45. Taecyeon - Spicy bulgogi

36 4 5
                                    

Ji Seob Sunbae benar-benar serius dengan ucapannya. Begitu bergabung, tak lama kemudian aku memulai syuting drama baruku. Untungnya kegiatan 2PM sedang rehat sementara sampai konser Jepang. Kami hanya bertemu sesekali untuk berlatih.

Aku baru selesai syuting saat menemukan notifikasi panggilan tak terjawab di ponselku. Keningku berkerut ketika melihat nama Shin Hae terpampang di layar.

"Yoboseyo.." Shin Hae menjawab setelah satu kali nada panggil. Ia sepertinya benar-benar menunggu.

"Eo Shin Hae-ya. Mwoya? Maaf aku baru selesai syuting." Aku memasang sebelah lagi airpod ku di telinga sambil mengangguk pada kru yang kulewati.

"Ah, apakah kau sibuk? Mianhae aku mengganggu." Suara Shin Hae terdengar canggung.

"Aniya. Aku sudah selesai dan baru akan pulang. Apa ada sesuatu?"

"Eo, keugo.. Lana.." volume suara Shin Hae mendadak turun.

"Lana wae?" Kutahan nada suaraku agar tetap stabil meski jantungku tiba-tiba berpacu saat mendengar nama Lana. Terlebih Shin Hae menyebutnya dengan nada ragu yang aneh.

Kudengar Shin Hae menghela nafas dan bergumam dalam bahasa Indonesia, sebelum akhirnya menjelaskan. "Dua minggu lalu kami didatangi kakak-kakaknya Hana ke kampus. Mereka mencari Hana. Aku berhasil menemukan koordinat kemungkinan tempat Hana berada. Mereka bilang akan mengabari kami, tapi hingga hari ini belum juga ada kabar."

Aku mengernyit. "Apa hubungannya dengan Lana?"

"Sejak hari itu, Lana jadi jarang makan. Aku selalu memaksanya untuk makan, tapi keberhasilannya hanya 20 persen." Shin Hae menghela nafas lagi.

"Oppa aku tau kita tak sedekat itu, tapi bisakah kau tolong aku kali ini saja?" Suara Shin Hae sekarang terdengar putus asa.

Setelah memanggilku 'oppa' tanpa persetujuanku, anak ini masih berani bilang kita tak sedekat itu. Aku tak menyalahkan Shin Hae kalau akhirnya dia juga memanggilku 'oppa', karena Hana juga memanggilku demikian. Tapi kenapa rasanya sulit sekali mendengar panggilan itu dari Lana?

"Yak, Ok Taecyeon! Kau masih di sana?"

Aish anak ini! Benar-benar kelakuannya 11-12 dengan Lana dan Hana. Pantas saja mereka cocok! Dan aku tak pernah bisa benar-benar marah pada mereka bertiga.

"Eo, yeogiisseo. Bantuan apa yang kau maksud?" Kusandarkan punggungku di jok mobil. Karena tak terburu-buru, akan kuselesaikan dulu urusanku dengan Shin Hae sebelum berkendara pulang.

"Apa kau bisa membujuknya untuk makan?" Lagi-lagi suara Shin Hae ragu. "Kau bisa mengajaknya ke suatu tempat, atau membelikannya sesuatu. Entahlah aku tak tau."

Aku terdiam, berfikir apa yang sepertinya bisa kulakukan. Beberapa makanan enak yang mudah dibuat muncul di kepalaku. Aku bisa saja pulang dan memasak untuk Lana, lalu mengantarkannya ke sana. Mungkin kalau kubilang aku yang membuatnya, dia mau makan.

"Baiklah, aku akan pulang dan memasak, lalu akan kuantarkan. Tak akan lama, mungkin sekitar 20 menit." Aku akhirnya memutuskan.

"Ah, neomu kamsahaeyo, Oppa." Aku senang mendengar suara Shin Hae sedikit lega.

Setelah sambungan telepon di putus, aku bergegas pulang dan memasak. Aku teringat daging yang sudah kubumbui semalam. Hari ini aku memang berencana akan memasaknya menjadi spicy bulgogi.

Lovely BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang