Setelah sedikit perdebatan, Lana akhirnya mau juga ikut masuk ke dalam. Sesampainya di dalam, kujelaskan sedikit tentang rumah ini. Siapa yang tidur di mana, dan tata letak dapur, kamar mandi, juga taman belakang.
Aku kemudian pamit untuk mengganti baju dan meninggalkan Lana di ruang keluarga, di depan televisi. Saat aku kembali, dari tangga kulihat Lana berdiri di dapur. Kudekati Lana, hingga benar-benar hampir tak ada jarak.
"Mwo haneun geoya?" Aku berbisik tepat di telinganya.
"Hahhh!! Kamjagiya!" Lana refleks membalikkan tubuhnya dan melayangkan tangannya padaku yang berhasil kutangkap. Refleksnya lumayan juga. Mungkin harusnya aku tak perlu terlalu khawatir malam itu. Kurasa dia bisa mempertahankan dirinya sendiri.
Lana terlihat seperti sedang berada dalam mode blank. Dari denyut nadinya di tanganku, kurasa jantungnya berdetak sangat cepat. Apa dia sebegitu kagetnya? Kuharap dia tak punya sakit jantung.
Aku berdehem dan melepas tangannya sambil menahan senyum, lalu bergeser ke depan lemari. Aku tak habis pikir, kenapa aku begitu senang membuatnya kaget? Ekspresi wajahnya saat terkejut sangat menggemaskan.
Kubuka lemari tempat kami menyimpan gelas dan cangkir, dan mengambil dua buah gelas dari sana. "Kau mau ambil gelas?" Kuulurkan sebuah gelas padanya.
"Eh.. emm.. iya. Itu, tadi ada perempuan mencarimu." Lana menerima gelas yang kusodorkan dan langsung mengisinya dengan air.
Setelah kulihat gelasnya penuh, aku bergerak mendekati dispenser untuk mengisi air. "Hmm? Nugu?" Kuisi gelasku hingga penuh dan langsung menghabiskan isinya dalam satu kali tenggak.
"Yak! Kau minum atau apa, sih?!" Bukan Lana namanya kalau tak protes melihat kelakuanku. Tentu saja, ia masih sempat protes sebelum menjawab pertanyaanku. "Molla, aku tak tanya siapa namanya. Tapi dia cantik, rambutnya panjang, dan lebih tinggi dariku."
Lana membawa gelas di tangannya ke ruang keluarga. Aku mengekorinya sambil berpikir, siapa perempuan yang dimaksud oleh Lana. Apa diantara anak-anak ada yang sedang menunggu tamu? Tapi, tadi dia bilang perempuan itu mencariku.
Kuedarkan pandanganku ke ruang keluarga dan tak menemukan siapapun di sana. "Mana?" Kupegang pundak Lana dan berjinjit di belakangnya. Aku tak bisa menahan seringaiku saat melihat sekilas wajah Lana yang terlihat agak kesal. Ah Tuhan, mengapa menggodanya sungguh menyenangkan?
"Tadi di sini." Lana menunjuk ke kursi di dekatnya. Aku mengedikkan bahu dan meletakkan tangan kiriku di bahu kirinya. Tak cukup dekat untuk disebut merangkul, tapi tak sejauh itu. Kusyukuri lenganku yang cukup panjang sehingga menyisakan sedikit ruang di antara kami.
Lana meletakkan gelas di tangannya ke atas meja, saat suara perempuan terdengar dari arah ruang tamu yang membuat kami menoleh padanya.
"Annyeonghaseo, Oppa.." persis seperti deskripsi Lana. Perempuan itu sedikit lebih tinggi darinya, dengan rambut panjang tergerai. Ia menundukkan kepalanya dan tersenyum canggung.
"Ah, Kim So Hyun-ssi." Kulepaskan tanganku dari bahu Lana dan kuanggukkan kepalaku. Kulihat, Lana juga mengangguk sambil tersenyum. "Apa ada sesuatu yang bisa kubantu?"
Aku tak pernah menyangkal bahwa So Hyun memang cantik, seperti yang Lana sampaikan tadi. Hanya saja, memang sejak awal aku selalu menganggapnya hanya sebagai partner kerjaku.
Meski perasaan berdebar yang kurasakan saat dulu bersama Yoona, mantan kekasihku, juga tak kurasakan saat aku bersama Lana, tapi dengan So Hyun aku lebih tak merasakan apa-apa. Rasanya hanya seperti saat kau bersama teman sekolahmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Beast
FanfictionTentang Lana, seorang gadis Indonesia yang pergi ke Korea demi menyusul tunangannya, Rian. Namun, di Korea Rian menjalin cinta dengan perempuan lain. Di saat seperti itu, Lana bertemu Taecyeon, lelaki humoris yang mampu meluluhkan hatinya. Sayangnya...