"Kak, aku ada tugas Fisika. Bantuin aku ya."
"Boleh, asal ada syaratnya."
Leya mencebik kesal. "Apaan sih pakai syarat segala. Kok Kakak jadi pelit gini sekarang sama aku?"
"Kalau aku pelit, dari kemarin-kemarin aku nggak bantuin kamu ngerjain soal."
"Perhitungan namanya."
"Ya udah kalau nggak mau."
"Eh, tunggu, tunggu." Leya menahan lengan Fabian dengan cepat. "Apa syaratnya?"
"Jadi pacarku."
Mata Leya mengerjap. "Pacar?"
Fabian mengangguk.
"Please deh, Kak. Kita masih sekolah. Pacar-pacaran tuh ranahnya orang dewasa. Mending kita belajar aja yang bener."
Fabian jadi bengong.
"Aku nggak mau ngecewain Ibu. Aku mau fokus belajar. Kalau Kakak nggak mau ngajari aku ya nggak apa-apa. Aku minta tolong ke temen-temen yang lain aja."
Leya membereskan buku-bukunya tapi Fabian menahannya.
"Maafin aku, Ly. Aku udah suka kamu sejak lama. Sejak kamu ikut masa orientasi."
"Aku di sini bukan untuk cari pacar."
"Maafin aku ya. Kita masih temenan kan?"
Leya menghembuskan napas panjang kemudian mengangguk. "Kalau Kakak nggak bahas itu lagi."
"Iya, iya. Aku janji."
"Aku pegang janji Kakak."
***
Memori itu membuatku tersenyum.
"Apa yang membuatmu tersenyum?"
Mataku terbuka. Bertemu dengan matanya yang mungkin sedari tadi menatapku. Tanganku terangkat mengusap rahangnya sementara satu tangannya menarikku lebih rapat ke tubuhnya kemudian mengusap punggung polosku.
Kemarin setelah Fabian menanyakan kamarku, dia menggendongku ke lantai atas. Seharusnya aku menghentikannya karena aku terlalu takut dengan pandangan orang lain tapi hasrat mengalahkan semuanya. Dia mencumbuku habis-habisan hingga kami menyatu dalam erangan.
"Kamu masih inget nggak waktu pertama kali nembak aku?"
Fabian terkekeh, memelukku lebih erat. "Cupu banget ya waktu itu?"
Kami tertawa bersama.
"Aku beneran suka sama kamu sejak pertama lihat kamu waktu masa orientasi."
"Gombal." Aku memukul pelan dadanya.
"Beneran. Kalau anak cewek yang lain tuh sibuk caper sama kakak kelasnya, kamu malah menggerutu waktu itu sama Shela."
"Masa sih?"
"Kamu lupa?" Fabian mencubit hidungku gemas. "Gara-gara disuruh lari puterin lapangan, sepatu kamu jebol sementara si Shela ngedumel karena disuruh lari."
Oh yang itu? Aku tertawa. Bagaimana dia masih bisa mengingatnya?
"Aku selalu ingat apapun kalau itu tentang kamu."
Aku membalas tatapan matanya sama lekatnya sementara tangannya mengusap liontin kalung yang ku pakai. Kalung pemberiannya yang dititipkan pada Desy. Aku memutuskan memakainya saat aku resmi bercerai dari Hasbi.
"Menikahah denganku, Lily."
Aku tertegun.
Oke, aku tahu konsekuensi dari kegiatan panas kami beberapa jam yang lalu tapi jika untuk menikah? Tiba-tiba aku merasa sangat menyesal melakukannya dengan Fabian. Kami kelepasan. Sebelumnya kontak fisik di antara kami hanya sejauh berciuman. Baru kemarin juga Fabian menginap.
![](https://img.wattpad.com/cover/274954491-288-k610716.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (End)
RomansaBertemu mantan bukanlah hal yang ku inginkan saat ini. Mengapa harus bertemu lagi dengannya sekarang? Lebih tepatnya, mengapa kami baru bertemu lagi? Seketika aku ketakutan. Takut, rasa yang ku kubur dalam-dalam kembali muncul di permukaan dan memb...