Di tengah hutan yang sepi terjadi perang mantra di mana banyak perampok maut menyerang seorang gadis incaran pangeran kegelapan.
"Bajingan! Kalian" Alina meronta rona saat tubuh nya itu di ikat, para perampok maut itu menyeringai.
"Kau adalah uang ku" perampok itu menyeringai dan tertawa bagaimana tidak sembilan belas orang laki laki dewasa melawan seorang gadis berumur 16 tahun itu, pertarungan yang tidak setimpal.
"Lepaskan aku ranting pohon!" Ia mencoba terus meronta ronta, kini wajah nya telah banyak luka serta darah yang mengalir. Sialan mereka membawa nya ke malfoy manor, tunggu tanggal berapa ini lupakan itu tidak penting ini nya ini adalah hari sial nya.
"Tuan ku" seperti nya para perampok ini mengganggu pertemuan nya.
"SIAPA YANG SURUH KAU MASUK!" perampok itu menundukkan kepala nya ketika suara pangeran kegelapan itu sedang berada di ambang emosi nya.
"Maaf kami membawakan sesuatu yang mengejutkan buat anda" Voldemort mempersilahkan perampok itu. Mereka menarik Alina menuju kedepan.
Seketika laki laki jadi-jadian itu berdiri dari kursi nya lalu menyeringai gembira. "Kerja bagus, kau akan mendapat imbalan nya nanti" kata Voldemort masih kagum dengan hasil tangkapan anak buah nya.
"Tapi taun kam–"
"Aku rasa kau mendengar ucapan ku tadi benar kan" Voldemort memicingkan mata nya para perampok itu menunduk lalu melangkah pergi.
"Lihat yang kita dapat hari ini..." ia melirik Alina singkat lalu tertawa kencang di serta di para pelahap maut. Tubuh nya terduduk di lantai dengan tubuh yang terikat di tiang.
"Mantan kekasih draco yang di campakkan sungguh menyedihkan" ia mengangkat dagu Alina dengan tongkat jelek nya itu, segera Alina membuang wajah nya kesal.
Tak jauh dari saja draco duduk di kursi yang memiliki meja yang sangat panjang sehingga dapat menampung banyak pelahap maut.
"Kemana ayah mu gadis kecil" Bellatrix tertawa keras dan mengerikan di tambah rambut gimbal nya itu.
"Rasanya kau harus menyisir rambut mu lihat lah diri mu" Alina tertawa meremehkan di sambut kutukan crusio yang membuat tubuh nya langsung lemah.
"Mana teman teman mu yang bau kencur itu" ia tertawa jahat. "Kau akan mati di sini sendirian dan kau tidak memiliki siapa siapa lagi, Sebelum itu aku akan mengambil sesuatu dari mu" Voldemort meraih wajah Alina dan mengusap nya dengan kuku.
"Hahaha lihat lah tuan kalian seorang half blood yang sok hebat ini menumpang tinggal di malfoy manor yang tidak mampu membayar listrik dan yang paling penting terlahir dari hasil love potion. Kau harus nya sadar diri dasar half blood mau ikut bergabung dengan para pure blood" Alina mencibir pedas tidak peduli resiko yang akan dia dapatkan nanti.
"Dan kalau kau benar-benar hebat Harry sudah tertangkap lama oleh mu, lihat lah sungguh menyedihkan kalah melawan bocah kecil dan bahkan memaksa orang seperti draco malfoy menjadi pengikut mu lucu sekali, Pria tidak berguna itu" Alina mendecih. "Kau tidak jauh dari kata pengecut"
Berkali kali ia mendapatkan kutukan crusio dari sang pangeran kegelapan itu, tubuh nya benar benar lemah sekarang. Sedangkan draco ia hanya duduk di meja pertemuan dan menunduk tak peduli.
"Bawa dia" narcisaa berdiri dari duduk nya lalu menarik Alina untuk ke penjara.
Ia bersandar lemah di tembok penjara yang sangat lusuh itu. Tempat yang gelap dan kumuh rasanya ia mau mati saja.
"Kau baik baik saja nak?" Alina tidak menjawab ucapan narcissa ia udah sangat muak dengan keluarga itu bahkan terlihat dari kondisi nya Alina sedang sekarat.
Hari hari berlaku macam macam kutukan iya sudah lewati bahkan mungkin sudah terbiasa kini ia di seret oleh wormtail untuk menghadap Voldemort.
"Kata kata terakhir Chaster" ia menyengir lebar seakan akan kemenangan akan berpihak pada nya.
"Before i die, i Will kill u wormtail"
Suara nya mencekam ia tidak main main dengan ucapan nya, penyebab kematian ayah nya adalah wormtail yang memberitahu keberadaan nya pada Voldemort.
Para pelahap maut tertawa mengejek lalu mulai melontarkan banyak kata kata menyakitkan pada Alina gadis itu tak peduli.
"Gryffindor sekali upss" mereka tertawa lagi lalu mulai menyerang Alina dengan mantra mantra kutukan.
Termasuk draco. Ia memberikan kutukan Crustiatus pada Alina, sakit akibat kutukan itu tak seberapa namun sakit hati nya yang membuat nya ingin menangis.
Beberapa bulan kemudian tubuh Alina sudah cukup pulih besok hari kematian nya di mana Voldemort akan membunuh dan mengambil sesuatu dari nya selama itu draco tidak pernah muncul atau bahkan berkunjung ke tempat nya. ia mulai masa bodo dengan pria itu.
Salah satu pelahap maut mengecek kondisi Alina. Ini kesempatan bagi nya
"Stupyfy"
"Mutatio figura"
Pelahap maut itu tak sadarkan diri."Gibbon kemari lah" merasa di panggil pelahap maut itu mendekat lalu menyuruh nya untuk membawa Alina ke sini.
"Selamat kau akan mati hari ini" gibbon menyeringai lalu menyeret Alina menuju tuan nya.
"Will lihat lah bakal ada pertunjukan hebat kail ini" Voldemort tertawa ikuti para pelahap maut.
Alina seperti pasrah begitu saja. "Selamat tinggal bocah tengil, bagaimana reaksi Potter ya melihat teman nya itu sudah tidak bernyawa" ia mengusap wajah Alina membuat sang gadis merinding.
"Draco kemari saksikanlah hari terbalur mantan pacar mu itu" ia melirik draco yang baru saja turun dari lantai atas. Wajah ya bertambah pucat pipi nya mengurus benar benar mengerikan.
"Avada kedavra" cahaya hijau itu menyinari manor yang gelap itu.
Voldemort merentangkan tangan nya mengisap energi Alina lalu mendapat kepala botak nya.
"Hahahah keinginan mu tak akan terwujud scander" ia berbisik tepat di sebelah jasad Alina yang tergeletak tak bernyawa.
"Nagini makan siang" ia mengelus ular kesayangan nya itu sekejap tubuh Alina lenyap begitu saja.
Narcissa menarik draco ke atas lalu memeluk nya, mengatakan bahwa ini jalan yang terbaik buat pria itu. Draco menggeleng tidak setuju bukan ini yang ia inginkan.
Namun nasi sudah menjadi bubur ini semua salah nya, Alina sudah tiada...
END.
Udah END ngapa masi di sroll
Bercanda :)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐬𝐡𝐞'𝐬 𝐃𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭 | D.M
FantastikKepergian wanita yang ia cinta membuat draco terpuruk. Draco tidak mau menerima kenyataan bawah orang yang ia cintai sudah pergi untuk selama nya. •the girl who has it all •the boy who lived •the boy who had no choice •the girl who shines the light ...