Bertemu mantan bukanlah hal yang ku inginkan saat ini. Mengapa harus bertemu lagi dengannya sekarang?
Lebih tepatnya, mengapa kami baru bertemu lagi?
Seketika aku ketakutan. Takut, rasa yang ku kubur dalam-dalam kembali muncul di permukaan dan memb...
Keduanya membuatku semakin jengkel. Lihat muka laki ganteng dikit aja langsung melek. Kepalaku sudah cukup pusing karena harus memilih tadi. Aku yakin Fabian tidak akan melepasku karena pilihanku tadi. Aku hanya harus menunggu sampai dia membuat perhitungan denganku.
Sebelumnya aku tidak pernah menanyakan keluarga maupun perusahan Fabian karena aku berharap dia berasal dari lingkungan keluarga berada biasa. Mengetahui fakta siang ini, aku benar-benar menyesali kebodohanku yang satu itu. Fabian bukan orang berada biasa melainkan sangat luar biasa. Situasi ini membuatku ingin pergi jauh.
***
Selesai makan siang, aku dipanggil Pak Farzan di ruangannya. Fabian masih di sana dengan wajah tertekuk. Dia tidak mau menatapku.
"Kamu yang akan menemani Fabian menemui klien sore ini."
Perintah itu membuatku panas dingin plus merinding. Bagaimana ceritanya Pak Farzan bisa menyuruhku pergi dengan anaknya di situasi begini?