milikku

3.2K 169 56
                                    

Lama banget ya ga update
Tetap dilanjut sampai end kok ceritanya😁

Terima kasih yg sudah mampir n vote

Selamat membaca

.
.
.

Beberapa kali Fabian mencuri kecupan. Entah di pipi atau di pelipisku. Pipiku memanas, bukan karena tersanjung sikapnya tapi tatapan para tamu undangan. Membuatku risih. Sejak resepsi pernikahan digelar dari pukul 9 pagi tadi, kedua sudut bibirku harus terangkat di hadapan semua orang. Sebenarnya aku sudah lelah. Dress yang dipilih Fabian untukku memang simple tapi sepatunya yang membuat kakiku pegal.

Tamu yang datang merupakan teman sejawat dan klien perusahaan mertuaku. Juga teman-teman Fabian. Ada juga teman-teman lamaku semasa SMA yang mengenal Fabian, teman Shela juga. Mereka begitu heboh dan tidak percaya bahwa aku bisa menikah dengan Fabian. Belum lagi kedatangan teman-teman sekantorku dulu. Sebagian dari mereka benar-benar tersenyum padaku, sebagian lagi memasang wajah palsu dan aku tahu mereka mencibirku di belakang.

No comment!

Menjadi istri Fabian harus tahan gosip dan cibiran.  Apalagi jadi mama barunya Azka, harus lebih tangguh. Jaga-jaga kalau ibu kandungnya muncul lagi seperti kata Shela. Walaupun aku sudah mendapatkan hati Azka, tetap saja aku tidak mungkin bisa melarang ibu kandungnya menemui Azka.

Aku sedang menyuapi Azka makan siang saat seorang wanita menghampiriku. Si rambut bule, Maya. Wanita yang dulu mau dijodohkan dengan Fabian itu menatapku jengkel dan duduk di kursi sebelahku.

"Pakai pelet apa lo sampai Fabian mau sama lo?"

Oh, mau kasar-kasaran nih obrolannya?

"Lo pikir gue pakai pelet?"

"Kalau bukan karena lo pelet, mana mau Fabian sama lo? Udah kampungan, kepedean lagi! Cantik juga cantikan gue!" gerutunya dengan suara dipelankan tapi penuh penekanan. "Buta kali ya Fabian sampai dia milih lo!"

Kekehanku keluar begitu saja sampai Azka menatapku heran. "Kasian ya lo, gara-gara ditolak Fabian sampai jadi nggak waras gini?"

"Jaga ya mulut lo!" desis Maya dengan mata melotot tapi sedetik kemudian dia memperbaiki ekspresi wajahnya sambil melirik kanan kirinya.

"Mungkin pelet lo kali yang kurang kuat? Jadi Fabian nggak kepincut sama lo."

Wajah Maya memerah menahan amarah.

"Pelet?" celetuk Azka tiba-tiba, membuatku kembali terkekeh.

"Gue kasih tahu ya, dari zaman SMA tuh Fabian udah bucin sama gue. Jadi pelet apapun yang dipakai pelakor buat Fabian nggak akan mempam. Apalagi Fabian udah puas banget sama service gue. Daripada lo pusing mikirin cara apalagi buat dapatin suami gue, mending lo cari mangsa lain aja ya. Paham kan?"

Maya menghentakkan kakinya kesal kemudian beranjak dari duduknya, meninggalkanku. Aku ingin tertawa keras tapi itu bisa membuat para tamu menatapku aneh dan itu akan memalukan suamiku. Azka saja sudah menatapku heran. Mata bulatnya menggemaskan sekali. Aku mencubit pipinya saking gemasnya.

"Jangan cubit-cubit sembarangan."

Aku menoleh mendengar suara itu. Seorang wanita bergaun merah darah berdiri angkuh di sampingku. Riasannya begitu bold dengan lipstik merah darah juga. Dia menatapku tajam seolah marah padaku.

"Jangan menyentuhnya."

Nah kan! Baru juga diomongin. Muncul juga sosok yang seharusnya tidak hadir lagi.

Inilah sebabnya wanita hamil dilarang bicara sembarangan. Shela pernah membahas bagaimana jika ibu kandung Azka kembali dan aku meremehkannya pada saat itu. Sekarang, ibu kandungnya Azka benar-benar datang menghampiriku. Apa yang akan dilakukannya?

Mine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang