97. Lana - Tertangkap

32 5 3
                                    

Agustus ilang gitu aja. Tiba-tiba udah September lagi, mana udah tanggal belasan, dan mahakaryaku baru selesai sekitar 20 persen. Aku udah bener-bener kayak pindah rumah ke workshop sih ini. Pulang kuliah langsung ke workshop sampe malem banget, bahkan kalo besoknya kuliah siang, aku baru pulang pas matahari udah terang. Jangan tanya mukaku kayak apa sekarang.

Sekali lagi hari ini aku nyilang tanggal di kalender yang sengaja kubawa ke workshop. Nandain satu hari lagi gugur dan perjuangan masih panjang. Tanganku udah tremor banget, dan aku udah nggak bisa lagi motong kaca sesuai sama bentuk yang kumau. Saking keselnya, pisau kacanya kulempar ke dinding.

Aku telungkup di atas meja kerja dan nangis sesenggukan. Ya kesel, ya capek, tapi mau istirahat juga nggak bisa. Isi kepalaku terus-terusan ngingetin kalo waktuku nggak banyak lagi sementara kerjaanku masih banyak banget.

"Jagiya.." Taecyeon nyelimutin aku, yang masih sesenggukan, pake jaketnya. "Istirahatlah dulu, Lana-ya. Tubuhmu terlalu lelah." Dia nepuk-nepuk bahuku.

"Aku mau, tapi tak bisa. Isi kepalaku tak mau istirahat. Setiap aku mau tidur, pasti aku ingat waktuku tak banyak." Aku ngejawab Taecyeon tanpa ngangkat mukaku dari meja.

"Gaja, kita ke basecamp. Mungkin bertemu anak-anak bisa menghilangkan sedikit penatmu." Taecyeon ngulurin tangannya. Aku menggeleng. Kalo ke basecamp bisa-bisa nggak inget waktu dan kerjaanku ambyar semua.

Taecyeon menghela napas dan narik kursi lalu duduk di sebelahku. "Kau mau mereka yang datang kemari?"

Aku mencibir. "Yang benar saja, mereka kan sibuk. Jangan diganggu." Aku menggeleng lagi. "Sudahlah, Oppa, aku baik-baik saja. Hanya kesal."

"Memangnya kalau kesal kau bisa bekerja?" Taecyeon nyentil dahiku. "Baiklah kalau tak mau ke basecamp. Kita pergi beli es krim. Eottae?"

"Gwaenchana?" Aku meregangkan tubuh dan menyampirkan jaket Taecyeon di bahuku.

Taecyeon ngangguk dan berdiri. "Gaja, aku tau tempat es krim yang enak."

Kuraih tangan Taecyeon dan kami jalan bersebelahan. Sampai di toko es krim, Taecyeon beli dua cup es krim dan kami jalan balik ke workshop. Awalhya kami mau makan di tempat, tapi ternyata tempatnya lumayan ramai.

Aku duduk di kursi kerjaku dan nyenderin kepalaku ke bahu Taecyeon sambil mulai makan es krim.

"Oppa, kalau nanti aku menggila saat kau pergi tour, bagaimana?" Aku mendongak sedikit ke arah Taecyeon yang juga lagi makan es krim. "Mengingat kau tour saat masa-masa krusial menjelang ujian sidangku."

"Telepon aku."

"Kalau kau sedang di panggung?"

"Manajerku akan mengangkatnya untukmu dan bilang aku sedang di panggung. Nanti kuminta dia mendekatkan ponselku supaya kau bisa dengar kami tampil."

"Woah, menjanjikan." Aku ngacungin dua jempol. "Gomawo, Oppa!"

Taecyeon senyum dan ngabisin suapan terakhir es krimnya. "Lana-ya, itu.." dia nunjuk mukaku, tapi sedetik kemudian dia langsung nyosor nyium bibirku.

"Ada sisa es krim di bibirmu." Dia nyengir begitu ngelepas ciumannya. Mukaku memerah. Setelah berkali-kali dicium dadakan, aku masih malu dan deg-degan juga.

Taecyeon maksa aku pulang, dan bersikeras nganter sampe pintu flat. Aku udah bilang aku bisa pulang sendiri, tapi Taecyeon nggak terima alesan. Jadi malem ini kutinggalkan kerjaanku yang mangkrak demi ngikutin titah paduka tuan muda.

Lovely BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang