81. Taecyeon - Liburan (Tidak) Gratis

34 3 1
                                    

Kurasa hari sudah pagi waktu Lana menggeliat dan menyisiri rambutku dengan jarinya. Tangannya kemudian pindah ke bekas luka di lengan atasku.

Meski aku tahu itu Lana, aku tetap memanggilnya dan memastikan lagi bahwa aku tak bermimpi. Kuangkat tubuhnya ke atasku, membiarkan protesnya yang khawatir tubuhnya terlalu berat. Padahal bagaimana bisa, Junho yang terlihat kurus saja mungkin lebih berat dua kali lipat dari Lana.

Kubuka mataku dan kuberikan ucapan selamat pagi sambil mengangkat kepalaku. Tak kusangka ia menurunkan wajahnya, dan langsung kukecup bibirnya. Padahal niatku di awal hanya ingin membetulkan posisi kepala.

Lana mengajakku bangkit untuk mandi dan sarapan. Setelah ia bangkit, aku ikut bangkit dan menenggelamkannya lagi kedalam pelukanku. Sejak bersama Lana, aku selalu merasa senang bisa merengkuh tubuh mungilnya di dekapanku. Rasanya seperti aku dapat melindunginya.

Aku mandi lebih dulu, dan berniat mencari setan rubah yang semalam membuat kegaduhan.

"Lana-ya, aku akan cari Junho dulu. Kita bertemu di ruang makan, oke?" Kusandarkan tubuhku di dinding kayu samping samping kamar mandi.

"Eo, Oppa. Aku menyusul sebentar lagi." Begitu Lana menyahut, aku segera bergegas mencari Junho.

Aku menemukan Junho sedang duduk di dek atas, dengan piring kosong di sebelahnya. Sepertinya anak itu sudah selesai sarapan.

"Lee Junho!" Kutepuk bahunya dan duduk di bean bag terdekat dengannya. Junho menoleh sebentar lalu kembali menatap ponselnya. "Wae?"

"Aniya, Hyeong. Kau tau semalam.."

"Eo, siapa yang tak tau?! Suara kalian berisik luar biasa! Kalian bahkan mengganggu pillowtalk-ku dengan Lana!" Aku menyela sebelum ia selesai bicara.

Junho menunjukkan cengiran, lalu menghela nafas panjang. Aku mengernyit, anak ini terlihat aneh.

"Hyeong, apa menurutmu aku dan Hana akan baik-baik saja?"

"Mwo?" Aku tak paham dengan arah pembicaraan Junho. "Kalian terlihat baik-baik saja. Buktinya semalam.."

"Bukan itu!" Junho langsung memotong. "Maksudku kau juga kan tau, Hana akan pergi ke Perancis."

"Lalu?"

"Yak, apa kau pernah melihatku berpacaran jarak jauh seumur hidupmu selama mengenalku, Hyeong?!"

Aku menyeringai, mulai paham kemana arah pembicaraan ini. "Kau takut apa? Kalau kau mengkhawatirkan teman-teman lelakinya, ayolah, kau juga syuting dan pemotretan dengan banyak perempuan."

"Kurasa love language Hana adalah physical touch. Apa kau ingat bagaimana dia dengan santainya menerima pelukan Je Hoon di Bali?"

"Je Hoon sudah seperti kakaknya." Aku menyanggah.

"Iya, nanti di Paris pun akan begitu. Si A seperti sahabatnya, si B seperti kakaknya, si C, si D, entah berapa banyak!" Junho terlihat frustasi.

"Waahh Lee Junho.. kau benar-benar overthinking sekarang." Aku menggelengkan kepalaku. "Sudahlah, toh itu belum tentu terjadi. Kenapa kau sudah pusing memikirkannya, setelah semalam kalian..."

"HYEONG!! Terus saja kau bahas soal semalam! Harusnya aku yang membahasnya!" Junho berbalik dan memukul bahuku.

Aku tertawa. "Makanya, pelankan suaramu malam ini! Sudahlah, ayo turun." Aku bangkit dan menepuk bahu Junho.

Kami turun dan mendapati yang lain sudah berkumpul. Junho yang barusan terlihat seperti orang frustasi, kini mencium pipi Hana tanpa ragu, lalu menatapku. Seorang bilang 'apa kataku'. Aku hanya mengedikkan bahu.

Lovely BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang