milikku

4.6K 177 0
                                    

Mas Bian kena mental nih dari Mbak Leya😁

Mas Bian kena mental nih dari Mbak Leya😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana kelanjutannya???

Yuk, cek

Happy reading
.
.
.

"Muka lo kusam amat sih, Le?" tanya Felisha, karyawan bagian marketing.

Keluar dari lift, aku melangkah ke kantin. Bergabung di meja yang sudah dikerumuni orang-orang yang ku kenal dekat.

"Nggak apa-apa, cuma agak pusing."

"Eh, lo tahu nggak? Tadi gue sempet lihat bos muda balik lagi kesini," sahut Lila dengan penuh semangat. "Sumpah ya tuh bos makin ganteng aja."

Aku hanya mendengar saja.

"Lo belum pernah ketemu sama bos muda kan, Le?"

"Siapa?"

"Anaknya Pak Farzan." Felisha mengibaskan rambutnya, menatapku gemas. "Lo tuh udah lebih tiga bulan di sini masa nggak ngerti sih anaknya Pak Farzan?"

Oh, yang mereka maksud Fabian?

"Emangnya kenapa sama anaknya Pak Farzan?"

"Duh, Le! Itu mangsa nggak main-main."

Aku tersedak minumanku mendengar ocehan Lila. Felisha menepuk punggungku pelan sambil menggerutu.

"Baru denger beritanya aja udah keselek, gimana kalo lo udah ketemu anak si bos?"

"Gue udah ketemu kok sama dia."

Sontak Lila dan Felisha terpekik heboh.

"Gimana? Ganteng kan?"

Aku mendengkus mendengar pertanyaan itu dari Felisha.

Heh, yang kalian bilang ganteng itu pacarku! Dia milikku!

"Biasa aja."

"Rabun kali nih anak," sahut Lila sewot.

"Lo udah nggak doyan cowok, Le?" tambah Felisha, heran.

Keduanya membuatku semakin jengkel. Lihat muka laki ganteng dikit aja langsung melek. Kepalaku sudah cukup pusing karena harus memilih tadi. Aku yakin Fabian tidak akan melepasku karena pilihanku tadi. Aku hanya harus menunggu sampai dia membuat perhitungan denganku.

Sebelumnya aku tidak pernah menanyakan keluarga maupun perusahan Fabian karena aku berharap dia berasal dari lingkungan keluarga berada biasa. Mengetahui fakta siang ini, aku benar-benar menyesali kebodohanku yang satu itu. Fabian bukan orang berada biasa melainkan sangat luar biasa. Situasi ini membuatku ingin pergi jauh.

***

Selesai makan siang, aku dipanggil Pak Farzan di ruangannya. Fabian masih di sana dengan wajah tertekuk. Dia tidak mau menatapku.

"Kamu yang akan menemani Fabian menemui klien sore ini."

Perintah itu membuatku panas dingin plus merinding. Bagaimana ceritanya Pak Farzan bisa menyuruhku pergi dengan anaknya di situasi begini?

Mine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang