Aku dan Junho sengaja datang lebih dekat dengan jam keberangkatan agar tak perlu menunggu lama. Lana setuju bahwa sebaiknya kami berpisah sebelum naik ke pesawat. Untungnya kami pergi di pertengahan bulan Januari, jadi tak terlalu banyak orang di bandara Incheon.
Aku langsung duduk di sebelah Lana begitu kami tiba di boarding room. Seperti dugaanku, tak terlalu banyak orang malam ini. Namun tetap saja kami menjaga jarak.
Penerbangan 11 jam membawaku pada udara panas daerah tropis yang menyapaku begitu kami turun dari pesawat. Ini kesekian kalinya aku datang ke Indonesia, namun pertama kali datang bukan untuk bekerja.
Di pesawat tadi, Hana bertemu dengan kenalannya yang saat ini membawa kami ke restoran miliknya. Pesawat kami yang akan menuju Labuan Bajo berangkat pukul 12 siang. Kami disuguhi sarapan, sementara Hana menghilang dengan laki-laki yang ternyata bernama Je Hoon.
"Lana-ya, sepertinya di depan ada toko. Kau sudah selesai makan?" Kutatap Lana yang baru saja meletakkan gelasnya.
"Eo, Oppa. Kau mau lihat ke depan?" Ia berdiri dan meregangkan tubuhnya sebentar.
Aku mengangguk dan menggandeng tangan Lana ke toko di seberang restoran. "Apa ada yang ingin kau lakukan secara spesifik selama liburan?" Kami menyusuri lorong demi lorong.
"Oppa, apa kau bisa menyetir jet ski?" Lana menatapku yang mengernyitkan dahi. "Aku ingin naik jet ski, tapi terlalu takut untuk menyetir sendiri."
"Hmm bisa dicoba." Aku menganggukkan kepala sambil meraih sebuah kemeja pantai bewarna merah dengan gambar bunga-bunga kuning. "Lana-ya, ayo kita beli baju couple."
Lana menyengir saat melihat baju di tanganku. "Waaahh Oppa, selera fashion-mu benar-benar.."
Aku mengedikkan bahu dan mengambil satu lagi yang kurasa pas dengan ukuran Lana. Antara memuji dan meledek, kadang-kadang sulit menebak yang mana yang menjadi maksud Lana.
Kami keluar saat melihat rombongan kami sudah berada di trotoar. Kulirik jam di pergelangan tanganku, dan mengajak Lana kembali ke rombongan.
Pukul satu siang kami mendarat di bandara Komodo. Aku menggelengkan kepalaku saat menyadari bahwa perempuan gila yang menjadi pacarku dan sahabatnya memang merencanakan semua ini dengan matang. Mereka bahkan memesan suite room, mentang-mentang bukan uang mereka yang mengalir untuk ini semua.
Aku berdiri di balkon, menghirup udara tropis yang menyenangkan. Bau dan suara laut membuatku tak berhenti tersenyum. Lana menyusulku tak lama kemudian. Ia meminta izin untuk bertemu temannya.
Lana bercerita tentang orang yang akan ditemuinya dan bagaimana mereka bertemu. Aku hanya sesekali merespon. Kami mengobrol hingga Hana menelepon dan mengajak makan siang.
Kami pergi ke tempat makan yang direkomendasikan oleh Lana. Kalau dilihat dari tempatnya, aku yakin mereka hanya menjual masakan Indonesia.
Para perempuan memesan ini dan itu, dan dalam sekejap meja kami penuh dengan makanan. Hana memulai ritual makannya dan menyuruh Junho makan persis seperti caranya. Entah ia lupa bahwa toleransi pedas kami kadang berbeda, atau memang sengaja melakukannya.
Tak lama, Lana juga memintaku makan seperti caranya makan. Setidaknya Lana mengambil sambal dengan takaran yang cukup masuk akal dibandingkan dengan Hana.
"Hyeong.." Junho menatapku dengan tatapan memelas.
Aku mengangguk prihatin. Padanya, dan pada diriku sendiri. "I know, Junho-ya. Semakin cepat kita habiskan, semakin cepat siksaan ini berakhir. Ayo, habiskan punyamu sekarang." Aku sesungguhnya lebih menyemangati diriku sendiri dibandingkan dengan menyemangati Junho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Beast
FanficTentang Lana, seorang gadis Indonesia yang pergi ke Korea demi menyusul tunangannya, Rian. Namun, di Korea Rian menjalin cinta dengan perempuan lain. Di saat seperti itu, Lana bertemu Taecyeon, lelaki humoris yang mampu meluluhkan hatinya. Sayangnya...