Aku berhasil melalui seminggu penuh dengan sukses. Selain merasa sedikit lebih lelah, tak ada hal lain yang dapat kukeluhkan.
Anak-anak awalnya merasa khawatir karena aku menyetir sendiri. Tapi setelah beberapa kali memastikan bahwa aku baik-baik saja, mereka mulai membiarkanku latihan dengan tenang meski sesekali masih mengingatkan ini dan itu.
Sejak seminggu lalu pula aku jadi lebih sering menginap lagi di basecamp. Kalau ada sedikit saja waktu luang, aku akan menunggu di basecamp dan mengisi waktu dengan tidur. Anak-anak biasanya akan membangunkanku sesaat sebelum waktunya latihan.
Seperti hari ini, aku baru sampai di basecamp setelah perjalanan singkat dari lokasi syuting. Jaraknya sebetulnya cukup jauh, namun ini jam empat pagi. Jadi aku berhasil sampai hanya dalam waktu sepuluh menit saja.
Latihan hari ini akan mulai pada pukul sembilan. Masih ada sangat cukup waktu untuk beristirahat dan meluruskan tubuhku.
Kubuka pintu depan dan berjingkat menaiki tangga menuju kamarku. Anak-anak yang lain pasti masih tidur. Karenanya aku tak ingin terlalu berisik dan membangunkan mereka.
Suara pintu kamar diketuk membangunkanku. Sinar matahari masuk dan menghangatkan punggungku. Aku meregangkan tubuhku sebelum bangkit dan masuk ke kamar mandi.
Setelah mandi, aku bergabung dengan yang lain untuk sarapan. Aku tersenyum melihat Chansung berulang kali berjalan dari dan menuju dapur untuk membawa sarapan. Sepertinya hari ini dia yang memasak.
Kuhampiri Chansung di dapur dan kutepuk bahunya. Dia tersenyum lebar melihatku.
"Hyung, makanlah. Kujamin masakanku hari ini lebih enak dari masakanmu." Ia terkekeh. Aku mengacak rambutnya dan membantunya membawa piring berisi ayam.
"Kau baik-baik saja?" Jun-K menarik kursi dan duduk. "Tidurmu nyenyak? Aku mendengar suara mesin mobilmu pagi ini. Bagaimana syutingnya?"
Aku tertawa. "Berhentilah bersikap seperti ayahku!" Kutinju pelan lengan Jun-K sebelum duduk di sebelahnya. "Aku baik, syutingnya lancar. Tidurku lumayan." Kujawab semua pertanyaannya tanpa basa-basi.
"Senangnya melihatmu ada di sini sepagi ini. Rasanya seperti kau kembali lagi." Wooyoung bicara dari seberang meja sambil mengunyah selada.
"Yak, dia memang masih bersama kita. Untuk apa kau bilang seperti dia kembali?" Nickhun menjitak kepala Wooyoung sebelum duduk di sampingnya.
"Mana Junho?" Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang makan, mencari keberadaan Junho. Biasanya dia yang akan membantah ucapan Wooyoung.
"Masih di kamarnya, mungkin sebentar lagi dia keluar." Nickhun mulai menyendok nasi dan memasukkan sesuap ke mulutnya.
"Yaaakk!! Lee Junho!!" Aku meneriakinya agar segera keluar.
"Eo!" Junho keluar dari kamarnya dan menutup pintunya tanpa berbalik. "Hyung, tangkap!" Ia melemparkan sebotol vitamin padaku yang untungnya dapat kutangkap sebelum membentur kepala Jun-K.
"Minumlah, kau terlihat sangat lelah." Junho menepuk bahuku dan duduk di sebelah Wooyoung.
Aku tersenyum melihat keluargaku yang saling bercanda sambil sarapan. Rasanya seperti sudah berabad-abad sejak aku pindah dari basecamp.
"Lihat, uri jimseung, pindah dari basecamp membuatnya lebih tidak waras dari sebelumnya." Nickhun menyindirku.
"Eo, aku memang tak waras!" Aku menimpali. "Bagaimana aku bisa waras kalau ternyata keributan kalian membuatku merasa rindu pada kalian?! Dasar gerombolan sirkus!" Aku tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Beast
FanfictionTentang Lana, seorang gadis Indonesia yang pergi ke Korea demi menyusul tunangannya, Rian. Namun, di Korea Rian menjalin cinta dengan perempuan lain. Di saat seperti itu, Lana bertemu Taecyeon, lelaki humoris yang mampu meluluhkan hatinya. Sayangnya...