hanya upik abu

6K 237 2
                                    


Untuk tetap dalam keadaan waras, aku memilih abai dan keluar dari aplikasi pesan itu. Jika diterus-teruskan maka dipastikan aku menjadi istri durhaka karena sudah selingkuh. Aku harus menyelesaikan hubunganku dulu dengan Hasbi sebelum menghadapi Fabian.

Terus terang hatiku sakit jika mengingat Hasbi. Pria itu begitu gigih mendapatkan hatiku dulu. Meluluhkan hatiku yang masih memikirkan Fabian. Tidak ada yang kurang darinya, kecuali keluarganya.

Dua tahun mengejarku tidak membuat Hasbi lelah menunjukkan perhatiannya. Aku yang lelah menunggu berharap kembalinya Fabian mulai membuka hatiku untuk Hasbi. Pria itu pandai membuatku tersenyum. Meyakinkanku bahwa aku adalah satu-satunya di hatinya.

Ya, semua sangat indah sampai aku tahu keluarganya sangatlah arogan, merasa paling tinggi dan suka seenaknya. Itu yang membuatku ragu melangkah dengan Hasbi. Sayangnya, aku berhasil terhanyut oleh rayuan Hasbi hingga menerimanya dalam hubungan pernikahan.

Aku pikir dengan berjalannya waktu, ibu suri akan menerimaku tapi nyatanya tidak. Bukannya menerima malah semakin membenciku. Alasannya adalah aku tidak bisa memberinya keturunan. Bilang saja jika aku tidak selevel dengannya.

Aku sudah membuktikan hasil tes kesuburanku. Aku bukan wanita mandul. Hanya saja, aku memang belum bisa hamil. Mungkin saja Tuhan merencanakan hal yang lain untukku.

Ibu suri tidak akan mau tahu apa yang ku rasakan. Dia terlalu sibuk mendaftar kekurangan bahkan keburukanku karena aku bukan wanita yang diinginkannya sebagai menantu.

"Leya, kamu jadi pulang hari ini?"

Sudah dua minggu aku berada di rumah Ibu. Aku benar-benar lari untuk dapat berpikir jernih, kenyataannya aku belum bisa mendapatkan pikiran sejernih air miberak kemasan. Sampai sekarang pun aku belum siap bertemu dengan Hasbi. Kata perceraian yang tadinya mantap ingin ku ucapkan menjadi buah simalakama.

Jika aku memutuskan bercerai dari Hasbi maka ibu suri culas itu akan tertawa lebar dan bertepuk tangan atas nasibku yang malang. Jika aku tetap bertahan, mungkin bisa-bisa aku berakhir dengan bunuh diri karena gila.

Selama dua minggu ini, Hasbi selalu memohon padaku lewat telepon agar aku pulang. Aku tidak mengizinkannya menyusulku ke rumah Ibu. Hasbi sangat berharap kami bisa memulai dari awal lagi dan berjanji akan selalu melindungiku dari keluarganya. Entahlah, mungkin Hasbi sangat gigih memperjuangkanku tapi sepertinya badai yang akan datang lebih besar dari sebelumnya. Aku tidak mau ambil resiko. Firasatku mengatakan badai selanjutnya mungkin akan benar-benar menenggelamkanku. Please, aku masih mau hidup normal dan baik-baik saja. Masih ingin bertemu si mantan tampan juga, Fabian.

Ngomong-ngomong soal Fabian, mantanku itu juga sering sekali menghubungiku. Baik melalui text message maupun telepon. Aku lebih sering mengabaikan teleponnya. Terus terang aku tidak berani bermain api. Fabian terlalu berbahaya untuk diladeni walaupun dari lubuk hatiku aku siap terbakar olehnya. 

"Ya, Bu. Bagaimanapun aku tidak bisa terus berlari. Aku harus menyelesaikannya."

Ibu menatapku sedih kemudian memelukku erat. Menyalurkan semangatnya agar aku kuat.

"Ibu mendukung apapun keputusanmu, Nak."

Aku mengangguk. Semalam aku sudah memikirkan, aku harus menyelesaikan permasalah rumah tanggaku. Mulai dengan menemui Hasbi.

Entah mengapa hari ini aku agak mual dan sensitif terhadap aroma bunga hingga aku membuang aromatic di dashboard mobil. Aku mampir ke minimarket untuk membeli minyak kayu putih dan menghirupnya dalam-dalam. Rasanya melegakan. Mual yang ku rasakan berkurang.

Aku mengemudikan mobil menuju kantor Hasbi tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Setelah memastikan mobilku terkunci di basement kantornya, aku berjalan memasuki lift dan menekan angka lantai ruangannya. Semoga saja Hasbi tidak sibuk. Aku hanya ingin membicarakan dengan cepat bahwa memang sebaiknya kita berpisah. Di perjalanan tadi, aku sudah mengambil keputusan besar itu. Serangkaian kata sudah ku pilih agar tidak ada perdebatan di antara kami nanti.

Mine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang