Justin menepati janjinya. Dia tidak pergi. Justin masih ada menemani sampai Nana bangun.
Dalam benak Justin, justru dengan senang hati Justin mau berlama-lama menjaga Nana. Tak peduli jika ada setumpuk pekerjaan sedang menunggunya di kantor.
Ditemani bibi Ryn yang baru saja tiba, wanita itu membawa beberapa bekal sarapan yang rupanya sudah Ryn siapkan khusus untuk Justin. Pria itu makan dengan lahap.
"Irene kemana, bi ?" Nana sudah menghabiskan sarapan dan meminum jatah obatnya. Ia kembali berbaring karena seluruh tubuhnya masih terasa lemas.
"Mungkin mampir ke kantin rumah sakit."
Justin bangkit kembali. Kini berpindah duduk di sisi ranjang, rasanya Justin enggan jauh-jauh dari Nana. Perasaannya tiba-tiba cemas.
"Jangan khawatir, Irene pasti tiba sebentar lagi. Sekarang istirahat saja, jangan memikirkan apapun supaya tidak pusing." Justin meraih jemari mungil itu dan menyembunyikan nya dalam genggaman.
Melihat ketulusan Justin, Ryn merasa tidak enak hati. Justin tetap memprioritaskan Nana meski Ryn tahu Justin juga disibukkan oleh pekerjaan lain.
Mengetahui kekhawatiran itu, Justin berusaha bersikap santai seperti biasanya. Justin tidak terbebani sama sekali. Justru ia merasa senang bisa ada di sisi Nana saat Nana terbaring sakit dan membutuhkan perhatiannya.
Kekhawatiran Justin soal ayahnya juga berkurang. Memang ayahnya belum siuman, namun kabar yang dikirimkan mamanya lewat pesan dini hari tadi bisa memberikan Justin kelegaan. Kondisi ayahnya menunjukkan progres yang baik. Jerry juga langsung terbang ke Korea setelah menyelesaikan beberapa masalah di perusahaan.
Waktu berselang cukup lama. Irene baru saja tiba bersama Chan dibelakangnya. Bersamaan dengan Justin yang baru saja selesai membersihkan diri, pria itu berdiri di ujung pintu sambil menatap tidak suka. Namun, Justin merasa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk berdebat, ia buru-buru melengos dan segera beranjak pergi ke sisi Nana.
"Hei, Na, bagaimana kabarmu ?" Tanpa ragu, Chan meraih tempat kosong lainnya di sisi Nana.
"Sudah lebih baik, Chan. Bagaimana kabarmu ?"
Chan tersenyum, namun senyuman itu terasa sangat berbeda dari sebelumnya. "Aku juga baik. Aku bawakan buah, nanti dimakan ya."
Chan menaruh keranjang buah yang dibawanya ke atas meja nakas. Sesuatu yang ngeri pun melintas dalam sekejap. Chan dan Justin hanya saling bertatap bengis tanpa ada yang bersuara.
Menyadari hal itu, Nana langsung menggenggam tangan Justin erat-erat. Kemudian pria itu dapat mengendalikan diri.
"Terima kasih, sudah datang."
Chan mengalihkan tatapannya pada Nana, "Tidak masalah, aku hanya mampir, sekaligus ingin bertemu dengan orang ini." Jelas Chan sambil menunjuk Justin menggunakan dagunya.
"Denganku ?" Justin ragu.
"Em, ada sesuatu yang harus kita bicarakan."
Ocehan itu membuat Justin terkekeh geli. "Kurasa, tidak ada yang perlu kita bicarakan."
Chan terdiam, dan ia menyadari satu hal yang tidak ia suka dari sosok Justin, pria itu selalu saja berlagak.
"Aku pergi dulu, Na." Chan pamit, "Jika kau ingin menebus segala kesalahanmu, ikut aku."
Kepergian Chan membuat Justin dirundung kebingungan. Ia enggan pergi, namun sepertinya Chan tidak sedang bercanda.
"Aku akan segera kembali." Tutur Justin lembut, kemudian pria itu mengecup kening perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurt's
RomanceJudul sebelumnya, Bad Guy : Better life *** Bahagia? Kim Nana hampir lupa apa itu rasanya bahagia. Semua hal yang ia jalani saat ini hanya bergantung pada rasa syukur yang ia buat sekokoh mungkin. Ia kira semuanya akan berjalan dengan baik-baik sa...