79. Lana - Bajo Lalu Bali

41 4 6
                                    

Setelah kejar-kejaran sama waktu, kami akhirnya berhasil kembali ke Labuan Bajo. Hana bukannya bawa kami ke hotel, malah ngajak liat sunset di seberang hotel.

Aku dan Hana duduk di rumput setelah sprint beberapa meter sambil ngatur nafas. Kebangetan emang, nggak pernah olahraga tau-tau liburan segala berenang dan lari-lari.

"Lan, seneng gak akhirnya ketemu orang tua lo?" Akhirnya bab penjelasan telah sampailah kepada saatnya.

"Gue nggak ngerti gimana jelasinnya, gimana ngungkapinnya. Berasa ngebuka lagi luka lama yang 12 taun gue tutup rapet-rapet." Aku menolak ngeliat ke arah Hana dan malah ngelempar pandangan ke garis laut. "Tadi gue emang sengaja dibiarin nangis lama?"

"Sengaja. Sekalian ngomong sama Om Tante, kalau anak semata wayangnya sekarang banyak yang jagain." Hana nyengir. "Lan, ngomong-ngomong dosa gak sih kalo gue malah berharap Om Tante masih hidup, digantiin sama bapak gue?"

Aku melengos. "Orang tua gue nggak lebih baik. Mereka mati aja masih bohongin gue. Sama aja. Kalo bisa sih tiga-tiganya aja ada di sana." Aku masih emosi.

"Kenapa sih, Lana kalau lagi bad mood jadi jutek banget? Sini ahh, peluk dulu. Aduh, aduh, pacarnya setan ijo bisa juga marah." Hana narik aku ke pelukannya. "Maafin ya kalau bau keringet, kena paparan panas mulu disini. Deodorant sama parfum gue ketinggalan di koper, jadi deh ketek gue semeriwing." Hana ngakak sendiri.

"Ih, pantesan baunya kayak anak kecil beres main layangan!" Aku langsung mengurai pelukan dan noyor kepala Hana. Aku menghela nafas waktu ngeliat semburat jingga di langit.

"Balik yuk Lan, ngeri gue si Junho ketemu temen-temennya. Mulai gelap nih." Hana berdiri.

"Maksud lo?" Aku mengernyitkan dahi.

"Roh jahat Kelimutu kayaknya nempel di dia, dari tadi ngebahas danau mulu." Hana nyindir Junho yang nggak ada.

"Lah, sebelum ditempelin roh juga kelakuan laki lu udah kayak setan, Han! Setan rubah!" Aku berdiri dan langsung kabur ke arah mobil sambil cengengesan.

"Double trouble, sudah puas mengobrolnya?" Pacarku merentangkan tangannya, nyambut aku yang sengaja nubruk dia karena ada sisa tenaga lari.

"Belum. Tapi Hana takut kalau mulai gelap, Junho bertemu teman-temannya di sini." Aku sengaja ngomong rada kenceng.

"Apa? Teman apa?" Junho jelas aja langsung nyaut.

"Teman-teman roh jahatmu. Takut mengajakmu kembali ke danau." Hana yang jawab sambil cekikikan.

"Apa kau bilang? Aku sudah keduluan di ikuti setan kecil yang manja dari Korea." Junho ngejitak kepala Hana berkali-kali.

Hana bersungut-sungut dan masuk ke mobil. Kami misah buat beres-beres dan akan ketemu lagi di depan restoran jam tujuh malam.

Tepat jam tujuh kami ngumpul. Hana kayaknya mau pergi abis ini, karena dia pake dress yang lumayan kebuka. Shin Hae duduk di dekatku dan nyenggol bahuku.

"Jadi, ada cerita apa di balik makam Om dan Tante di Ende?"

Aku mendengus dan menggelengkan kepala. "Nggak ada. Intinya ayahku punya tanah di sana yang dibeli dari pembebasan sengketa, terus minta dikubur di sana. Sekolah rakyat yang tadinya kupikir cuma ada di Bali, ternyata di sana juga ada."

"Tapi kau senang kan bisa menemukan mereka?" Shin Hae nanya pertanyaan yang persis sama dengan Hana. Ku oper pertanyaannya ke Hana, minta dia yang jelasin.

Hana yang ngejelasin sambil bercanda, harus kena semprot Taecyeon yang sejak tadi emang lebih banyak judesnya. Aku paham, sedikit banyak dia pasti kepikiran omonganku di bandara Ende tadi.

Lovely BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang