Pagi ini aku sudah mengosongkan kamarku dan menyeret semua barang ke penthouse. Karena kami akan terbang pulang ke Korea, kulakukan early check out dan memutuskan menunggu di penthouse. Kupasang ponselku dalam mode video call, tak lama Lana dan Shin Hae muncul di layar.
"Kalian sudah tau bagaimana akan membangunkannya?" Aku memang meminta dua manusia ini membangunkan Junho dengan video call. Agaknya dendamku semalam pada Hana baru bisa hilang setelah mengerjai mereka berdua.
"Eo, kami pastikan Junho akan langsung bangun." Shin Hae mengangguk penuh semangat.
Aku mengangguk dan masuk ke kamar Junho. Wooyoung yang sekamar dengannya sudah rapi lebih dulu, terlihat bingung dengan perbuatanku.
Aku hanya memberi tanda 'tunggu dan saksikan' pada Wooyoung yang langsung mengerti maksudku.
Kuarahkan ponsel ke dekat Junho, dan membiarkan dua wanita gila di seberang yang melakukan tugasnya.
"YAK LEE JUNHO!!! BANGUNLAH KAU NUNEOOOOOOOOOOO!!!!" Lana menjerit sejadinya.
"BENAR! CEPATLAH BANGUN ATAU HANA JADI TARUHANNYA!!" Shin Hae menambahi.
Aku tak bisa menahan tawa ketika Junho mencelat terbangun karena kaget. Tentu saja, siapa yang tak terkejut diteriaki dengan suara di atas 80 desibel ini?
"Hyung!!" Junho mengacak rambutnya dan merengek padaku.
"Ayo bangun, anak manja! Bisa-bisanya menawarkan diri berpacaran dengan sahabatku sementara dibangunkan masih merengek!" Lana menyindir Junho, membuatnya makin kesal.
"Yak Noona!! Aku baru tidur menjelang pagi!" Aku tertawa dan terkejut bersamaan mendengar Junho memanggil Lana dengan sebutan 'Noona'.
"Chagi, katamu kau maknae-nya. Bagaimana setan kecil satu ini memanggilmu 'Noona'?" Kuputar ponselku, menghadapi pacarku yang wajahnya sudah lebih kusut dari pakaian di jemuran.
"Eo, lihat saja anak itu! Sudah kubilang berhenti memanggilku 'Noona'. Tetap saja tak berubah. Padahal kan yang tua kau, Oppa. Bukan aku." Lana menjulurkan lidahnya padaku.
"Aish perempuan ini! Awas ya kau kalau kemari!" Aku pura-pura mengancamnya dan langsung kembali membalikkan ponselku.
"Nah, Lee Junho, bangunlah. Dan berterima kasihlah pada Noona-mu, telah bersedia membangunkanmu. Semuanya sudah siap kecuali kau, tau?!" Kusodorkan ponselku lebih dekat ke wajah Junho yang masih mengantuk.
"Ok Taecyeon!!!" Aku terkekeh mendengar Lana menjerit memanggilku. "Kau! Cepat bangun! Kami akan naik dalam sepuluh menit! Kalau kau belum siap, kusiram kau dengan air!"
"Haaaahhh ara, ara! Aku bangun!" Junho menggosok matanya dan turun dari kasur. "Lihat kan, aku bangun dan menuju kamar mandi! Kamsahamnida Lana Noona, sudah berbaik hati membangunkanku!" Ia sengaja meledek Lana dengan ucapan terima kasih formal, lalu segera menuju kamar mandi.
Kuputar ponselku lagi dan kembali melihat wajah kusut Lana. "Yak, sudahlah anak itu sudah bangun. Sekarang giliranmu."
"Oppa, sebaiknya kau ajari dia untuk memanggilku Lana, bukan Noona!" Lana mengembuskan nafas dengan keras.
"Ara, ara. Akan kuberitahu dia nanti. Sekarang tugasku. Ayo, aku akan panggil anak-anak." Aku keluar dari kamar Junho dan mengumpulkan anak-anak di ruang tengah.
Sama sepertiku, Lana mengarahkan ponsel ke gundukan manusia yang bergulung di bawah selimut.
"HANA!!" Anak-anak berteriak memanggil Hana yang belum terlihat wujudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Beast
FanfictionTentang Lana, seorang gadis Indonesia yang pergi ke Korea demi menyusul tunangannya, Rian. Namun, di Korea Rian menjalin cinta dengan perempuan lain. Di saat seperti itu, Lana bertemu Taecyeon, lelaki humoris yang mampu meluluhkan hatinya. Sayangnya...