"Wow, oh my god. " Lisa termangu tak percaya melihat seseorang yang ia kenal sedang diam bersandar pada mobil sport hitam diluar kafe. Wanita berambut hitam itu memang keluar lebih dulu sambil menunggu teman-temannya selesai mengunci pintu dan jendela kafe.
"Nana- ya. Lihat disana. " Ucapnya sedikit berbisik setelah Nana menyusulnya keluar bersama Sehun dan Juno.
Nana segera mengarahkan manik matanya kearah seseorang yang memang sedang menunggunya itu, Justin Jeon.
Baru 15 menit yang lalu Nana membalas pesan lelaki itu dan memberitahukan jika ia lembur sampai jam 10 malam.
"Aku tak yakin kalau kalian tak punya hubungan apa pun. " Lisa kembali berbisik di telinganya.
"Diam! Atau ku sobek mulutmu... Kalian pulang duluan saja. " Setelah berpamitan dengan teman-temannya, Nana segera menghampiri Justin yang sepertinya sudah tak sabar untuk menyapanya itu.
"Anda disini? " Mendekat sambil terus mengamati lelaki bertubuh ramping dan tinggi itu tanpa berkedip.
Justin segera menegakkan tubuhnya dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana. Sungguh gagah. "Tak perlu bicara formal. Kaukan tahu namaku. "
Justin memang tak senang jika dipanggil terlalu formal saat diluar pekerjaan atau kantor, terkecuali Jeremy dan karyawan-karyawannya.
Ia hanya ingin bisa lebih akrab dengan Nana. "Aku memang datang untuk menjemputmu. " Tambahnya lagi.
Nana sedikit terkejut. "Apa? Tapi--aku bisa pulang sendiri. An--maksudku kau tidak perlu repot-repot melakukannya. "
Tanpa aba-aba Justin segera memajukan setengah tubuhnya hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa inci saja. "Aku tak terima penolakan, cepat masuk. " Titahnya.
Justin segera membukakan pintu dan menarik Nana masuk kedalam mobilnya, sedikit memaksa tapi akhirnya Nana menurut saja.
Mereka segera meninggalkan kawasan itu. Tapi bukan ke arah tempat Nana tinggal. Melainkan pergi ke sebuah restoran karena sejak awal perjalanan Justin sudah mengeluh lapar.
Sibuk dikantor membuatnya tak menyempatkan diri untuk makan siang. Pekerjaannya hari ini sangat banyak, hingga membuat wajahnya sedikit pucat dan lesu.
Nana hanya diam, ia tak menolak dan tak banyak bertanya selama perjalanan.
Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah restoran olahan daging yang memang buka selama 24 jam penuh. Pengunjungnya juga masih ramai.
Nana sedikit menahan senyumnya kala melihat Justin sedang mengunyah seperti anak kecil. Ia juga tampak menikmati sekali hidangan yang ia pesan, Nana kira seseorang dengan pangkat direktur akan sangat menjaga wibawanya saat makan, tapi nyatanya Justin tidak begitu.
"Makan pelan-pelan." Dengan gemas Nana mengambilkan selembar tisu untuknya.
"Sudah kubilang aku kelaparan. " Jawabnya di sela-sela kunyahan nya. Justin segera mengambil tisu itu dan mengelap bibirnya setelah ia selesai menghabiskan hidangan makan malamnya.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sekarang sudah lewat jam 12 malam. "Apa tidak merepotkanmu? Ini sudah terlalu larut? " Tanya Nana meyakinkan.
Ia segera menggeser beberapa piring di hadapannya setelah makanannya habis tak tersisa. Sebenarnya Nana juga kelaparan.
"Kau bodoh ya? Larut malam begini mau pulang sendirian? Mau dikejar-kejar preman itu lagi? " Justin segera berdiri dan segera menuju kasir untuk membayar.
Setelah selesai ia segera membawa Nana keluar dan bergegas mengantarnya pulang. Ini aneh.
Malah Nana merasa seperti menjadi seorang tawanan yang dikira akan kabur bersama hutang-hutangnya. Apa lelaki itu benar-benar tak bisa percaya kepadanya. Menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurt's
RomanceJudul sebelumnya, Bad Guy : Better life *** Bahagia? Kim Nana hampir lupa apa itu rasanya bahagia. Semua hal yang ia jalani saat ini hanya bergantung pada rasa syukur yang ia buat sekokoh mungkin. Ia kira semuanya akan berjalan dengan baik-baik sa...