"Lana-ya.."
"Hmm?" Aku terus jalan meski suara langkah kakinya yang melompat-lompat nggak kedengeran lagi. "Kau masih hidup?"
Hening. Dia nggak ngejawab. Penasaran, kubalikkan badanku. Kosong. Orang aneh itu menghilang. Meski bingung, aku ngeyakinin diriku sendiri bahwa dia bukan anak kecil, jadi nggak mungkin dia diculik. Pun kalo dia diculik, kan bukan salahku.
Aku tersentak waktu membalikkan badan dan mendapati beberapa tangkai bunga ungu kecil disodorkan ke arahku. Dengan tinggi badan yang alakadarnya, aku harus mendongak kalo mau ngeliat muka orang yang megang bunga itu. Tapi nggak perlu liat pun aku udah tau. Pasti si norak yang kurang kerjaan.
"Yak!" Aku menyambar bunganya dan lagsung mengacungkannya ke depan mukanya. "Kau tak boleh mengambilnya begitu saja!" Aku sebenernya mau ketawa ngebayangin dia pasti nyengir di balik msskernya pas nyodorin bunga.
"Wae? Aku mengumpulkan yang sudah jatuh." Ia melipat tangannya.
"Mereka bisa jadi pupuk untuk tanaman yang lain!"
"Tapi mereka cantik. Sepertimu."
"Aish!!" Kukepalkan tanganku, hampir meninjunya. Tapi kubatalkan saat ada beberapa mahasiswa lewat. Nanti aku disangka melakukan kekerasan. Meski sebenarnya aku emang pengen banget melakukannya. "Ga!"
"Ikutlah denganku, Lana-ya.."
Aku menghela napas. Apa lagi maunya anak satu ini. "Ke mana? Aku harus pulang sebelum gelap. Nanti Shin Hae mengomel kalau aku pulang terlambat."
"Kol!" Dia langsung ngulurin tangannya, ngajak salaman. "Aku akan membawamu pulang sebelum gelap. Yaksokhanda!"
"Geurae. Tapi tunggu sebentar. Aku akan bilang pada Shin Hae dulu."
Aku bener-bener pengen banget ngeplak makhluk ajaib satu ini. Begitu aku setuju, dia lagi-lagi joget-joget kegirangan. Padahal uluran tangannya aku cuekin. Hidupnya ada masalah apa sih sebenernya?
Tunggu, hidupku yang ada masalah apa! Kenapa bisa-bisanya aku tiba-tiba setuju diajak pergi sama mahkluk tengil satu ini sih?! Lanaa.. Lana.. patah hati emang bisa bikin gila, ya.
Kubuka ponselku dan ngirim pesan singkat ke Shin Hae. Kubilang aku akan pulang telat dan bakal ceritain semuanya pas nyampe rumah.
"Sudah." Kujatuhkan ponselku ke dalam tas, dan mentapnya.
"Assa! Kajja!!" Dia menarik tanganku sambil lompat-lompat.
Aku yang awalnya terseret males-malesan, sekarang harus ikut sedikit lari supaya nggak jatuh. Kami berhenti di parkiran motor.
"Tunggu di sini. Kuambil motorku dulu." Belum juga aku jawab, dia udah pergi ke arah motor yang terparkir.
Sebentar, pergi pakai motor, apa tempatnya jauh? Dia mau ngajak ke mana sih?
Belum juga habis pertanyaan di kepalaku, dia muncul dan menyodorkan helm. Salahku bilang mau pergi sama dia. Jadi setengah terpaksa, kuambil helm nya dan kupakai. Lalu aku naik ke boncengan."Pegangan!"
Otakku langsung bekerja mencerna kata-katanya. Maksudnya pegangan itu kayak mang ojeg di Bandung, pegangan di bahu, atau pegangan di ....
Kutoyor kepalaku sendiri begitu mikir pegangan ke perutnya. Emangnya kalian ini apa? Pasangan kekasih yang lagi mau kencan?! Yang bener aja, Lana!
Tapi aku nggak munafik, punggungnya menggoda banget buat disenderin. Huh!
Aku akhirnya memutuskan buat megang pinggir jaketnya aja di pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Beast
Hayran KurguTentang Lana, seorang gadis Indonesia yang pergi ke Korea demi menyusul tunangannya, Rian. Namun, di Korea Rian menjalin cinta dengan perempuan lain. Di saat seperti itu, Lana bertemu Taecyeon, lelaki humoris yang mampu meluluhkan hatinya. Sayangnya...