46. Taecyeon - Bentrok

32 3 2
                                    

Aku baru pulang syuting dan baru saja akan tidur ketika ponselku bergetar. Dengan mata terpejam, kujulurkan tangan meraih ponselku tanpa bangkit dari kasur.

"Eo.." kusapa entah siapa pun yang menelepon pagi buta begini. Pagi buta, karena aku sangat yakin bahwa terakhir kali kulihat, jam di tanganku menunjukkan pukul lima pagi.

"Taecyeon-ah, ireonasseo?"

"Hmmmm.." aku menggumam sambil mengingat suara siapa yang bicara di seberang.

"Bisakah kau datang kemari? Kami akan membahas konser Jepang sekitar pukul delapan."

"Aniya. Aku syuting mulai pukul tujuh. Tak bisakah kita bicara besok?" Kesadaranku mulai menghilang.

"Yak, maksudku jam delapan pagi!"

"Eo. Hubungi aku lagi nanti." Aku hilang ke alam bawah sadar. Ponselku entah jatuh kemana. Mungkin masih di kasur, karena tak ada suara benda menghantam lantai.

Aku mencelat terbangun ketika getaran di ponselku tak kunjung berhenti. Kepalaku masih pening, kurasa sepertinya tidurku belum terlalu lama.

Kuraih ponselku dan menjawab telepon yang masuk tanpa melihat peneleponnya. "Ok Taecyeon.."

"Hyung! Yaaahh kau di mana? Jangan bilang kau masih di rumah dan baru bangun! Bukankah Khunnie Hyung sudah meneleponmu tadi pagi?!"

"Jamkkan.." aku duduk dan meminum segelas air di samping tempat tidurku, lalu menggosok mata dan menguap. Setelah itu kujauhkan ponselku dari telinga untuk melihat jam dan siapa peneleponku.

"Hyung.."

"Eo, Junho-ya. Aku baru tidur jam enam pagi. Aku bahkan tak menyadari bahwa yang meneleponku tadi pagi adalah Khun." Kujelaskan sedikit pada Junho soal keadaanku hari ini. "Apa kalian di rumah?"

"Eo. Kemarilah Hyung, palli." Suara Junho terdengar putus asa.

"Arasseo. Aku mandi dulu sebentar dan segera ke sana. Mian, Junho-ya."

Sambungan telepon diputus. Aku menghabiskan air di gelas dan beranjak ke kamar mandi. Tak sampai sepuluh menit, aku sudah berada di mobilku dan menuju ke rumah 2PM.

Pintu rumah terbuka saat aku sampai. Suara beberapa orang dengan intonasi agak tinggi terdengar sampai ke luar. Aku berhenti dan berusaha mendengarkan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Sudahlah! Semua ini tak akan berhasil!" Wooyoung tiba-tiba keluar dari dalam rumah, dan tersentak melihatku yang berdiri di dekat pintu. "Kau sudah sejak tadi di sana?!" Ia menegurku dengan sedikit kasar.

"Ani, aku baru sampai." Kukedikkan bahuku, dan bergeser agar ia dapat lewat. Wooyoung terlihat sangat kesal hingga menendangi batu yang ditemuinya di jalan.

Aku bergerak masuk dan mendapati Nickhun, Chansung, dan Jun-K di sofa ruang tengah. Sementara Junho duduk di tangga. Tatapan mereka terlihat gugup saat aku memasuki ruangan.

"Mwoya? Apa yang terjadi?" Aku pura-pura tak mendengar keributan yang sempat kudengar sedikit. "Ke mana Wooyoung? Apa kalian sudah selesai membahas konser?"

Aku duduk di kursi paling ujung, paling jauh dari semuanya sehingga dapat melihat mereka semua tanpa perlu mengubah sudut pandang lagi, hanya perlu menolehkan kepalaku sedikit kesana dan kemari.

"Kami tak yakin konsernya akan berjalan lancar." Chansung memilin ujung bantal sambil menjawab pertanyaanku. Ia memilih menatap kosong ke depan alih-alih menatapku.

Lovely BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang