Justin memasuki rumah utama dengan langkah kaki ribut. Ia tak sabar ingin segera meminta penjelasan mengenai apa yang dilihatnya di berita pagi tadi.
Sampai tubuhnya memasuki ruang tamu, dan dilihatnya sang ibu tengah bertelepon dengan seseorang. Melihat keberadaan Justin disudut ruangan, Alyssta segera menyampaikan salam perpisahan dan segera menutup panggilan.
"Justin! Kamu sudah pulang ?" Tanya Alyssta antusias. Keduanya berlanjut berpelukan ria sambil melepas kerinduan. "Ouch! Kulitmu sedikit gelap, but that's okay! You still handsome."
Justin tersenyum simpul, "Bagaimana kabar mama ?"
"Mama baik-baik saja, Bagaimana dengan Thailand ? Nice ?"
"Very nice."
Alyssta tersenyum lebar. Mengutus Justin untuk menangani pekerjaan di Thailand merupakan salah satu idenya. Menurutnya, akan lebih baik jika Justin lebih sering bepergian ke luar negeri. Dengan begitu Justin bisa lebih cepat melupakan Kim Nana.
Justin dan Alyssta sudah duduk bersandingan. Pelayan juga sudah kembali ke dapur setelah meletakkan dua cangkir berisi minuman hangat ke atas meja.
"Ma, ada apa dengan berita pagi ini ?"
Alyssta langsung menangkap apa maksud putranya, "Maksudmu, soal media yang tengah membicarakan tentang hubunganmu dengan Zoya ?"
"Bukan hubungan, Ma, tapi pernikahan. Mama bicara apa pada media ?"
Entah mengapa, Alyssta mendengar ada sedikit nada amarah dari protes putranya. "Mama tidak bicara apapun, sayang. Mama hanya bilang kalian adalah pasangan yang cocok, entah mengapa media malah mengganti time line menjadi pernikahan."
Justin kembali berdiri, "Maafkan aku Ma, sayangnya, antara diriku dan Zoya, kami tidak menyimpan hubungan lebih selain hubungan pertemanan. Kami berdua sudah bersepakat untuk menjaga hubungan kami agar tetap terjaga seperti itu."
"Apa ?"
Justin terlihat frustasi, "Zoya mencintai pria lain, dan aku mencintai wanita lain. Zoya bilang, dia akan tetap memperjuangkan cintanya sampai akhir, dan kurasa, aku akan melakukan hal yang sama, Ma."
"Justin!"
"I'm sorry."
Alyssta tak kalah frustasi, "She is not a good woman, Justin! Trust me."
"Ma!" Terlihat jelas jika Justin sedang dalam keadaan seirus, "Dari mana mama menilai kalau Nana bukanlah wanita yang baik ? Latar belakang keluarganya ?" Justin sedang berusaha menampung genangan air disudut matanya. Berdebat dengan Alyssta adalah sesuatu hal yang selalu Justin hindari. Namun entah mengapa ia tak ingin menghindarinya lagi kali ini. Di hadapannya, Alyssta tidak menjawab.
"Ma, percaya padaku. Nana bukan wanita seperti yang mama kira." Bahkan pengakuan Justin seperti tidak ingin dibantah.
Alyssta mencoba meraup udara susah payah, "Justin, mempersatukan dirimu dan Zoya adalah hal terbaik yang pernah ada. Bukan hanya untuk dirimu saja, tapi juga untuk kedua keluarga."
"Keluarga atau perusahaan ?"
Alyssta terdiam.
"Lagipula aku tidak mau menikah tanpa cinta, ma."
Alyssta terkejut, "Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, Justin, kamu hanya perlu membuka hatimu untuk Zoya dan membiarkan waktu menyatukan kalian dengan sendirinya. Like you said, right ?"
"Tapi rasa cintaku sudah habis untuk satu wanita yang aku cintai, dan wanita itu berusaha Mama singkirkan dari hidupku."
Alyssta benar-benar melihat keteguhan dikedua mata putranya. Justin memang mewarisi watak keras kepala dari ayahnya. Namun entah mengapa Alyssta seperti tersadar, jika watak suaminya sering melunak akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurt's
RomanceJudul sebelumnya, Bad Guy : Better life *** Bahagia? Kim Nana hampir lupa apa itu rasanya bahagia. Semua hal yang ia jalani saat ini hanya bergantung pada rasa syukur yang ia buat sekokoh mungkin. Ia kira semuanya akan berjalan dengan baik-baik sa...