52. Taecyeon - Undangan Pernikahan

47 5 3
                                    

Aku mendesah lega mengetahui hasil pemulihanku cukup baik. Dalam satu bulan setengah, sobekan ligamenku tersambung dan membaik. Dokter bilang aku sudah harus mulai berjalan-jalan sebagai terapi. Untungnya tak perlu terapi khusus.

Pagi ini kuantar anak-anak di depan pintu. Mereka masih latihan intensif dan sesekali membawakan video latihan untuk kupelajari.

Aku kembali ke kamarku dan meraih ponselku. Sejak malam itu di rumah sakit, aku belum lagi bertemu dan mengabari Lana. Aku memang sengaja tak sering mengabarinya, agar dia tak curiga. Sampai hari ini dia belum tahu soal cedera lututku. Kalau bisa, dia tak perlu tahu.

Ponselku bergetar, dan nomor tak dikenal muncul. Aku mengernyit sebelum menjawabnya.

"Yoboseyo.. ini dengan Ok Taecyeon?" Suara seorang laki-laki terdengar di seberang.

"Ah, Ne. Maaf dengan siapa saya bicara?"

"Perkenalkan, saya Park Seo Joon. Kakak Park Hana. Minggu depan adalah hari pernikahan Dong Wook, saudara kami. Akan sangat menyenangkan kalau kau bisa hadir di pernikahannya."

Aku mengernyit lagi. Orang ini dapat nomorku dari mana? Bisa-bisanya meneleponku.

"Tak perlu khawatir, aku mendapat nomormu dari ponsel Hana, yang kemungkinan diambilnya dari ponsel Lana, pacarmu." Orang bernama Seo Joon itu seperti tahu isi kepalaku.

"Ah aniya, bukan begitu. Aku dan Lana.."

"Maaf memotong penjelasanmu, tapi aku hanya perlu tahu apakah kau dapat hadir minggu depan? Tentu saja Lana dan sahabatnya akan ada di sana."

Aku bergegas melihat kalender. Dan tak ada tanda apa pun di sana. "Arasseo, aku akan hadir. Tolong kirimkan alamat, serta detail acaranya, seperti jam berapa aku harus datang atau apa yang harus kukenakan misalnya."

"Ara, sampai bertemu minggu depan."

Kuletakkan ponselku di meja. Aku punya satu minggu untuk benar-benar memulihkan lututku, agar bisa berjalan normal di acara pernikahan.

#
Yoboseyo : halo (sapaan di telepon)
Ne : ya
Aniya : tidak
Ara : baik

*

Aku sampai di venue pernikahan dengan blazer warna biru. Kemarin Seo Joon bilang aku bisa pakai pakaian apa pun yang tidak terlalu formal, karena acaranya hanya untuk orang dekat.

Aku keluar dari mobilku dan memandang ke arah kebun yang disulap menjadi tempat pesta. Kebun yang dipenuhi ilalang, dengan dekorasi kain-kain putih yang tertiup angin.

Apa harusnya aku membawa cincin? Sepertinya suasananya cocok untuk melamar seseorang.

Aku berhenti berjalan dan memejamkan mataku sambil menarik nafas. Fokus, Taec! Kau datang karena diundang ke acara pernikahan. Kalau mau melamar seseorang, buatlah acaramu sendiri! Lagipula, kau bahkan belum menyatakan perasaanmu padanya, dasar bodoh!

Seo Joon melambaikan tangannya padaku, memintaku menghampirinya. Aku tersenyum. Satu hal lagi yang kusukai dari pesta kecil adalah aku tak perlu memakai masker untuk membunyikan identitasku.

"Kau sampai dengan selamat?" Seo Joon menjabat tanganku dan menepuk bahuku.

Aneh rasanya diterima seperti teman lama oleh orang yang baru kali ini kutemui. Yah meski sebenarnya di rumah sakit kami berpapasan beberapa kali, tapi keadaannya berbeda sekarang.

"Eo. Tempatnya tak sesulit itu, meski memang bukan tempat yang sangat mudah dicari." Aku meringis mengingat GPS ku salah beberapa kali.

Lovely BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang