Part. 14 | Girlfriend

147 34 4
                                    

Sementara waktu Nana menghindari tatap muka dengan Justin, meski sulit. Kejadian kemarin membuat Nana benar-benar salah tingkah karena ciuman pertamanya yang dicuri oleh Justin. Tapi lelaki itu selalu saja banyak permintaan hingga membuat mereka terjebak pada suasana yang tak biasa. Seperti sekarang ini, minta dibuatkan salad buah dan susu pisang untuk camilan siangnya. Hal biasa sih, tapi Nana harus mengantarkannya langsung pada Justin, bagaimana bisa tidak bertatap muka?

Hari ini hari minggu, dan Justin lebih memilih menghabiskan waktu liburnya untuk berolahraga. Nana segera datang ke aula belakang membawa pesanan Justin, ruangan besar dengan dinding kaca yang sangat besar memperlihatkan pemandangan kota Seoul yang begitu padat. Ruangan yang memang digunakan untuk bersantai itu diisi dengan beberapa peralatan olahraga yang sangat canggih. Di hiasi dengan beberapa foto keluarga, beberapa tanaman pohon dan bunga, terdapat dua rak buku berukuran sedang, serta ada satu rak besar yang diisi dengan sepuluh tanaman pot kecil untuk memisahkan sudut ruangan yang khusus digunakan untuk bermain game, terdapat beberapa set peralatan game juga disana.

Nana segera meletakkan makanan itu di meja dekat sofa, meletakkannya begitu saja tanpa memanggil Justin lebih dulu. Dengan niatan tak ingin mengganggu konsentrasi Justin yang masih fokus memukuli samsak tinju di dekat jendela. Baru ingin beranjak pergi, tapi Justin sudah memergokinya lebih dulu.

"Mau kemana? "

Nana berhenti. "Kembali ke kamar. "

"Disini saja. Temani aku. " Justin menyudahi aktivitasnya, melepas sarung tinju dan meletakkannya ke sembarang arah. Ia segera duduk di sofa sambil memakan salad buah sesuai permintaannya.

"Kau makan dulu saja--nanti aku akan kembali. " Pergi mengambil sarung tinju tadi dan meletakkannya kembali ketempat semula. Setelah itu Justin datang memegang kedua bahunya. Mendorongnya pelan dan mengarahkannya untuk duduk di kursi sofa.

"Sudah kubilang disini saja." Kemudian duduk disamping Nana, mengarahkan satu sendok berisi buah kepada Nana. Meski ragu, tapi Nana tetap memakannya.

Masih mengamati Justin yang begitu lahap memakan salad buah buatannya, tanpa kedip. Rasa canggung yang sempat mengusik Nana perlahan mulai hilang, meski Nana benci dengan kelakuannya sendiri kemarin tapi diam-diam ia memendam rasa suka. Sikap Justin membuatnya serba salah, setelah ciuman di lift kemarin Justin tak menjelaskan apa pun setelahnya. Malah lelaki itu terlihat santai dan biasa- biasa saja.

"Kapan mau ke Busan? " Tanya Justin memecah lamunan.

Nana mengangkat kedua bahunya. "Mungkin bulan depan. "

"Lama sekali. Bagaimana kalau minggu depan? "

"Minggu depan? "

Justin mengangguk. "Aku antar. "

"K--kurasa, tidak masalah. Kalau tidak merepotkanmu juga. "

Justin melihat ke arah Nana secara intens. "Apanya yang merepotkan? Kaukan kekasihku. "

Mata Nana membulat sempurna. "A--apanya yang kekasih? "

Justin sudah berdiri tegak setelah menghabiskan makanannya. "Ciuman kemarin. Kuanggap itu sebuah jawaban. " Ia sudah setengah pergi.

"Mana bisa seperti itu. Setidaknya tanya pendapatku dulu. " Nana tak Terima.

Justin berhenti dan berbalik. "Kalau begitu, kau Kim Nana, maukah kau menjadi kekasihku? "

Nana sukses beku ditempat. Pertanyaan yang begitu mematikan baru saja terlontar tanpa aba-aba, bahkan Nana tak sempat memikirkan jawabannya.

"Kau diam? Aku anggap, iya. " Justin kembali berjalan lagi.

Love Hurt'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang