"Jadi kau bekerja di JEON C. Grub ?"
"Tidak sepenuhnya, tidak secara resmi."
"Emm ... Jadi hanya sebagai asisten bos biasa ?"
"-ya... Begitulah."
"Kau tahu seberapa buruk skandal bosmu itu di media?" Paham jika Nana tidak mengetahui hal yang dimaksud, kemudian Chan melanjutkan. "Skandal kencan hingga sex. Tak ada wanita yang berarti baginya, semuanya hanya untuk kesenangan saja."
"Engg-Kalau itu aku tahu..."
"Jadi hati-hati saja saat bersamanya. Belum di sentuh bukan berarti tidak akan."
------
Justin memasuki apartemen seperti biasa. Raut wajahnya tak menunjukkan keterkejutan atau apa pun ketika tahu Nana sudah di dapur menyiapkan makan malam.
Setelah melepas rangkaian jas dan menaruhnya di bantalan sofa, ia segera melangkah ringan lalu meraih pinggang kecil itu tanpa beban. Merengkuhnya erat dari belakang, menciumi aroma apel serta bunga sakura yang membaur menjadi satu di area leher putih nan jenjang. Mengontrol pergerakan hebat Nana saat tiba-tiba terkejut.
"Masak apa ?" Rahang tegasnya menempel sempurna di atas bahu.
"Nakji bokkeum." Jawab Nana sekenanya.
Masih tak ingin berpaling dari posisinya, justru kedua tangan Justin semakin erat melingkar. "Kelihatannya enak."
"Aw! Justin! Aku susah bergerak." Meski seruan itu pertanda jika Nana ingin segera di lepaskan tetapi kedua lengan besar itu tetap tak melonggar sedikit pun. "Aku bawa pisau!" Sambungnya.
Peringatan sederhana itu berhasil membuat Justin bergidik takut. Langkahnya mudur beberapa inci. Tapi bukan Justin namanya jika tidak usil. "Mau ku buat lebih parah ?" Ucapnya sembari tersenyum-senyum.
"Maksudnya ?"
"Aku bisa membuatmu tak bisa bergerak, minimal dua hari." Godanya lagi.
Tahu akan kemana arah pembicaraan mereka, Nana langsung mengacungkan benda tajam yang sedari tadi ia pegang itu ke udara. Mengayunkan membentuk tanda silang sebagai penolakan mentah-mentah. Sementara Justin terus mencondongkan tubuhnya kebelakang menghindari pucuk tajam berwarna perak di depan wajahnya, kemudian terkekeh renyah sebagai tanda kemenangan. Menggoda Nana memang tak akan ada habisnya, ia senang melakukannya.
"Aku bercanda sayang." Tegasnya, lalu kedua lengan besarnya menyusup lagi ke area pinggang, tapi tak se-intim sebelumnya.
Meski begitu, Nana tetap tak suka. Untuk saat ini bisa saja bentuk candaan, tapi tidak kedepannya. Nana tahu, selama ini Justin berusaha menahan diri. Tapi sebagai perempuan yang berusaha sebisa mungkin menjaga kehormatannya, Nana tetap diliputi rasa takut dan khawatir. Mengingat mereka hanya tinggal berdua di apartemen Justin yang pasti lelaki itu memegang kendali penuh atas apa yang ada di tempatnya. Benteng pertahanan dirinya bisa hancur kapan saja, dan Justin bisa hilang kendali kapan pun ia mau.
Justin pasti tahu betapa keras Nana berusaha menjaga tubuhnya dari godaan-godaan hawa nafsu pria hidung belang, seperti Justin sendiri. Justin ingat, saat di klub wanita itu hampir membelah nadinya sendiri jika saja ia tak pingsan saat itu, Justin mampu membaca pergerakan Nana ketika wanita itu terus melirik ke arah pot bunga sederhana di samping pintu. Bukan untuk di lemparkan padanya melainkan untuk di pecahkan lalu digoreskan ke tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurt's
Roman d'amourJudul sebelumnya, Bad Guy : Better life *** Bahagia? Kim Nana hampir lupa apa itu rasanya bahagia. Semua hal yang ia jalani saat ini hanya bergantung pada rasa syukur yang ia buat sekokoh mungkin. Ia kira semuanya akan berjalan dengan baik-baik sa...