Part. 5 | In The Club

154 39 0
                                    

Keadaan berjalan normal seperti biasa. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, termasuk Nana. Kini ia mulai terbiasa dengan kegiatan sehari-hari tanpa sang ibu.

Tak lupa ia juga rutin mengirim uang setiap bulan untuk meringankan kebutuhan sehari-hari mereka. Irene dan bibi sudah membantu banyak, dan Nana hanya bisa membantu dengan uang. Meski tak seberapa.

Untunglah Irene dan bibi berhati baik dan mulia, masih mau menerima keadaan Nana dan ibunya meski kehidupan Irene dan bibi juga terbilang sulit karenanya.

Bukan, lebih tepatnya karena keluarga tiri Nana.

Merasa tak enak badan, Nana hanya mengambil jam lembur sampai jam sembilan malam.

Dan sebenarnya malam ini disepanjang jalan pulang sangat ramai orang lalu lalang, banyak yang berjalan searah dengannya, banyak pula yang berlawanan arah. Tapi--Nana merasa jika ia sedang diikuti seseorang. Meski setiap menengok kebelakang ia tak menemukan siapapun yang bersikap mencurigakan, tapi rasanya seperti ada yang mengikuti dan mengawasinya, entah dari dekat maupun dari jauh.

Atau mungkin hanya perasaan Nana saja?

...

Pusing dan mual.

Hal itulah yang Nana rasakan setelah ia berhasil membuka matanya perlahan.

Pusingnya semakin menjadi tatkala manik matanya menangkap sebuah kamar asing yang belum pernah ia temui sebelumnya. Dan semakin berat ketika otaknya mengingat hal yang ia lakukan terakhir kali sebelum ia tak sadarkan diri.

"A--ku-- di--culik? " Pikirnya tak percaya.

Oke, kini ia sadar sekarang ia berada di tempat apa. Tak salah lagi, ini klub malam.

Tak tahu menahu kenapa ia bisa berakhir disini, Beberapa orang berseragam dengan motif yang sama tak segan memberinya tamparan dan pukulan karena Nana sudah dua kali menolak untuk melayani pria-pria hidung belang.

Brengsek!

Beraninya pegawai laki-laki itu memukulinya seenak jidat. Mentang-mentang Nana ini hanya wanita lemah.

Tapi tolong, setidaknya seseorang harus menjelaskan kenapa ia bisa berakhir di tempat seperti ini.

Nana bukanlah kupu-kupu malam, ia hanya gadis biasa yang baru selesai kerja lembur dan sedang dalam perjalanan pulang ke rumah.

Nana takut.

Dan sekarat.

Seseorang. Setidaknya tolong Nana.

Nana kira ini sudah berakhir karena ia dibiarkan istirahat di pantry. Ia segera meneguk jus jeruk dan memakan sepotong kue tart yang memang disiapkan khusus untuknya. Dan jujur, sebenarnya Nana kelaparan.

Ini tidak baik, justru Nana malah tambah pusing setelah menghabiskan hidangan tadi.

"Apa aku boleh tidur sebentar di sini? " Tanya Nana pada seorang pelayan wanita yang menemaninya di pantry sejak tadi.

"Mau aku antar ke loker? Di sana ada bed khusus istirahat untuk para pegawai klub. Kau bisa istirahat di sana. "

"Bolehkah? Ta--pi... Di sana amankan. Maksudku aku benar-benar tak enak badan dan ingin istirahat. Sendiri. " Sempat ragu, tapi akhirnya Nana mengiyakan. Sepertinya pelayan ini bisa dipercaya.

Toh, sekarang tak ada gunanya pula Nana marah, dan mengelak. Karena setiap pelayan dan pegawai yang ia temui tak tahu menahu kenapa ia bisa berakhir di tempat seperti ini.

Kabur? Jangan tanya lagi. Nana sudah beberapa kali mencobanya, namun tak berhasil. Malah tamparan bertubi-tubi yang ia dapat karena terus memberontak dan berusaha untuk meloloskan diri.

Bahkan wajah dan tubuhnya kini penuh dengan luka lebam.

Nana terus berjalan mengikuti pelayan tadi dengan tubuh yang sudah terhuyung lemas.

Kemudian mereka masuk ke sebuah ruangan yang sedikit gelap karena lampu utama dibiarkan padam.

"Istirahatlah di sini. Tombol lampunya di sebelah kiri. " Ujar pelayan tadi.

"Terimakasih." Nana benar-benar pusing dan beberapa kali kehilangan fokus objek karena tiba-tiba pandangannya jadi kabur.

Saat itu juga pelayan tadi meninggalkan Nana--sendirian.

Kemudian Nana meraba tembok untuk mencari tombol lampu.

Dapat.

Well, sialnya Nana tertipu.

Ini bukan loker, tapi ini kamar. Kamar yang benar-benar besar dan--mewah.

"Brengsek!! " Nana segera meraih gagang pintu dibelakangnya dan sayang sekali, pintunya sudah dikunci dari luar. "Dasar wanita brengsek!! " Desis nya pelan.

Malang sekali, kini Nana tak punya kekuatan lagi untuk menggedor ataupun mendobrak pintu seperti sebelumnya. Bahkan saat ini ia sendiri tak bisa mengontrol kesadaran dirinya sendiri.

Kini ia tahu satu hal dan ia terkekeh sendiri dengan hal yang ia anggap konyol itu. "Woah, apa jus tadi mengandung racun atau sejenisnya?" Nana hanya bisa meringkuk diatas lantai sambil memegangi kepalanya yang bersembunyi di antara pintu.

Tak peduli jika sejak tadi ada sepasang mata yang mengawasinya seperti mangsa.

Lalu keadaan menjadi hening seketika. Mungkin beberapa menit.

"Aku membayar mahal tidak untuk melihatmu berdiam diri, nona. "

Suara yang terdengar tak asing tiba-tiba memenuhi rungu.

Seketika Nana menoleh kesamping, dan menampilkan siluet seorang laki-laki diujung matanya sedang duduk dengan angkuh.

"Maaf---mengecewakanmu, tapi asal kau tahu a---ku bukanlah wanita peng---hibur. " Jawab Nana terbata-bata. Yah, meski Nana tahu tak akan ada yang percaya dengan apa yang ia katakan barusan.

Lelaki itu tersenyum. "Bukankah setiap wanita yang bekerja di klub malam adalah wanita penghibur? Atau maksudku, jalang? "

"Aku bukan jalang!! " Tentu Nana marah dengan kata-kata itu. Kata yang sangat kasar bagi telinga Nana.

"Well, terserah. Lakukan saja tugasmu. Asal kau tahu, aku bukanlah lelaki yang sabaran. "

Nana tak peduli, lebih tepatnya tak menggubris. Otaknya benar-benar ingin pecah sekarang.

Sebenarnya apa yang mereka masukkan ke dalam minumannya. Racun agar Nana mati? Kalau Nana mati, bagaimana dengan ibu? Oh otak, ayolah bekerja sama.

Ini menakutkan. Ketika suara langkah kaki terdengar memasuki rungu, Nana berhasil tergagap dan menoleh. Menatap kabur ke arah laki-laki yang berhenti beberapa meter di hadapannya.

"Kau? " Tanya Nana tak percaya.

"K--kau baik-baik saja? Hidungmu berdarah----"

Nana sempat merasakan tubuh kekar itu menangkapnya sebelum tubuhnya terhuyung jatuh.

Kau? Lelaki yang waktu itu? Aku ingat, tatapan itu---benar-benar sama. Hanya batin Nana yang menjerit.

Setelah itu semuanya menjadi gelap.

...



Love Hurt'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang