Aku sampai di restoran yang dimaksud oleh Shin Hae sekitar lima belas menit kemudian. Kulihat Shin Hae berdiri di depan restoran dan melambaikan tangannya padaku. Aku mengerutkan kening, kenapa ia bisa melambai padaku padahal kaca mobilku cukup gelap. Apa dia menghafalkan plat nomornya?
"Annyeonghaseo, Sunbae.." Shin Hae membungkuk padaku. Ia benar-benar mengenaliku, padahal aku memakai jaket, topi, dan masker. "Lana ada di dalam, sebaiknya kau masuk saja!"
Shin Hae menarikku masuk ke dalam restoran. Sebenernya aku tak ingin masuk dan ingin meminta Shin Hae membawa Lana keluar. Tapi setelah kupikir, Lana mungkin malah tak mau keluar dan mendekam di sana. Jadi menjemputnya ke dalam mungkin bukan ide buruk.
"Omo, Oppa!" Lana menutup mulutnya dengan tangan saat melihatku masuk bersama Shin Hae. Aku tersenyum di balik maskerku. Mendengarnya memanggilku 'Oppa' entah mengapa terasa menyenangkan.
Seorang perempuan dengan rambut kecoklatan membalikkan tubuhnya.
"Who are you?" Shin Hae segera mendekatinya dan berbisik. "HAAA OKCAT?!" Aku lagi-lagi tersenyum di balik maskerku."Sssstttt!! Jangan sampai orang-orang tau!" Lana mendesis dan membungkam mulut perempuan itu.
Sungguh sulit rasanya menahan diri untuk tidak tertawa melihat kelakuan mereka. "Lana, gaja." Kutarik pelan tangannya. Sepertinya aku memang harus segera pergi sebelum tawaku meledak.
"Hei, aku masih sama teman-temanku. Ada apa?"
Kuturunkan maskerku dan mendekatkan wajahku padanya. "Aku ingin mengajakmu jalan-jalan." Aku tak mungkin bilang akan mengajaknya ke rumah. Dia tak akan mau.
Mataku bertatapan dengan mata perempuan berambut kecokelatan yang agaknya tak lepas menatapku sejak tadi. Kukedipkan mataku padanya dan memakai kembali maskerku.
"My God, Taecyeon.." perempuan itu menggumam, tapi cukup kencang hingga terdengar olehku.
Kulihat Lana berpamitan pada temannya sambil membereskan barang-barangnya. Ia juga berpamitan dengan semua orang yang ada di sana.
Seorang lelaki mendekatinya dan mengulurkan sebuah bungkusan, yang diiringi dengan tepukan halus di pundaknya. Lana tersenyum dan mengangguk. Wajahnya terlihat senang. Anehnya, aku yang tak senang. Entah mengapa aku merasa kesal setelah melihatnya.
"Ehm.." kubersihkan kerongkonganku yang tiba-tiba terasa kering.
Kutarik tangan Lana dengan ibu jari dan telunjukku. Lana akhirnya ikut denganku, diekori oleh kedua temannya. Kubiarkan mereka mengobrol sementara aku bergegas masuk ke mobil.
Kulepaskan jaket, topi, dan maskerku, menyisakan kaus hitam. Tak berapa lama temannya yang berambut kecokelatan menjulurkan kepala dari jendela di sebelah Lana. Ia bicara pada Lana dan tersenyum padaku.
Aku tersenyum tipis tepat sebelum Lana mendorong keluar kepala temannya dari mobil, dan langsung menutup kacanya. Dua teman Lana melambaikan tangan saat aku memundurkan mobil dan berlalu.
Aku dan Lana saling diam. Aku sibuk dengan isi kepalaku, tentang laki-laki yang memberinya bungkusan tadi. Untungnya bungkusan tadi Lana titipkan pada Shin Hae untuk dibawa pulang. Aku jadi tak perlu penasaran apa isinya.
"Siapa laki-laki tadi?" Akhirnya kupecah kesunyian di antara kami. Kuharap suaraku tak terlalu terdengar seperti seorang kekasih yang cemburuan.
Ah, cemburu? Apa aku cemburu pada laki-laki itu? Kueratkan cengkraman tanganku ke stir, mencoba menenangkan diri. Tak mungkin. Bagaimana bisa aku secepat itu cemburu?
"Eh, laki-laki yang mana?" Lana mengerutkan kening. "Aahh, Joon Gi Oppa!"
Aku meliriknya tajam. Tapi nampaknya ia tak sadar. Seharusnya aku tak perlu merasa kesal mendengarnya memanggil lelaki itu dengan sebutan 'Oppa'. Ada apa denganku? Bukankah cara memanggil lelaki yang lebih tua memang begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Beast
FanfictionTentang Lana, seorang gadis Indonesia yang pergi ke Korea demi menyusul tunangannya, Rian. Namun, di Korea Rian menjalin cinta dengan perempuan lain. Di saat seperti itu, Lana bertemu Taecyeon, lelaki humoris yang mampu meluluhkan hatinya. Sayangnya...