ini di mana?

1.5K 107 4
                                    

Sebelum membaca, harap menyiapkan hati dan pikiran yang tenang untuk menyimak bacaan ya

Here we go

.

.

.

Mataku menatap langit-langit kamar di atas dengan asing. Kepalaku masih terasa berdenyut. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali, menahan rasa sakit di kepalaku. Sekali lagi aku menatap langit kamar. Ini bukan kamarku. Ini di mana?

Aku mengatur napas sebelum berusaha bangun perlahan. Mulutku mendesis, menahan denyutan di kepala. Apa yang terjadi?

"Sudah bangun, Sayang?"

Mendengar suara itu, kepalaku menoleh dengan cepat. Mataku terbelalak menatap pemilik suara itu.

Dia.

Senyuman itu tersungging di wajahnya. Menunjukkan bahagianya dia menatapku. Dia duduk di sofa yang tidak jauh dari ranjang yang ku tempati. Menyilangkan kaki dengan tangannya memegang gelas berkaki panjang yang berisi cairan warna merah. Masih tersenyum dia menyesap minuman itu.

Dia.

"Aku merindukanmu, Sayang."

Kepalaku semakin sakit. Aku mengerang, menatapnya marah dan mengedarkan pandanganku ke setiap sudut kamar. Apa yang sudah terjadi?

"Kamu aman di sini, Sayang. Bersamaku."

Tubuhku melemas. Kembali terbaring. Sebelum aku kehilangan kesadaran, aku masih bisa mendengarnya.

"Kamu milikku selamanya, Leya."

***

Di mana aku sekarang?

Fabian.

Di mana dia?

Aku kembali tersadar saat ku lihat langit sudah gelap melalui jendela kamar. Kepalaku sudah tidak merasakan sakit lagi. Aku terkejut saat mengangkat tangan untuk mengusap kepalaku. Ada infus yang terpasang di pergelangan tanganku.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Aku mencoba mengingat-ingat dan mataku melebar saat mengingat sesuatu.

Yang terakhir ku ingat aku berada di dalam mobil bersama Fabian dan Azka. Kami dalam perjalanan menuju rumah Shela untuk menghadiri syukuran kelahiran bayinya. Di tengah perjalanan, mobil kami ditabrak oleh kendaraan lain dari belakang. Aku tidak memperhatikan dengan jelas kendaraan itu. Mobil kami oleng dan berputar hingga menabrak tiang reklame. Semua gelap begitu hantaman itu mengguncang tubuhku.

Apa yang terjadi kemudian?

Bagaimana keadaan Fabian dan Azka?

Apakah Fabian tidak mengetahui keberadaanku?

Ini di mana?

Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

Janinku.

Napasku tercekat saat tanganku meraba perutku. Gemetaran aku merasakan perutku yang masih terasa sedikit membuncit.

Apakah dia masih di sana?

Aku memejamkan mata. Mencoba merasakan keberadaannya. Mataku semakin memanas dan air mataku meluruh saat aku merasakan tekanan ke arah tulang pinggulku dari perutku.

Terima kasih, Tuhan.

Tanganku masih gemetaran mengusap perutku. Ada gerakan halus di perutku. Membuatku tersenyum dalam tangisanku. Aku bersyukur dia masih bersamaku.

Bertahanlah dengan Mama, Nak.

"Kamu sudah sadar, Sayang?"

Hasbi.

Mine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang