perdebatan

3.4K 195 4
                                    

Hai, ada yang masih nungguin ga?

Saia juga nungguin vote n comment kalian sambil nunggu Mas Bian 😋

Belum tahu kapan Mas Bian muncul, nunggu moment pas

Kalau kalian ngira Leya tuh karakternya melempem, nggak kok. Tunggu aja😁

Oke, selamat membaca

.
.
.

Hasbi sangat perhatian padaku selama Ibu di sini. Jangankan tersentuh, memikirkannya pun tidak. Aku sudah muak berada di sini. Hanya saja aku tidak tahu bagaimana caranya keluar.

Keadaanku sudah semakin membaik. Sudah seminggu aku keluar dari rumah sakit dan hari ini adalah jadwalku kontrol. Hasbi memaksa menemaniku tapi ku tolak. Aku mengatakan ingin pergi bersama Ibu. Awalnya dia terus memaksa, melihat dinginnya tatapanku dia menyerah dan melepasku.

Di rumah sakit ini, aku kembali menemui Desy. Tatapannya seperti ingin mengatakan banyak hal. Kami berada dalam ruangannya sementara Ibu menunggu di luar.

"Apa kabar?"

Aku hanya tersenyum tipis.

"Dia sangat mengkhawatirkanmu."

Aku tahu siapa yang dimaksud Desy. Benarkah dia masih memikirkanku? Bahkan aku berusaha melupakannya. Aku tidak bisa terus memikirkannya dan ku rasa itu tidak mungkin.

"Dia menitipkan ini untukmu." Desy menyodorkan sebuah kotak persegi beludru. "Dia ingin kamu memakainya."

Aku menatap kotak itu tanpa menyentuhnya.

"Dia merasa sangat bersalah karena membuatmu seperti ini."

Seharusnya dia tidak seperti itu. Tidak perlu.

"Dia juga sangat menyesal atas ... perjanjian itu."

Lama kami terdiam. Desy menepuk punggung tanganku.

"Fabian sangat mencintaimu, Leya."

Bolehkah aku mengatakan bahwa hatiku masih dalam genggamannya?

Nyatanya aku hanya mengangguk dan mengakhiri sesi kontrolku yang terbilang kelamaan. Sesampainya di luar ruangan, Ibu tampak khawatir.

Ya ampun, bagaimana aku bisa lupa jika aku datang bersama Ibu kesini? Pasti Ibu bosan menungguku.

"Apa kata dokter, Leya? Kenapa lama sekali? Kamu baik-baik saja?"

Rentetan pertanyaan itu membuatku merasa bersalah. Aku tersenyum dan menggeleng. "Aku sehat, Bu."

"Apa itu artinya kamu bisa cepat hamil lagi?"

Hamil? Tidak mungkin, Bu. Suamiku mandul.

Aku hanya mengangguk saja untuk melegakan hati Ibu. Rupanya Ibu tidak puas sampai di situ. Saat makan malam pun, Ibu membahasnya dengan Hasbi. Aku pura-pura sibuk dengan makananku. Sama sekali tidak menanggapi obrolan mereka. Sampai di kamar, aku pun tidak merespon tatapan Hasbi. Aku berbaring membelakanginya.

Pasti sekarang Hasbi bingung bagaimana caranya agar aku bisa hamil lagi. Pusing kan? Nikmatilah. 

***

Pagi ini aku dan Ibu menyibukkan diri dengan menanam bunga baru di taman belakang. Kami bekerja sama merapikan taman tersebut. Baru saja kami beristirahat dengan minum teh, ibu mertuaku datang bersama si jalang Fiona.

"Bagus ya, anakku susah payah bekerja, kamu malah enak-enakan di sini. Siapa yang mengizinkan ibumu tinggal di rumah anakku?"

Aku bisa merasakan tegangnya Ibu yang berdiri di sampingku. Ingin rasanya aku menyiram ibu mertuaku itu dengan air kran. Mulutnya tidak punya perasaan.

Mine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang