya dengan kuat.

"Lepaskan brengsek!! Lepas!! --eoh? pak Justin--? " Nana kira preman-preman itu berhasil menangkapnya, namun setelah Nana memastikan bentuk dari orang yang menahannya kali ini adalah orang yang ia kenal, baiklah Nana aman.

Love Hurt'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang